Epilog

55.8K 3.1K 124
                                    

4 tahun kemudian...

"Rion? Apa yang kau lakukan?! Cepatlah! Kita sudah terlambat!'' Teriak Luna sambil menggedor-gedor kamar mandi.

"Sebentar!'' teriaknya dari dalam kamar mandi.

"Ck! Lama sekali sih! Aku tunggu diluar kalau gitu.'' Katanya beranjak pergi dari kamarnya dan menunggu suaminya di ruang tengah.

Setelah lebih dari 20 menit menunggu akhirnya Orion keluar dari kamar.

"Lama sekali sih, kau..'' Luna yang awalnya sudah berniat untuk mengomeli suaminya malah tercengang kaget melihat penampilannya.
"Kamu..''

"Aku kenapa?'' Orion berjalan menghampiri Luna yang duduk dikursi. "Aku tampan?'' Ledek Orion tersenyum.

Tanpa sadar Luna langsung mengangguk cepat. "Hmm! Tampan! Sangat!''

Orion terkekeh geli mendengar jawaban Luna lalu duduk berjongkok dihadapannya. "Kalau gitu, kamu juga harus tampan ya nak seperti papa!'' Orion langsung memeluk pinggang Luna dan mencium perutnya.

"Eh?! Aku mau anak perempuan!'' Protes Luna tak terima.

"Nggak! Dia pasti laki-laki!'' Bantah Orion sambil menengadah menatap wajah isterinya.

"Pokoknya perempuan! Aku mau punya anak cantik!''

Orion menghela napas pasrah dan akhirnya mengalah, ''Yaudah, aku nggak masalah deh mau itu laki-laki atau perempuan. Yang jelas dia nk kita.'' Katanya gemas dan ingin mengacak-acak rambut Luna.

"Eits! Stop!'' Luna menghentikan tangan Orion yang sudah hampir sampai dipuncak kepalanya. "Rambutku udah rapi, jangan diacakin lagi.'' Protesnya sambil menggeleng.

"Yaudah ganti dengan ini aja.'' Orion tersenyum lalu mencium pipinya yang membuat Luna langsung tertawa.

***

"Luna! Orion!'' Kalian dari mana aja sih? Lama banget!'' Dengus Indri kesal saat Orion dan Luna muncul dihadapannya.

"Wahhh, cantik banget kamu ndri.'' Luna mejerit kagum melihat Indri berada dalam balutan gaun putih panjang, tapi terkesan sederhana dan tak terlalu mewah. Luna langsung berlari dan memeluk Indri dengan hebohnya.

"Jangan lari-lari! Kamu lagi hamil! Nanti kalau jatuh gimana?'' Orion langsung memarahinya, takut-takut kalau isterinya akan jatuh.

"Maaf.'' Luna kembali merangkul lengan suaminya setelah selesai memeluk Indri.
"Mana Zelya?''

"Dia lagi ngobrol sama mama papaku di ruang sebelah.'' Indri tersenyum girang.
"Aduh, si kecil gimana kabarnya?'' Indri menunduk sedikit dan mengusap perut Luna.

Luna tersenyum dan ikut mengelus-elus perutnya, "Dia makin aktif, suka nendang-nendang. Mungkin 3 bulan lagi dia udah keluar.''

"Waa, keponakan auntie pasti ganteng kayak ayahnya.'' kata Indri gemas sambil tetap mengelus-elus perut Luna.

Luna langsung cemberut, ''Nggak kamu, nggak Rion sama aja ya. Dia itu cewek. Bukan cowok. Dan aku maunya cewek.''

"Emang kamu tau dari mana kalau dia cewek? Emang udah USG?'' Balas Indri heran.

"Aku belum periksa.'' Luna menggeleng dengan polosnya. "Aku tau dari feeling. Aku kan ibunya, jadi aku tau dong.'' ia masih kekeuh dengan pendapatnya.

Indri dan Orion saling melirik, dan kemudian menghela napas pasrah. "Oke, oke kamu menang. Terserah apa katamu deh.'' Indri mencubit gemas pipi Luna.

Tok..tok..

Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, ''Masuk aja.'' Jawab Indri.

Zelya muncul dan langsung tersenyum bahagia melihat betapa cantiknya Indri saat ini.
Wajahnya sangat cerah dan sumringah.

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang