Book 1, Goal 1: Beginning of the Journey

1.7K 40 11
                                    

Fritz-Walter-Stadion, Kaiserslautern, Juni, 2033. U-20 World Cup.

Atmosfir di tengah lapangan begitu pekat. Sorak penonton mengurai hingga ke langit. Babak kedua dimulai, Indonesia tertinggal 0-2 dari Jerman. Gol pertama diciptakan gelandang serang muda andalan Jerman U-20, Erol Aşıroğlu, setelah menerima umpan silang dari sisi sayap kiri ke arah tengah luar kotak penalti. Tendangan jarak jauh Aşıroğlu tidak mampu dibendung kiper Indonesia. Sementara gol kedua datang dari kaki Willi Rausch melalui aksi solo run dari tengah lapangan, melewati tiga pemain Indonesia. Wili memanfaatkan serangan balik yang membuat para pemain bertahan Indonesia tidak mampu membendung kecepatannya.

Dua gol di babak pertama benar-benar meruntuhkan mental Indonesia. Sayang sekali jagoan yang akan menjadi pusat cerita ini tidak terlibat secara langsung dalam ketegangan pertandingan karena dia tidak benar-benar merasakan apa yang dirasakan sebelas orang yang berjuang menahan gempuran tim panser itu. Adam hanya duduk di bangku cadangan. Empat pertandingan telah dilalui dan tidak satu pun giliran Adam tiba. Adam hanya berharap teman-temannya bisa mengatasi pertandingan ini dan melaju ke semifinal.

Peluit berbunyi, bola dikuasai Indonesia dan bersiap membangun serangan. Jerman bermain dengan pressure tinggi dan tidak menyisakan celah yang mampu dimanfaatkan. Wayan Maulana yang bermain di posisi gelandang tengah masih memegang bola, namun tengah menghadapi pressing ketat dari lawan. Wayan mencoba menggiring bola dan melewati gelandang Jerman yang mencoba mentacklenya, namun Wayan berhasil melewati terjangan itu dan melepaskan umpan ke sisi sayap kanan yang diisi Firdaus Benardo.

Belum tiga langkah bola digiring Firdaus, bek kiri Jerman sudah berhasil mencolong bola. Serangan tim panser dilancarkan dan Indonesia pun dipaksa bertahan.

Ketinggalan dua angka membuat Indonesia mau tidak mau bermain offensive, namun setiap serangan yang dibangun dengan mudahnya diredam oleh Jerman. Dan serangan balik Jerman pun tak kalah bahaya dengan yang dilakukan Indonesia. Sampai menit 70 skor masih bertahan 2-0 untuk keunggulan Jerman dan mereka menguasai ball possession 58%.

Pemain Indonesia mulai melonggarkan serangan. Stamina yang terkuras sudah sangat banyak karena permainan offensive yang dilancarkan sejak awal babak kedua dimulai. Celah itu dimanfaatkan lawan. Melalui serangan balik cepat, gelandang Jerman yang terkenal dengan passing akuratnya, Jarno Wiemann, mengirim umpang jauh ke depan, membelah lapangan dan mendarat di daerah pertahanan yang ditinggalkan pemain belakang Indonesia yang bermain terlalu ke depan sehingga lupa untuk menjaga area vital pertahanan. Willi Rausch mendapatkan bola itu dan berlari meninggalkan pemain bertahan Indonesia. Tendangan keras ke sudut kiri gawang tidak mampu dibendung kiper Warta Cendana. 3-0. Indonesia semakin tertinggal.

Waktu telah menunjukkan 80 menit pertandingan berjalan. Pelatih Burhanudin Iswantoro dibuat berpikir semakin keras. Lama dia terdiam dan wajahnya berkerunyut. Beberapa detik kemudian dia menghela napas, seakan telah mendapat pencerahan.

"Adam, giliranmu tiba. Kamu masuk menggantikan Farel," ucap Pak Bur.

10 menit, menggantikan pemain utama dengan seorang cadangan yang belum pernah mencicipi pertandingan selama turnamen berlangsung, menurut Adam adalah suatu bentuk keputusasaan. Kehadiran Adam di lapangan bukanlah suatu harapan untuk mengubah keadaan. Adam masuk karena pertandingan ini sudah jelas akan berakhir seperti apa.

Walau Adam tidak bisa menjadi pengubah keadaan, setidaknya dia diberi 10 menit terakhir. 10 menit terakhir Indonesia berada di turnamen ini. Dan 10 menit Adam bisa menunjukkan kemampuanku.

Farel menepuk pundak Adam saat mereka berpapasan di tepi lapangan.

"Kamu lebih cepat dariku. Instingmu tajam. Satu gol, Adam yakin kamu bisa melakukannya," Farel berbisik.

WonderkidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang