Bukk!
Indri jatuh diatas tubuh Zelya.
"Akh..'' Zelya meringis karena punggungnya menghantam lantai dan juga batu."Kau ini ceroboh sekali sih, sudah kubilang awas jatuh kan..'' Zelya berusaha bangun dan duduk.
"Ah! Bagaimana ini? Punggungmu pasti terluka! Mendengarnya saja membuatku ngilu.'' Indri langsung membantu Zelya berdiri.
"Kau baik-baik saja?'' Zelya malah bertanya balik.
"Kau ini gimana sih?! Yang terluka itu kau, kenapa malah menanyakan keadaanku!'' Indri merasa bersalah.
Zelya tersenyum sambil meringis menahan sakit dipunggungnya. "Aku tak apa, hanya luka kecil.''
"Tidak! Apanya yang luka kecil, pasti punggungmu memar. Ayo kita obati.'' Indri langsung menggandeng dan menarik tangan Zelya.
Indri langsung membawanya kekamar tempatnya menginap, yaitu kamar Luna yang lama. Untunglah ia bertemu dengan Elsy, yang sedang membereskan kamarnya.
"Ah pasti kamu Elsy ya..'' katanya mengingat pesan Luna sebelumnya.
Elsy melirik kearah Zelya dan menatapnya dengan bingung.
"Akjeuj sjdhgf djik irkfj..'' Zelya mulai berbicara dalam bahasa aneh yang membuat Indri melongo parah.
"A..apa yang kau katakan barusan? Kau berbicara dalam bahasa apa?'' Ia mengerutkan dahinya menatap Zelya disebelahnya.
"Itu bahasa kami, Gerwish.''
"Eh? Terus, bagaimana selama ini kau bisa bicara dan mengerti bahasaku?''
"Kau lupa? aku ini penyihir ndri.''
Indri mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat Elsy mengambil sesuatu dari sebuah laci meja rias milik Luna.
Elsy lalu menghampirinya dan memberikannya sebuah cincin dengan batu merah ditengahnya."Apa ini?'' Tanyanya penasaran.
"Pakailah.''
Indri menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Ng..nggak mau! Cincinnya norak! Kayak cincin bapak-bapak.''
"Ck!'' Zelya berdecih kesal, lalu menghela napas. Dengan cepat ia mengambil benda itu dari tangan Elsy lalu memakaikannya ke jari manis tangan kiri Indri.
Indri berusaha menarik tangannya ketika Zelya memaksanya memakai cincin itu. "Zellll..''
"Bawel banget deh, pakai aja kenapa sih.'' Katanya memarahi Indri.
Elsy terkekeh geli melihat pertengkaran kecil didepannya.
"Pffft.. kalian lucu sekali.''"Eh.. apa kau bilang?'' Ia kaget karena bisa memahami apa yang dikatakan Elsy.
"Wahhhh.. kerenn sekali benda ini. Aku mulai menyukai sihir. Zel, ajarkan aku sihir..'' pintanya dengan girang."Itu bukan sesuatu yang bisa kau pelajari, sihir itu sama seperti bakat. Perlu kau ketahui, 60 persen penduduk dari Gerwish adalah mereka yang tak memiliki sihir, kami menyebutnya dengan niglem.'' Zelya mulai menjelaskan.
"Niglem?''
"Ya, mereka yang kekuatan sihirnya nol atau sama sekali tak memilikinya. Ada banyak macam penyihir didunia ini, penyihir tingkat rendah, penyihir tingkat menengah, dan penyihir tingkat atas.
"Eh benarkah, kukira semuanya bisa sihir.'' Katanya lagi. "Oh ya, kau punya obat atau salep untuk memar?''
"Sebentar nona, akan kuambilkan.'' Elsy mencarinya kearah laci paling bawah meja rias Luna.
"No..nona? Hihihi, aneh sekali.'' Ia terkekeh geli.
"Oh ya, bagaimana kalian bisa membedakan antara penyihir tingkat rendah, menengah dan atas?''
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasía#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...