Syukurlah, ia mulai sadar. Pikir Luna lega menatap Orion yang membuka matanya.
"Lu..na?'' Orion langsung melotot dan menepis tangan Luna yang sedang mengobatinya.
"Apa yang kau lakukan?!'' bentaknya marah.Luna tersenyum menatap Orion, ''Syukurlah, kau baik-baik saja.''
Bruk!
Luna langsung jatuh pingsan dipelukan Orion.
"Luna!'' Orion langsung memeluknya erat dan menatap keadaan kacau disekitarnya.
"Halo, kalian mendengarku?'' Sapa seseorang lewat alat komunikasi.
"Mama?'' Zen langsung menjawab.
"Dengarkan aku anak-anak. Lakukan apa yang aku perintahkan.'' Mia berdeham sesaat lalu kembali berbicara. "Oh kau! Yang berambut kuning!''
"Ya? Aku?'' Ares menunjuk dirinya sendiri. Ia yakin kalau orang itu melihatnya lewat kamera yang terpasang di drone mini milik Glenn yang saat ini terbang disekitar ruangan.
"Benar, kau penyihir kelas atas kan. Cepat buat gerbang teleport ke markas kami. Kau sudah pernah kesana sebelumnya.''
"Ya aku bisa membuatnya, tapi disini bahkan tak ada jendela!'' Katanya bingung.
"Itu masalah gampang, kau hanya butuh sesuatu yang memantul kan? Dev tembak!''
"Oke auntie.'' Dev langsung menembaki dan merusak sensor kebakaran yang membuat air keluar dari setiap sisi atap.
"Oh baiklah. Kalian cerdas sekali.'' Ares menatap genangan air dihadapannya lalu menggunakan sihirnya untuk membuat gerbang teleport.
Mia kembali berbicara, "Orion, kau bawa isterimu pergi dari sana. Zen bawa Sasi pergi dari sana dan ikuti Orion, kak Richi dan papamu sudah menunggu dirumah. El, Dev, Jerry dan Merry bereskan barang-barang kalian, jangan sampai ada jejak sedikitpun. Dan Glenn.. kerja bagus.''
"Thanks auntie.'' Glenn tersenyum lebar sambil terus menatap layar macbooknya.
"Sisanya biar kami yang urus. Pulang dan istirahatlah.''
"Zelya, apa yang kau lamunkan? Ayo!'' Ersy menyadarkannya.
"Ah iya. Tadi aku seperti melihat tangan Lili bergerak, tapi sepertinya hanya perasaanku saja.''
"Nggak, kamu benar. Dia masih hidup kok.'' Kata El dengan santainya.
"Eh?!'' Zelya, Ersy, Elsy dan Gildez melotot kaget.
"Tenang saja, auntie dan yang lain akan mengurusnya.'' El kembali tersenyum.
***
Satu-satunya hal yang membuat Luna tersenyum ketika ia membuka matanya adalah wajah Orion yang tepat berada didepan wajahnya. Orion tertidur pulas disampingnya sambil menggenggam erat tangannya. Luna tak bisa berhenti tersenyum dan menatapnya lama sekali sampai-sampai ia tak sadar kalau Orion telah bangun.
"Mau sampai kapan kau menatapku begitu? Aku terlalu tampan ya?'' Tanya Orion yang masih memejamkan matanya, tapi sedetik kemudian manik matanya menatap Luna.
Deg!
Luna kaget tapi ia malah tersenyum. "Benar, kau tampan sekali.''
Blush!
Wajah Orion seketika memerah, dan ia langsung menutupi wajahnya dengan punggung tangannya.
Luna langsung tertawa dan menarik tangan Orion agar ia bisa melihat wajahnya yang memerah. "Aw! Manisnya suamiku.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasy#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...