Goal 8: Burung-burung yang Mulai Beterbangan

348 6 0
                                    

9 September 2033, Volendam Town.

Peluit panjang berbunyi. Kami kalah.

Aku melihat papan skor, kedudukan berakhir 4-3 untuk kemenangan MVV. Tiga gol berhasil mereka cetak di babak pertama. Kami ketinggalan tiga gol di awal babak kedua. Aku  dan Gerald Lebrun masuk di menit 65. Aku berhasil menyumbang dua gol. Sempat mengejar skor sampai 3-3, gol terakhir dari Edwin van Dungen membuat kami harus menerima kekalahan kedua kami di musim ini. 

Sebelumnya kami telah melewati empat pertandingan sejak berhadapan dengan Helmond Sport. Raihan seri kami dapat ketika bertandang ke markas Excelsior dan Sparta. Kemenangan kami dapatkan ketika bermain di markas Willem II. 

Saat ini kami berada di peringkat 9. Tinggal dua pertandingan lagi sebelum periode pertama  liga selesai.* 

Eerste Divisie di awal musim memiliki jadwal yang padat. Dalam satu bulan, satu tim bisa menjalani 6 pertandingan. Padatnya jadwal membuat manajer harus merotasi pemain. Pada saat aku, Gerald, Michael, Ivo, atau Patrick tidak dimainkan, kami menelan kekalahan. Kedalaman skuad kami tidak terlalu bagus, dan itu membuat kami kewalahan ketika melakukan rotasi.

Semua orang di ruang ganti tidak berwajah bagus. Semuanya tampak tidak bersemangat. Pak Drago berusaha memotivasi kami, namun itu tidak memberikan dampak hebat kepada pemain. Yang kami lawan adalah MVV, unggulan juara liga. Dan ketika kami tahu bahwa kami gagal mengimbangi permainan dari sang unggulan, kami sadar kesempatan untuk promosi apalagi juara sangatlah sulit.

Aku menghentikan sebuah taxi yang lewat di depanku. Kemudian aku pulang, berusaha melupakan pertandingan hari ini.

Aku memang jauh dari Indonesia. Berbicara dengan Ibu hanya melalui telepon. Melihat sepakbola Indonesia hanya dari internet. Tetapi aku tidak pernah ketinggalan kabar dari Indonesia sedikit pun. 

Kemarin aku mendapat kabar bahwa Zilliam Raska, mantan kapten u-20 Indonesia, sudah mencapai kesepakatan dengan klub Ligue 1 Prancis, FC Lorient, dan telah berangkat ke Prancis awal september ini. Kemudian Farel Sandra Fatahillah, sesuai prediksi media, menerima banyak tawaran dari Eropa. Dia bahkan berangkat satu minggu sebelum aku datang ke Belanda. Dia mengikat kontrak di VfB Stuttgart yang berkompetisi di Bundesliga. Tetapi karena ketatnya persaingan di skuad utama, saat ini dia dipinjamkan ke RB Leipzig yang bermain di 2. Bundesliga, kasta keduanya liga Jerman.

Wayan Maulana menghubungiku kemarin. Katanya, dia dan Ilyas Iskandar sudah berada di Norwegia. Mereka bermain di Rosenborg BK. Di sana mereka bertemu pemain senior Indonesia yang telah lama berkarier di luar negeri, Slamet Mahendra. Kelihatannya dengan adanya kompatriot senior, mereka tidak akan kesulitan beradaptasi. Kemudian Teuku Karim, dia merantau ke negara asal ibunya dan bermain di CS Constantine di ligue 1 Algeria.

Suara handphoneku berdering. Yoo Seung-Ryul menghubungiku.

"Halo, Yoo. Apa kabar?" sapaku langsung.

"Baik, bagaimana denganmu?" balasnya.

"Tidak terlalu buruk. Aku mendapatkan waktu bermain yang bagus di sini. Tetapi, ya, performa tim tidak terlalu baik. Papan atas agak sulit didapatkan. Bagaimana denganmu? Apa kau bermain reguler di sana?"

"Tentu. Begitu aku bergabung, aku langsung dimasukkan ke starting XI. Pelatih tampaknya mengetahui potensiku dan telah lama mengamati permainanku ketika di Semen Padang dulu. Hahaha."

"Ya, baguslah."

"Oh, ya, kau sudah tahu kabar rekan-rekan u-20 kita?"

"Beberapa sudah, seperti Zilliam, Farel, Wayan,  Ilyas, dan Teuku. Baru itu."

"Firdaus Bernardo sekarang bermain di Serie B Italy, di Parma Calcio. Kemudian Reza Yahya sudah menjalin kesepakatan dengan Antwerp FC di Belgia First Division. Awal tahun depan dia berangkat ke Belgia. Untuk sementara baru itu. Tetapi sepertinya pemain-pemain lain juga tengah dipantau pencari bakat eropa dan beberapa negara besar di Asia," jelas Yoo.

"Oh, iya, aku ingin menanyai sesuatu," ucapku.

"Apa?"

"Jika nanti ada panggilan timnas dari Indonesia ataupun Korea Selatan, kau akan memilih yang mana?" ucapku dengan nada serius.

Yoo tidak langsung menjawab. Dia tampaknya sedang berpikir dan menyusun kata-kata.

"Bermain untuk timnas junior Indonesia adalah suatu kebanggaan. Jika nantinya timnas senior Indonesia memanggilku, itu adalah suatu penghormatan bagiku. Tetapi, aku sudah berpikir matang-matang. Tampaknya aku akan memilih membela timnas Korea Selatan. Ini juga keinginan Mama, dan aku pun juga berpikir demikian."

"Bagus," balasku singkat.

"Bagus kenapa?"

"Berarti jika kita bermain di timnas senior, kita punya kesempatan untuk bertarung di kubu yang berbeda."

Yoo tertawa. "Aku yakin saat kau memperkuat timnas, Indonesia dan Korea Selatan akan menjadi lawan yang sepadan."

"Semoga begitu."

Aku mengakhiri pembicaraan dengan Yoo.

Bukan hanya aku saja yang berjuang, teman-temanku juga melakukan yang terbaik di Indonesia maupun di luar negeri. Yang harus kulakukan adalah berkembang lebih jauh. Aku harus membawa tim ini promosi agar bisa bermain di tingkat yang lebih tinggi.

Malam menghampiri. Langit sudah gelap. Aku harus istirahat dan memulihkan diri. Empat hari lagi kami akan menghadapi lawan tangguh, Roda JC. Dan tampaknya di pertandingan ini aku akan dimainkan sejak babak pertama.


*Sistem periode di Eerste Divisie = lihat di link eksternal

WonderkidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang