Chapter 46 - War

34.4K 3.1K 199
                                        

"Abaikan kelompok El, kalian yang mendengar suaraku ikutilah komando dari Glenn.'' Zen memperingati.

"3...2....1..mulai!'' tepat saat itu juga semua keamanan markas mereka berhenti bekerja.

"Aaaaaaaa!'' Teriak seseorang, sehingga semua yang memakai benda itu dapat mendengarnya.

"Ada apa?!'' Tanya Jerry panik. "Itu suara Merry!''

"Hey! Fokuslah dengan musuh didepanmu!'' Protes Ersy berteriak.

"Tenangkan dirimu Jerry, aku akan memeriksanya lewat drone mikro ku.'' Balas Glenn tenang.

"Ah maaf. Aku hanya kaget. Kak Ares tiba-tiba terbang dihadapanku.'' Katanya meminta maaf.

"Ah! Jangan membuatku jantungan Mer!'' Teriak Jerry kesal sambil melawan musuh-musuhnya.

"Mian, oppa.'' Merry tersenyun tanpa sadar. "Ah senangnya bisa bertarung diantara laki-laki tampan. Kak Zelya dan Kak Ares tak kalah tampan dengan oppa.''

"Ck! Aku mendengarmu!'' Kata Jerry geram.

"Bisakah kalian akhiri drama kalian? Aku muak harus mendengarnya sambil bertarung.'' Itu suara Dev.

"Kau hanya iri.'' Kata El tiba-tiba. "Makanya, cepat tembak cindy besok.''

"Ck! Sialan! Liat saja nanti, aku akan benar-benar membuatnya jadi pacarku.'' Keluh Dev.

"Ngomong-ngomong, ada seorang penyihir yang akan menyerangmu dibelakang Dev.'' Kata Glenn santai.

"Sial, kenapa baru kasih tau?!'' Keluh Dev mulai menghindari sihir-sihir yang ditembakkan seperti bola api berwarna hijau dari arah belakangnya.

"Zen? Kau dimana?!'' Jerit Glenn tiba-tiba saat tak melihat sosok Zen dan Orion dilayar.

"Jangan khawatirkan dia. Dia sudah pergi duluan bersama kak Orion.'' Jawab Dev sambil terus melawan seorang penyihir dan juga beberapa orang pembunuh bayaran didepannya.

"Apa pangeran baik-baik saja?'' Zelya bertanya dengan khawatir.

"Kurasa tidak. Wajahnya sangat pucat tadi.'' Kata Dev lagi. "Begitu juga denganku. Kalau aku mati, setidaknya kuburlah aku dengan layak ya.''

"Nggak lucu Dev!'' Teriak Merry memekakkan telinga setiap orang.

"Kalian berisik sekali.'' Keluh Ersy pelan.

"Apakah kalian benar-benar anak SMA? Pemikiran kalian seperti bocah SD.'' Kata Indri blak-blakan.

Dev yang mendengar keluhan Ersy dan Indri hanya terkekeh geli.

"Rindo, kau masih hidup?'' Tanya Vizy pelan.

"Tentu sayang.'' Jawab Rindo halus.

"Ck! Ahhh! Jangan bermesraan disini. Aku merasa terhina.'' Keluh Ares tiba-tiba.

"Memangnya kau tak punya seseorang yang kau sukai?'' Suara berat Gildez terdengar.

"Tentu saja Luna. Tapi Orion sialan itu merebutnya!''

"Aku nggak merebutnya! Luna memang milikku!'' Tiba-tiba Orion berteriak keras. "Jangan macam-macam dengan istriku, atau aku akan benar-benar membunuhmu Ares!''

"Eh?! Pangeran!'' Ersy kaget. "Kau baik-baik saja?!''

"Tentu. Aku bersama Zen.''

"Kemana anak itu? Ia sama sekali tak bersuara.'' Tanya El penasaran.

"Ia sedang membabi buta medobrak setiap ruangan untuk mencari Sasi dan Luna.'' Jawab Orion kalem. "Dan aku tepat berada dibelakangnya saat ini.''

"Aku tak sempat untuk meladeni obrolan tak penting kalian.'' Kata Zen singkat. "Kak, Orion. Pakailah pakaian ini, pastikan wajahmu ditutupi masker seperti anggota Phantom lainnya.''

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang