Chapter 22 - Unexpected Guest

52.5K 4.5K 39
                                    

"Luna, bagaimana cara memakainya?'' Orion mengutak-atik smartphone yang baru saja mereka beli kemarin.

"Baca petunjuknya, semuanya ada dikertas yang ada dikotak hpmu.'' kata Luna sambil menggosok bajunya, baju Orion dan Zelya.

"Kau bisa menulis dan membaca kan berkat sihir itu?'' Tanya Luna melirik ke arah Orion.

"Tentu.'' Orion mengangguk.

"Putri, seseorang datang.'' Zelya muncul dari arah ruang tamu.

"Siapa?''

"Aku tak tahu.'' Zelya mengedikkan kedua bahunya.

Luna mencabut gosokannya lalu pergi kearah ruang tamu dan menyambut orang itu.

"Selamat siang putri Luna, nama saya Kian, dari Diores Magic Organization atau biasa disebut DMO. Nyonya Hera menyuruhku untuk mengantarkan ini.'' Kian menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Luna.

Luna dengan cepat berjalan kearah luar dan menatap mobil sport hitam yang sudah terparkir dihalaman depan rumahnya.

"Hahh.. lagi-lagi nenek mengirimkan barang yaag tidak perlu.'' Luna kembali keruang tamu.

Hera adalah nama nenek Luna. Luna tahu ia adalah pemimpin DMO, sebuah organisasi sihir yang ada di dunia ini. Bukan hanya penduduk Diores yang pindah kedunia ini saja anggotanya, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan gaib yang hampir sama seperti sihir, atau kekuatan khusus yang tak dimiliki orang biasa.

Organisasi ini sudah memburu organisasi Phantom sejak lama. Mereka adalah musuh bebuyutan sejak 8 tahun silam.

Phantom adalah organisasi kriminal yang dipimpin oleh seorang penyihir dari Diores yang berkhianat, karena itu Hera, nenek Luna selalu mengejarnya dari dulu. Neneknya sudah menceritakan semua tentang pekerjaannya selama ini pada Luna saat ia baru saja kembali dari Diores.

Luna bahkan tak tahu nenek serta orang tuanya mempunyai sebuah bisnis, dan penghasilan mereka ternyata cukup tinggi.

Luna tak tertarik pada apa yang mereka kerjakan, jadi hanya sebatas itulah Luna tahu tentang bisnis orangtua serta neneknya. Semua biaya Luna, Orion dan Zelya sudah ditanggung oleh Hera, atas perintah Raja Azka, karena itu sebuah titah tentu saja Luna tak bisa menolak.

"Kian..itu namamu kan?'' Luna menghela napas panjang.

"Benar putri..'' Jawab laki-laki itu sopan.

Luna memperhatikannya dengan cermat, dilihat dari tampilannya sepertinya usianya tak beda jauh dari Orion.

"Katakan pada nenek ia tak perlu memberikan apapun lagi, aku yang akan mengurus semuanya, dan katakan padanya terima kasih.''

"Baik putri.'' Lagi-lagi Kian menjawab.

"Ck! Ini bukan Diores, panggil aku Luna. Tak ada bantahan.'' Luna melotot kesal.

"Baik pu..maksudku Luna, kalau begitu saya permisi dulu.'' Kian berpamitan dan langsung menghilang menggunakan sihir teleportnya.

"Siapa?'' Orion muncul tiba-tiba dari arah ruang tengah.

"Nenek membelikan kita ini.'' Luna menunjukkan kunci mobil yang ia dapat dari kian.

Orion menatap Luna bingung, tak mengerti apa maksud Luna. Luna yang sadar Orion masih belum mengerti menunjuk kearah luar.

"Ini kunci mobil, Rion.'' Luna mendorong Orion kearah halaman depan rumah.

"Waah, mobil. Kenapa bentuknya berbeda dari yang kita lihat kemarin?'' Dengan polosnya Orion bertanya.

"Ini mobil sport, harganya juga lebih mahal dari mobil-mobil yang kau lihat dijalan kemarin.'' Luna menjelaskan.

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang