Part 51

15.7K 1.4K 59
                                    

Ali menatap Prilly yang hanya menundukan kepala. Masih terdengar suara isakan tangis dari istrinya itu.

Mereka masih berada di dalam mobil, meskipun sudah sampai rumah.

Ali membelai rambut Prilly perlahan. Ada segurat penyesalan dari wajah lelahnya saat melihat Prilly menangis.

Ali meraih kedua tangan Prilly untuk ia genggam. Mengarahkan pada bibirnya dan mengecup punggung tangan Prilly.

''Maaf'' satu kata terucap dari mulut Ali dg tulus. Ia sungguh menyesal karena telah membuat Prilly menangis.

Prilly mengangguk pelan. Namun masih enggan untuk menatap Ali.

Ali menghembuskan nafasnya. Ia tau Prilly marah. Namun, hari semakin larut. Dan ia harus istirahat, karena besok ia harus kembali shoting.

Ali keluar dari dalam mobil. Kemudiaan membukakan pintu mobil buat Prilly. Ia menggendong istrinya itu ala bridal style dan langsung membawanya ke kamar.

Ali membaringkan Prilly diatas tempat tidur. Menutup setengah tubuh Prilly dg selimut. Kemudian, ia juga langsung merebahkan tubuhnya di samping Prilly.

Prilly membalikan tubuhnya dan memunggungi Ali.

Ali tersenyum sendu. Lalu bergeser dan memeluk Prilly dari belakang. Melingkarkan tangannya pada perut Prilly.

Ali mengecup pundak Prilly singkat.

''Selamat tidur, sayang!'' kemudian Ali memejamkan matanya dan segera tidur. Ia benar2 sangat lelah hari ini.

Sedangkan Prilly masih setia terjaga dg berbagai pikiran yg memasuki kepalanya. Ia memikirkan sikapnya dan juga kata2 Ali tadi.

Prilly merasa sangat sensitif karena pengaruh dari kehamilannya. Dan seharusnya ia tidak menyalahkan Ali, karena memang Ali tidak tau jika ia benar2 sedang ngidam. Tapi tetap saja, kata2 Ali membuatnya sakit hati. Ali tidak mau direpotkan oleh kehamilan Prilly.

Lalu bagaimana jika Ali tau kalau sebenarnya Prilly hamil. Apa dia masih tidak mau direpotkan?

Prilly benar2 bingung memikirkan hal itu.

Bayi ini semakin hari semakin membesar. Lambat laun, aku tidak akan bisa menyembunyikannya lagi.

Apa yg harus aku lakukan, Tuhan?

Apa jika Ali tau aku hamil. Dia akan senang dan menerima anak ini tanpa merasa direpotkan?

Atau mungkin dia akan marah dan tidak mau lagi hidup bersamaku karena aku memberinya beban?

Prilly menangis dalam diam. Apalagi ia merasakan tangan Ali menyentuh perutnya. Seolah memberi ketenangan pada darah daging mereka.

Hampir sepanjang malam Prilly menangis. Memikirkan apa yg harus ia lakukan. Hingga ia tak sadar dan terlelap.

***
Pagi harinya, Ali sudah nampak bersiap di depan cermin. Merapikan penampilannya yg selalu mempesona.

Prilly keluar dari kamar mandi dg handuk yg melilit di kepala. Ia juga akan segera bersiap karena hari ini ia dan Ara sudah janji akan bertemu dg label Leo Musik.

Prilly mengenakan setelan rok selutut, kemeja, dan juga blazer. Ia berjalan mendekat ke depan cermin. Dimana masih ada Ali disana.

Ali tersenyum, kemudian memeluk Prilly dari belakang. Mencium wangi sampo dari rambut basah Prilly.

''Kamu mau kemana?'' tanya Ali pelan sambil menempelkan pipinya pada pipi Prilly.

''Aku ada janji. Mau membahas pekerjaan'' saut Prilly sambil memoles wajahnya.

Bahagia dengan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang