Chapter 32 - Istana Diores

38.8K 3.5K 58
                                        

Luna meregangkan tubuhnya yang pegal-pegal karena terlalu lama naik kuda. "Ah, akhirnya sampai juga.''

Ia menatap Orion yang terlihat sangat lelah, selama kurang lebih seminggu ini ia tak tidur dengan cukup. Luna sangat kasihan melihat wajahnya yang lelah, kantung matanya juga mulai membesar.

"Indri..Indri?'' Zelya menepuk-nepuk pipi Indri yang masih tertidur pulas menyender di tubuh Zelya.

"Hmm..'' Indri mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu berjengit kaget melihat wajah Zelya yang sangat dekat dengan wajahnya sehingga membuatnya hampir jatuh terjengkang dari atas kuda, kalau saja Zelya tak menahan tubuhnya.

"Eh kita udah sampai?'' katanya sambil turun melompat dari kuda.

"Ah iya, Zelya tolong antarkan Indri kekamar lamaku ya. Aku akan mengurus Orion dulu.'' Kata Luna pelan agar tak terdengar Orion.

"Rion?'' Luna menggandeng tangannya dan menariknya agar mengikutinya.

"Ayo biar ku antar.'' Zelya berjalan mendahului Indri.

Indri tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat istana yang ia masuki. Ia terus saja mengatakan 'waa' 'wow' 'keren' entah sudah berap kali.

Indri berlari mensejajarkan langkahnya dengan Zelya.
"Ah ya, jadi kau bukan sepupunya Orion?''

"Aku pengawal pribadinya.''

"Kau sudah lama bekerja disini?'' Tanyanya penasaran.

"Tentu saja, sejak aku berumur 15 tahun aku sudah bekerja disini. Ayahku juga seorang pengawal tadinya, tapi sekarang sudah pensiun.'' Zelya menatapnya lalu tersenyum. "Masuklah, kau pasti lelah. Elsy akan kemari dan membantu mengurus keperluanmu sebentar lagi.''

"Tunggu!'' Indri menarik lengan Zelya ketika ia hendak menutup kembali pintu kamar.

"Hm?''

"Terima kasih.'' Kata Indri dengan wajah memerah, lalu dengan tiba-tiba ia memajukan tubuhnya kearah Zelya dan...

Cup!

Sebuah kecupan hangat mendarat di salah satu pipinya. Ia bahkan tak sempat bereaksi karena gadis itu langsung menutup pintunya dengan cepat setelah berhasil mendaratkan sebuah kecupan dipipinya.

Ia terdiam beberapa saat, mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tiba-tiba saja pipinya merona, dan ia tahu alasannya.

Jantungnya berdegub kencang tak karuan, dan wajahnya tak bisa berhenti tersenyum dengan sumringahnya. Selama 19 tahun ia hidup didunia ini, baru pertama kali inilah jantungnya berdegub kencang karena seorang wanita.

***

"Ada apa? Kau gila ya? Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu, membuatku merinding.'' Ersy menatap Zelya dengan kerutan didahinya.

"Hah? Aku gila? Mungkin iya..mungkin juga nggak..'' Jawabnya sambil tetap tersenyum seperti orang bodoh.

"Sudahlah kak! Jangan ganggu dia. Mungkin dia sedang mabuk cinta.'' Elsy terkekeh geli.

"Dari mana kau tahu?'' Ersy heran pada kembarannya.

"Hah.. kau lupa seperti apa Zelya? Di istana ini ia tak punya teman selain kita kan? Kau bisa menghitung orang-orang yang ia kenal dengan jari! Pangeran, putri, kau, aku, Gildez, dokter Leto dan Lea, dan terakhir...''

"Temannya putri?!'' Tebak Ersy. "Benar juga, ia kan tinggal bersama pangeran dan putri dibumi selama ini. Pasti ia mengenal teman dekat putri.''

Zelya sama sekali tidak mengacuhkan pembicaraan adik kakak kembar itu, melainkan mengusap-usap pipinya dan masih sambil tersenyum bodoh.

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang