"Kita mau ke mana?" tanya Sasi bingung ketika Zen dan yang lainnya mengajaknya berkumpul di ruang tengah dengan baju mereka yang telah di pack ke dalam koper masing-masing.
"Liburan." Jawab El berbinar-binar.
"Kemana?"
"Dunia lain." Jawab Glenn dengan nada misterius, sengaja menakut-nakuti Sasi.
"D-dunia lain?! Kak Glenn nggak usah bohongin aku deh!" Protes Sasi kesal.
"Iya benar. Kita memang mau ke dunia lain kan?" Merry ikut-ikutan menakuti Sasi. Sasi memang sangat penakut untuk hal-hal mistis seperti ini. Ia takut pada hantu dan hal-hal menyeramkan lainnya. Bahkan ia menutup manya rapat-rapat ketika diajak menonton film Zombie.
"Kalian bohong! Jangan nakutin gitu dong!" Sasi mulai mendekatkan dirinya pada seseorang di sebelahnya, yaitu El. Sasi memegang erat ujung baju El karena yang lainnya mulai menakutinya.
El terkekeh geli ketika menyadari Sasi memegang ujung bajunya ketakutan, "Kau penakut sekali ya ternyata..."
El baru saja ingin menepuk kepala Sasi ketika Zen tiba-tiba saja menarik lengan Sasi agar mendekat ke arahnya, "Kalian jangan menakutinya begitu."
El langsung melotot kesal ke arah Zen yang juga dibalasnya dengan melakukan hal yang sama.
"Apa?!" Zen menatapnya dengan tajam. "Kau lupa? Ia tunanganku!"
"Memangnya kenapa?! Aunty tidak serius mengatakan hal itu! Tak usah terlalu kepedean deh!"
"Ia serius mengatakannya!" Bantah Zen semakin kesal.
"Masa bodoh! Selama janur kuning belum bengkok, aku bakal rebut Sasi!"
"Melengkung kak!" Ralat Merry dengan gemas.
Sasi menghela napas pasrah dengan perdebatan konyol mereka. Ia tahu kalau El tak sepenuhnya serius mengatakan hal itu. Sedangkan Zen? Ia sama sekali tak tahu isi hatinya yang sebenarnya itu seperti apa.
"Mau sampai kapan kalian begitu?" Sela seseorang yang tiba-tiba saja telah berada di hadapan mereka.
"Kak Zelya! Sejak kapan kau datang?!" Seru Glenn kaget. "Kau sendi..."
Perkataan Glenn terhenti ketika mendengar suara cempreng seorang bocah laki-laki yang kini berteriak-teriak dan melompat-lompat di atas tubuh Dev yang tidur di lantai dekat tempat mereka berkumpul. "Om Dev! Bangun! Ayo maen sama Rizel lagi! Om!"
Rizel melompat dan menginjak tubuh Dev tepat dibagian sensitifnya yang langsung membuat Dev bangun terduduk seketika seraya berteriak kesakitan.
"Aughh! Rizel! Bocah gila!" Umpatnya seraya meringis kesakitan memegangi daerah sensitifnya. "Sialan kau! Masa depanku bisa hancur! Rizelll!"
Semua orang di ruangan itu tertawa melihat kejadian konyol itu, termasuk kedua orangtua Rizel yaitu Zelya dan Indri.
"Rizel gak gila! Om Dev yang gila! Tidur sembarangan di jalan gini!" Teriak Rizel lalu mengejek Dev yang sudah memelototinya dengan kesal.
"Ahh! Rizellll!" Merry berlari menghampiri Rizel dan langsung memeluknya dengan gemas. "Rizel ikut juga yaaa."
"Tante Merry!" Teriaknya gembira seperti bertemu dengan teman sebayanya dan berlari ke arah Merry lalu memeluknya.
"Rizel mau ikut ke Diores, biar bisa maen sama Eris dan Eirene." Celotehnya dengan riang.
"Iya, tante juga kangen sama mereka. Makanya tante juga ikut." Balas Merry tak kalah hebohnya.
"Kalian sudah siap?" Indri bertanya pada bocah-bocah di hadapannya itu.
"Tentu." Jawab Zen tersenyum.
"Ja-jadi maksud kalian dengan dunia lain itu Gerwish ya?" Sasi tergagap ketika mengerti arah pembicaraan mereka.
"Kenapa tak bilang dari tadi sih?! Kak Zen! Kak El!" Teriaknya kesal pada kedua laki-laki yang tadi mengerjainya.
"Habisnya, ekspresi ketakutanmu itu menggemaskan sekali." Jawab El terkekeh yang langsung ditanggapi Zen dengan tatapan tajam dan tak suka.
***
"Wah! Kita masuk ke dalam dunia game ya?!" Seru Glenn takjub ketika mereka telah sampai Diores berkat gerbang teleport yang dibuka oleh Zelya.
"Kak Rion! Kau Raja sungguhan?! Sungguh gila!" Seru El tak percaya lalu mengelilingi altar tempat singgasana Orion.
"Hey! Jaga bicaramu bocah!" Seru salah satu kepala pengawal yang berada di dalam aula besar tersebut. Biasanya aula ini dipakai untuk pertemuan para keluarga kerajaan dan tetua di istana. Tapi kali ini ruangan ini dijadikan tempat wisata oleh bocah-bocah gila itu.
"Apa?! Memangnya aku salah biacara?" El balik meninggikan suaranya pada penjaga tersebut.
"Oh tidak. Jangan mulai lagi." Keluh Zelya menggeleng pasrah. "Untunglah aku telah meminta Indri untuk membawa Rizel menemui Pangeran Eris dan Putri Eirene. Kalau tidak, anakku pasti akan melihat tingkah gila mereka yang tak patut ditiru."
"Kau seperti tidak tahu El saja." Luna terkekeh geli menonton adu mulut antara El dan penjaga itu yang kini telah saling berhadapan dan berniat untuk adu jotos.
"Kau tidak akan melarang mereka?" Luna melirik ke arah suaminya yang kini malah menatap mereka dengan santainya, layaknya menonton sebuah pertunjukan.
"Biarkan saja. Selama mereka tak mati. Aku tak masalah." Katanya cuek.
"Dasar! Raja macam apa kau!"
"Aku? Aku Raja di hatimu." Jawabmya seraya tersenyum menoleh ke arah Luna.
"Aduh, aku mendadak mau muntah mendengarnya!" Sindir Zen yang mendengar percakapan mereka.
"Kak Zen kenapa? Sakit? Perut kak Zen sakit?" Dengan polosnya, Sasi bertanya panik pada Zen yang membuat Orion dan Luna yang menyaksikannya langsung terbahak.
"Oppa, kita pacaran saja yuk dan keluar dari tempat ini. Aku bosan." Merry mulai merajuk pada Jerry di sebelahnya.
Jerry yang memang aslinya pendiam, kini hanya mengangguk mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Ia memang tipe orang yang tak banyak bicara, tetapi selalu menanggapi apa pun permintaan Merry.
"Di sini tak ada internet." Keluh Glenn frustasi seraya memandang pasrah pada Macbook di tangannya.
"Tentu saja! Dasar bodoh!" Ucap Dev seraya menatap bosan pertarungan El dan penjaga tadi. "Tak bisakah sehari saja kau meninggalkan benda di tanganmu itu?"
"Apa?! Kau gila?! Mana mungkin itu terjadi!" Bantah Glenn memeluk sayang macbooknya. "Jill, ada orang gila yang mau memisahkan kita." Gumamnya berbicara pada benda mati itu layaknya berbicara dengan manusia.
"Kau yang gila! Memberi nama bahkan mengajak bicara benda mati! Idiot!!" Umpat Dev kesal lalu pergi meninggalkan Glenn dan menyusul El yang kini telah berhenti bertarung dan malah mengobrol dengan penjaga tadi layaknya teman akrab.
"Kau yakin membiarkan mereka berkeliaran begini?" Luna bertanya tak yakin pada Orion.
"Biar saja, kalau mereka membuat masalah paling-paling mereka akan diburu penjaga istana."
"Dasar jahat."
"Memangnya kau pikir mereka akan tertangkap semudah itu? Aku bahkan tak yakin kalau penjaga di istana ini bisa mengalahkan mereka. Kekuatan mereka itu setara dengan Gildez dan Zelya. Bahkan kalau aku tak memiliki sihir, aku bukan tandingan mereka."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasy#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...