Selama dua minggu ini kami telah melakukan empat laga uji coba. Pertandingan pertama melawan tim dari kasta 3, Lienden, berakhir dengan skor 5-0. Beberapa hari setelahnya kami bertanding melawan tim kasta 2, Fortuna Sittard dan menang 3-0. Pertandingan ketiga kami melawan tim asal Spanyol, Las Palmas, meraih hasil imbang 1-1. Dan, pada pertandingan terakhir yang baru berlangsung tiga hari lalu, kami menelan kekalahan telak dari juara Eredivisie 18 tahun terakhir, SC Heerenveen, dengan skor 4-1.
Dari pertandingan yang kuamati, permainan tim walaupun baru terbentuk karena lumayan banyak pemain yang baru datang, tampak sudah mulai padu. Hanya saja taktik yang diberikan pelatih masih belum terlalu menempel pada masing-masing pemain. Kekalahan dari Heerenveen adalah pekerjaan rumah yang harus segera kami selesaikan.
Vesel adalah penyihir sekaligus monster. Kendati badannya tidak besar-besar amat, dia memiliki balance tubuh yang sangat bagus. Dia akan berlari menyisir tepi lapangan lalu menusuk ke kotak penalti. Keputusan yang dibuatnya selalu bagus. Menjadi alasan banyak assist ataupun key pass yang lahir dari kakinya.
Mitchell memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dia memiliki kecepatan dan handling yang luar biasa. Naluri mencetak goalnya pun tidak kalah hebat. Dia tahu harus berada di mana untuk mencetak goal.
Stuart, tidak perlu ditanya, sebagai orang Inggris dan pemain muda klub sebesar Liverpool, kemampuannya mewakili negara dan klub yang dia pikul tersebut. Jika bukan para pemain kelas dunia SC Heerenveen yang harus dihadapinya, dia pasti akan menghancurkan lawan-lawannya. Saat kebobolan melawan Las Palmas pun Stuart berada di bangku cadangan. Jika tidak, mungkin kami akan memenangkan pertandingan itu.
Julio, manajer kami, percaya walaupun kami klub kecil yang baru promosi, kami bisa menampilkan permainan cantik yang menyerang dan mendominasi penguasaan bola. Kami mencoba menjawab kepercayaannya dan sepertinya menjelang Eredivisie mulai, kami akan bisa menguasai permainan yang diinginkan Julio.
Suatu hari, seminggu sebelum Eredivisie bergulir, seusai latihan sore, Julio mengumpulkan kami di lapangan. Dia tidak membahas taktik ataupun hal-hal yang berkenaan tentang permainan tim. Dia menanyai keyakinan kami mengenai tim ini.
"Aku akan bertanya pada kalian satu persatu. Ada di mana tim ini di akhir musim nanti? Apakah kita akan terjun ke Eerste Divisie? Atau mengamankan posisi dengan berada di atas zona degradasi? Atau lebih bagus lagi, di papan tengah?"
Yang pertama kali menjawab adalah kapten tim, Ledion Shehu.
"Papan tengah. Kira-kira posisi 8-12. Ya, kurasa itu posisi maksimal menurutku. Kita akan berusaha semaksimal mungkin, bukan hanya lolos dari degradasi, tetapi juga menunjukkan kita tidak kalah kuat dibanding tim-tim lain."
Selanjutnya, giliran Boy Zimmerman menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih itu.
"Tiga posisi di atas zona degradasi adalah angka yang realistis. Aku tidak meragukan kemampuan kalian, teman-teman. Tetapi aku tahu tim-tim Eredivisie ini levelnya jauh di atas tim Eerste Divisie, yang musim lalu saja membuat kita kewalahan."
"Aha, kau lupa sekarang ada pemain-pemain baru seperti aku di sini," sela Vesel.
"Maaf, Bung, aku bahkan tidak tahu siapa kau sebelum muncul di sini. Bermain di akademi Barcelona tidak menjamin seseorang menjadi spesial," balas Zimmerman.
"Orang-orang di sana hanya tidak bisa memberi kesempatan kepada pemain muda. Terlalu banyak pemain bintang di tim utama. Kau akan segera tahu betapa hebatnya aku di pertandingan sesungguhnya nanti. Aku masih menyimpan kehebatanku di pertandingan pramusim kemarin."
"Ehem," Julio mencoba memotong perdebatan Vesel dan Ledion. "Selanjutnya giliran Ivo van Well."
"Aku?" jawab Ivo. "Masuk zona Champions League. Aku yakin kita bisa."
"Wah, kau orang yang sangat optimis," sahut Julio.
Akhirnya, tiba giliran aku yang menuturkan pendapat.
"Aku sudah melihat kemampuan orang-orang di sini dengan sekilas. Walaupun kita tidak bisa menjadi yang terbaik, tetapi tampil di kompetisi Eropa bukanlah hal yang tak mungkin. Tujuh besar, kita harus finish di tujuh besar agar mendapat kesempatan bermain di Eropa."
"Jika kita harus melalui play-off, tampaknya kita akan beruntung lagi mengingat musim lalu kita promosi ke Eredivisie juga melalui play-off," sambung Siegfried Dolaini diikuti tertawa orang-orang.
"Oke. Aku sudah mendengar semua pendapat kalian. Aku akan menyampaikan ekspektasiku. Dengan kemampuanku dan kemampuan kalian, aku yakin kita akan bermain di kompetisi Eropa. Jika kalian memiliki pendapat yang sama, maka kalian harus berusaha mewujudkannya. Jika kalian hanya bercita-cita lolos dari degradasi seperti yang kalian sampaikan tadi, maka kalian harus berusaha membuat cita-cita kalian itu tidak terwujud. Kalian harus menerobos batasan itu dan membuat tim ini menjadi salah satu tim mengerikan di Belanda," Julio berorasi di depan, membuat orang-orang yang mendengarnya bergidik.
"Siap!" jawab kami serempak.
"Oh, ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan. Jika kalian ingin bermain untukku, kalian harus mengenal diri sendiri, mengenal aku yang memimpin kalian serta mengenal rekan setim. Aku tidak berbicara kepribadian dalam lapangan, tetapi kalian juga harus mengenal lebih dalam kepribadian rekan-rekan di luar lapangan. Kalian harus benar-benar menjadi teman. Tanpa itu, jangan harap kalian bisa menjadi tim yang kompak. Aku menantikan hari di mana tim ini benar-benar menjadi tim yang solid."
Sebelum sesi latihan hari ini di tutup, Julio menunjuk Vesel sebagai kapten baru, menggantikan Ledion. Ledion tampak tidak keberatan dan menganggap keputusan pelatih sudah melalui pertimbangan yang matang.
Aku belum terlalu mengenal Vesel. Apa yang kulihat selama beberapa waktu ini, Vesel adalah orang yang ramah, suka bercanda, tetapi ketika dia berbicara serius dia menunjukkan kharisma seorang pemimpin. Tipe orang yang mudah bergaul dan dihormati rekan-rekannya. Itulah walau dia baru bergabung dengan tim, tetapi dirinya sudah mampu berbaur dengan rekan tim.
"Kata terakhir sebelum kita tutup latihan hari ini?" kata Julio menantikan kata pertama Veselinovic sebagai kapten tim.
"Kalian adalah keluargaku. Sebelum aku memenangkan setiap pertandingan, aku akan memenangkan hati kalian terlebih dahulu. Mari mendukung satu sama lain, teman-teman."
Pekerjaan pertama kami dimulai: mengenal rekan tim secara menyeluruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderkids
FantasyMenceritakan perjalanan karir sepakbola pemain muda Indonesia yang terlahir dalam generasi emas Indonesia. Skuad U-20 Indonesia di tahun 2033 berhasil melaju ke quarterfinal U-20 World Cup, yang merupakan pencapaian tertinggi selama sejarah sepakbol...