Chapter 33 - Istana Diores 2

40.5K 3.5K 71
                                    

"Untunglah kamu baik-baik aja. Kami sangat khawatir ketika mengetahui kabar ini dari raja.'' Leto mencubit gemas kedua pipi putri semata wayangnya itu.

"Ehemmm..'' Indri berdeham menyadarkan keluarga kecil itu kalau masih ada dirinya yang terlupakan. "Jangan kacangin aku dong Lun.'' katanya pelan.

Ah benar juga, ia bahkan sampai lupa kalau ia datang bersama Indri.

"Eh, sorry ndri..'' Katanya tertawa cengengesan.

Baru saja ia akan membuka mulutnya, Indri sudah langsung berbicara, ''Kenalin om, tante.. saya Indri, teman Luna sejak SMA. Maaf ya om, tante.. gara-gara saya diculik kemarin jadi Lunanya ikutan nyelametin saya.''

Luna menatapnya heran, nih anak aneh banget deh ngasih salamnya. Dia ngenalin diri apa ngadu sih sebenarnya?

"Oh jadi kamu Indri ya. Ibu (nenek) udah cerita kok kekami kalau Luna punya temen deket yang sering maen kerumah.'' Kata Lea excited dan langsung melupakan kalau ia baru saja menangis, malah sekarang sudah tersenyum lebar.

"Ma, aku laper..'' Keluh Luna memelas.

"Aduh, mama belum masak. Kalo gitu mama masak dulu ya.'' Katanya bergegas ke dapur.

"Aku bantuin ya tante.'' Indri ikut berdiri dan menyusul Lea keluar dari ruangan baca.

"Eh! Katanya kamu mau tahu tentang Gerwish, dan juga tentang aku sama Orion? Sini aku ceritain..'' teriak Luna pada Indri yang sudah mengejar mamanya.

"Biar tante aja yang ceritain yuk! Sekalian kita masak bareng.'' Terdengar suara mamanya yang sudah agak jauh dan hampir tak terdengar.

"....'' Ia terdiam menatap papanya yang juga sama-sama diam menatapnya.

Leto membuka laci meja yang berada tepat didepan sofa yang didudukinya dan Luna lalu mengeluarkan sesuatu yang langsung membuat putrinya tersenyum.

"Main catur?'' Leto tersenyum yang dijawab Luna dengan anggukan kuat.

Like father, like daughter...

Jika ditanya ia lebih mirip siapa, pasti Luna menjawab ia lebih mirip papanya. Sifat dan pemikirannya lebih condong mirip ke papanya dibandingkan mamanya. Tapi tetap saja gen juga tak bisa berbohong, wajahnya lebih mirip mamanya dibandingkan papanya.

Selagi menunggu mamanya dan Indri memasak, mereka bermain catur untuk menghabiskan waktu.

"Mana pangeran?'' Tanya Leto tak mengalihkan pandangannya dari papan catur beserta isinya yang berada dihadapannya.

"Tidur, ia sangat lelah.'' Jawab Luna sama halnya dengan Leto yang tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari permainan itu.

Leto hanya bergumam sekenanya. "Hmmm.''

"Pa, aku mau nanya.''

"Ya?''

"Aku penasaran, kenapa sihir merah (sihir kuno/orang terpilih) milikku belum hilang. Juga, kenapa aku baik-baik saja ketika kembali ke Gerwish? Kenapa sihir hitam yang membuat mataku buta itu tak kembali menyerangku?''

"Itu.. hal masih kami selidiki.'' Leto melirik putrinya, tapi kemudian ia memberi kodenya agar Luna mendekat dengan jari telunjuknya. Setelah Luna mendekatkan wajahnya, Leto berbisik kearah telinganya,

"Sebenarnya ini rahasia, mamamu bisa marah jika papa memberitahumu sekarang. Kami sedang menyelidiki sebuah organisasi misterius yang sedang aktif dikedua dunia ini (Bumi dan Gerwish), dan sepertinya fenomena ini berkaitan dengan mereka. Nama organisasi ini adalah "phantom''.''

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang