"Agsjdldhlfhh..''
Indri menatap pangeran Dinar frustasi "A..apa yang kau katakan?! Aku tak mengerti sama sekali!''
"Lfjhsus lsikejbsk, lsnhdgdcj ndismxk.'' jawab Dinar yang kelihatan sama frustasinya dengannya.
"Kau gila!'' Indri berteriak. "Setelah kau menculikku, dan apa yang telah kau lakukan pada Luna?''
Dinar menatap Indri agak lama, tapi kemudian ia meninggalkan Indri sendiri dikamar berornamen klasik tempatnya berada.
Indri merenung. "Luna, gimana keadaannya ya..''
Cklek..
Dinar masuk kembali dan mendekati Indri. Ia kembali waspada, ''ma..mau apa kau?''
Dinar hanya diam dan terus mendekatinya lalu dengan cepat mengambil tangan kirinya dan memasangkan sebuah cincin di jari manisnya.
"Apa ini?''
"Berisik sekali.. aku sepertinya salah bawa. Karena buru-buru aku jadi mengira kau itu Luna.'' Katanya menatap Indri kesal.
"Jadi, gadis yang aku dorong kemarin itu Luna?''"Benar. Kau sudah membuatnya terluka!'' Kata Indri balik menatapnya sengit. "Eh...kenapa aku bisa mengerti perkataanmu?''
Ia kemudian sadar dan menatap cincin di jari manis tangan kirinya.
Ia memanggut-manggutkan kepalanya "Ah..seperti itu.''
"Tapi, sebenarnya ini dimana? Tak bisakah kau mengembalikanku ke kampus?''"Kerajaan Shinra, dan aku adalah pangeran kedua kerajaan ini, Dinar Shinra. Dan juga, tak mungkin aku mengembalikanmu, kau pasti berguna menjadi umpan agar Luna kemari.''
Deg!
Tanpa sadar ia merinding sesaat mendengar perkataan Dinar. Kata-kata itu cukup untuk membuatnya mengerti kalau Dinar memiliki niat buruk, dan ia langsung tahu kalau sesuatu yang buruk akan menimpanya kalau ia tak berhati-hati.
"Tenanglah, aku tak akan mengikat atau menyiksamu. Kau bukanlah tujuanku. Untuk apa aku mengekangmu, kalau kau saja bahkan tak tahu ada dimana'' Kata Dinar seakan mengerti ketakutannya.
"Ck.. sial. Untuk apa aku membawa gadis biasa yang bahkan tak tahu tentang sihir sedikitpun.'' Dinar menggerutu lalu kembali keluar dari kamar tempat Indri.
"Hey! Jangan membicarakan aku saat kau masih ada didepanku.'' Teriaknya kesal saat Dinar meninggalkannya sendirian.
***
"Apa lagi yang kau tunggu, Rion. Ayo! Gerbangnya sudah terbuka.'' Luna menarik tangan Orion yang masih belum bergerak sesenti pun dari tempatnya berdiri.
Ia tersadar akan sesuatu dan
melihat kecemasan dimata Orion."Hey, tenanglah. Sihir hitam itu tak akan kembali menyerangku. Nenek kemarin sudah menjelaskannya, selama aku memiliki sihir 'orang terpilih ini' semuanya akan baik-baik saja.'' Kata Luna tersenyum lembut sambil menggenggam erat tangan Orion.
Luna menarik pelan tangan Orion dan masuk kedalam cermin bersama-sama, dengan Zelya yang mengikuti dibelakang mereka.
"Luna? Luna?!'' Panggil Orion berkali-kali menyadarkan Luna yang hampir pingsan.
Ia menajamkan penglihatannya, lalu tersenyum menatap Orion. "Maaf, aku belum terbiasa melakukan teleport.''
"Hey, aku bisa jalan sendiri.'' Protesnya ketika Orion langsung menggendongnya dan menurunkan Luna disebuah sofa yang ada dikamar mereka.
"Putri, pangeran, aku akan memanggil Elsy dan Ersy kemari.'' Kata Zelya lalu meninggalkan kamar.
______-_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasía#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...