Chapter 21 - Exboyfriend

50.8K 4.7K 65
                                    

Setelah seharian pergi berbelanja bersama Orion dan Zelya, Luna merapihkan isi lemari Zelya terlebih dahulu lalu merapihkan miliknya dan Orion kedalam lemari yang sama.

"Oh ya, kita lupa beli pakaian dalam kalian.'' Luna menepuk kepalanya tanda bahwa ia lupa.

"Pu..putri.. aku bisa pergi membelinya sendiri.'' Zelya langsung malu.

"Kenapa? Malu? Tenang saja, aku tak masalah kok. Orion juga belum punya. Ayo kita ke supermarket terdekat.'' Luna langsung menarik tangan Orion dan Zelya.

"Luna, capek. Besok aja nggak bisa? Lagian udah mau malam.'' Keluh Orion.

"Udah, tanggung. Lagian kita sekalian belanja buat makan malam.''

"O..oke.'' jawab Orion tak ikhlas.

Setelah 10 menit berjalan kaki mereka akhirnya sampai di sebuah supermarket.

Luna memilah2 bahan makanan dan stok bumbu dapur untuk makan malam mereka, sedangkan Orion dan Zelya mencari pakaian dalam mereka dibagian pakaian dalam dan keperluan laki-laki.

"Pangeran, sepertinya kita butuh ini..'' Zelya memperlihatkan Orion sebotol deodorant untuk laki-laki.

"Apa itu?'' Orion mengangkat sebelah alisnya.

"Ini yang kita lihat di tv kemarin. Itu lho obat untuk pengharum ketiak..'' Zelya berusaha menjelaskan dengan bahasa tubuhnya yang aneh.

"Kalau gitu ambil saja. Oh ya, luna bilang juga beli parfum.'' Orion terus melihat takjub ke sekeliling.

Beberapa orang melirik sambil berbisik-bisik kearah Zelya dan Orion yang begitu berisik. Bahkan ada beberapa ibu-ibu yang tertawa geli karena melihat tingkah mereka yang seperti anak kecil.

Karena penasaran Orion dan Zelya mengambil semua barang yang menurut mereka harus dibeli.

Deodorant, pakaian dalam, parfum, gel rambut, sabun cuci muka laki-laki, bahkan shampoo khusus laki-laki.

Sedangkan Luna bermaksud untuk memilih beberapa buah untuk makanan pencuci mulut sehabis makan malam.

"Luna?!'' seseorang memanggil Luna dari belakangnya.

Luna memutar badannya 180 derajat dan menatap seseorang yang memanggilnya.

"Kamu Luna, benar kan?'' tanya laki-laki itu yakin.

Deg! Luna kaget bukan main.

"Deni?''

"Ah, kau benar-benar Luna! Mereka bilang kau pindah keluar negeri..'' Deni melangkah dan berdiri tepat di hadapannya.

"Ah, iya. Aku kembali lagi, aku ingin kuliah disini.'' Luna menggigit bibir bawahnya tanda bahwa ia tak nyaman.

Zelya tak sengaja melihat Luna berbicara pada seseorang dan langsung memanggil Orion.

"Pangeran!'' Zelya memanggil Orion dengan hebohnya.

"Ada apa?'' tanya Orion dengan wajah datarnya seperti biasa.

"Putri berbicara dengan seseorang!'' Zelya menarik lengan Orion dan membawanya kearah tempat Luna.

"Siapa dia?'' nada suara Orion tak suka.

"Aku juga tak tahu, baru kali ini aku melihatnya, pangeran.'' Kata Zelya mengintip dibelakang punggung Orion yang lebih tinggi darinya.

Dengan berjalan cepat, Orion menghampiri Luna tanpa Luna tahu. Dengan tiba-tiba ia merangkul bahu Luna dari belakang dan membuat Luna kaget setengah mati.

"Ri..rion?!'' Luna menoleh keatas yaitu ke arah wajah Orion yang memandang Luna kebawah yang lebih pendek darinya dengan tatapan tajam.

Orion menatap laki-laki tak dikenal yang mengobrol dengan Luna dengan tatapan tajam dan dingin.

"Siapa dia?'' tanya Orion dingin.

"Ah.. itu...'' Luna tergagap.
"Dia temanku waktu SMA.''

Orion menatap kedua mata Luna mencari sebuah kejujuran.
Orion melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Luna.

Luna merasa bersalah karena tak memberitahu Orion yang sebenarnya.

"Perkenalkan, aku Deni.'' Deni mengulurkan tangannya.

Orion hanya menatapnya dan tak menyambut uluran tangannya. "Orion.'' Orion memperkenalkan dirinya hanya dengan menatap Deni tak suka.

Deni menatap balik Orion dengan kesal karena uluran tangannya tak dibalas.

"Oh ya, kamu akan kuliah dimana?'' Tanya Deni tersenyum pada Luna.

"Universitas Satria.''

"Oh begitu. Kita akan berbeda universitas kalau begitu.'' Deni tersenyum ramah.

"Syukurlah.'' Kata Orion cuek. Luna langsung menyikut lengan Orion.

"Apa?!'' Jawab Orion kesal.

Luna menatap Orion sewot.

"Ba..baiklah. Sepertinya pacarmu tak begitu suka padaku. Kalau begitu aku duluan..'' Deni berpamitan pada Luna lalu berjalan melewati Orion.

Dengan senyum remeh Deni berbisik pelan ketelinga Orion tanpa sepengetahuan Luna.

"Asal kau tahu, ia mantan kekasihku..'' kata Deni sambil lalu.

Orion mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Sa..sakit Rion.'' Luna berusaha melepaskan genggaman tangan Orion pada Luna yang tanpa sadar ikut menguat karena emosinya.

"Ah, maaf.'' Orion melepaskan genggaman tangannya pada tangan Luna dan mengusap pelan kepala Luna.

Zelya yang menyaksikan kejadian itu dari dekat tak mengatakan apa-apa. Ia tahu Orion gampang sekali tersulut emosi, apalagi kalau sudah menyangkut soal Luna. Hanya Lunalah satu-satunya yang bisa menghentikan Orion.

***

"Rion.'' Panggil Luna untuk kesekian kalinya dan ia hanya diam.

Rion berjalan mendahului Luna dan juga Zelya.

Luna menatap Zelya, dan Zelya balas menatapnya. Zelya menggeleng tanda bahwa ia tak bisa melakukan apa-apa.

"Rion. Kau marah?'' Lagi-lagi Luna bertanya padanya, dan lagi-lagi Orion tak memperdulikannya.

Bahkan segelah sampai rumah dan setelah mereka makan malam pun Orion masih tak memperdulikan Luna, bahkan melirikpun tidak.

Setelah makan malam Orion langsung masuk kekamarnya meninggalkan Luna dan Zelya.

"Zelya juga istirahatlah, pasti kau lelah setelah seharian ini.'' Luna tersenyum ramah pada Zelya.

"Tapi putri..''

"Tak apa, aku akan membereskannya sendirian dengan cepat, setelah itu aku juga akan istirahat.''

Zelya mengangguk setuju dan masuk kedalam kamarnya.

Setelah membereskan peralatan makan, Luna juga masuk kekamarnya dan Orion. Terlihat Orion sudah tidur dan memunggungi Luna.

Luna duduk dipinggir kasur lalu menghela napas. Luna akan membicarakan masalah tadi besok dengan Orion.

Luna menarik selimut dan menyelimuti Orion, lalu setelah itu ia ikut berbaring disebelah Orion.

Dengan tiba-tiba Orion menghadapkan tubuhnya kearah Luna. Luna menatap wajah Orion lalu mengusap lembut pipi laki-laki yang ia cintai itu.

"Maaf.. aku belum menceritakannya padamu. Dia.. maksudku Deni..ia mantan pacarku sewaktu SMA dulu.'' Kata Luna menatap wajah Orion yang memejamkan matanya.

Greep!

Orion memeluk erat Luna, dan menenggelamkan wajahnya dileher Luna, sehingga Orion bisa mencium aroma vanilla dari parfum yang Luna pakai ditubuhnya.

"Rion?''

"Ssst, aku tahu. Tidurlah. Aku sudah memaafkanmu.'' Orion semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Luna.

Luna tersenyum lalu mengecup kening Orion sambil tersenyum, Luna juga balas memeluk Orion dan mengelus lembut surai hitam Orion yang membuat laki-laki itu tersenyum simpul.

***

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang