Goal 12: Latihan Khusus untuk Sang Kapten

241 4 0
                                    

FC Volendam telah melewati dua puluh tujuh pertandingan, yang artinya tiga periode telah mereka lalui. Adam dan kawan-kawan menduduki posisi tiga dalam 9 pertandingan terakhir. Di klasemen keseluruhan, mereka menempati posisi empat. MVV Maastricht kokoh di posisi puncak dan berpeluang besar untuk menjuarai liga.

"Tinggal satu periode lagi yang akan kita lewati. Aku tidak ingin kalian lengah dan menganggap remeh pertandingan-pertandingan yang akan kita lalui. Apa pun yang terjadi, kita harus melalui babak play-off."

Satu-satunya pemain yang paling terbebani saat itu adalah Ledion Sehu. Kapten berusia 28 tahun itu tidak hanya terbebani sebagai kapten tim yang harus memotivasi dan mendongkrak permainan tim, tetapi secara pribadi, dia juga merasa masih belum berusaha secara maksimal dalam permainan tim. Ledion paham, kualitas penyerang mereka cukup tangguh. Pertahanan mereka pun tak kalah solid dibanding tim unggulan lainnya. Ledion merasa dirinya tidak cukup bagus sebagai gelandang serang. Seharusnya dia menjadi jembatan antara barisan tengah dan depan yang bisa menciptakan banyak peluang bagi tim. Dia merasa harus meningkatkan kualitas dirinya.

Esoknya, usai latihan, Ledion tidak pulang dan tetap berada di lapangan.

"Bisakah kalian membantuku?" ucap Ledion.

Ada empat orang yang berada di sana. Adam, Boy, Gerald, dan Ivo. 

"Aku ingin menambah jam latihanku. Aku butuh bantuan kalian."

Empat orang itu setuju membantu Ledion. Mereka pun tidak kalah semangat. Karena jika mereka ingin mengoptimalkan latihan itu, mereka harus meningkatkan kemampuan mereka dan serius dalam latihan Ledion.

Dalam sesi latihan itu, Boy dan Gerald akan berperan sebagai pemain bertahan di tim A. Ivo sebagai gelandang bertahan di kubu yang sama. Kemudian di tim B, Adam sebagai penyerang dan Ledion berperan sebagai playmaker.

"Hentikanlah aku dengan kemampuan terbaik kalian," ucap Ledion.

"Sebaiknya kaulah yang harus mengerahkan kemampuan terbaikmu, Ledion," balas Gerald.

Permainan dimulai. Ledion berputar dan berusaha melewati Ivo. Ivo adalah pemain berkualitas. Tidak mudah melewati dirinya. Percobaan pertama gagal, Ivo berhasil memprediksi pergerakan Ledion. Percobaan kedua dan ketiga pun gagal. Ledion masih belum bisa menghancurkan pertahanan lapis pertama yang dikawal Ivo.

Ledion belum menyerah. Percobaan selanjutnya dia coba bergerak lebih cepat lagi. Ledion memiliki tubuh yang cukup besar dan kekar, sehingga dia gunakan keunggulannya itu diiringi kecepatan untuk melewati Ivo. Dia berhasil melewati Ivo, namun beberapa langkah kemudian, Gerald memotong serangannya. Bola kembali direbut lawan.

"Wah, sepertinya barisan pertahanan kita memang sangat tangguh ya. Aku bisa mengerti kenapa penyerang lawan frustrasi ketika menghadapi kita," kata Ledion.

"Kami melakukan yang terbaik, Kapten. Bagaimana denganmu?" balas Gerald.

"Entahlah. Aku akan mencoba lebih baik lagi di kesempatan berikutnya."

"Kesempatan itu tak ingin menunggumu lebih lama lagi," tukas Gerald lagi sambil menendang bola ke arah Ledion.

Dengan cara yang sama, Ledion melewati Ivo lagi. Dan saat Gerald akan menghadangnya, dia mencari jalur operan kepada Adam. Dia menemukannya.

Ledion melepaskan operan, tetapi bola itu mampu diprediksi oleh Boy Zimmerman. Celah yang sengaja dibuka Gerald ternyata telah disiapkan untuk Boy. Pertahanan yang solid dari duo defender Volendam.

Latihan itu berlangsung selama satu jam. Ledion Sehu hanya mampu mengirim empat operan kepada Adam. Pertahanan Boy dan Gerald benar-benar tangguh. Namun alasan utamanya karena Ledion belum cukup hebat sebagai playmaker, pikirnya.

"Aku kalah. Benar-benar kalah," kata Ledion. "Kita lanjutkan besok."

"Kami akan latihan bersamamu kapan pun kau butuh," ujar Adam.

"Thanks, kalian sangat membantuku."

Hari-hari berikutnya, seusai latihan rutin, kelima orang itu melanjutkan latihan tambahan. Tidak jauh berbeda dari hari pertama. Ledion masih kesusahan melewati pertahanan Boy dan Gerald. Tetapi Ledion sudah paham celah dan kesempatan seperti apa yang dia peroleh ketika mencoba melewati lawannya. Kemampuannya menganalisa lawan dan mendikte penggunaan waktu semakin membaik. Dia merasa latihan tambahan itu sungguh menguntungkan bagi dia. Dan bagi Adam dan ketiga orang lainnya, latihan itu membuat mereka semakin memahami rekan setim.

Hari ketiga mereka melakukan latihan yang sama kembali. Pada saat itu, Ledion berkembang cukup pesat. Hanya saja, untuk disebut benar-benar menaklukkan Gerald dan Boy sepertinya belumlah cukup.

"Cobalah lepaskan operan tanpa ragu-ragu. Aku bisa menerima umpanmu. Ketika bola diumpan, itu akan menjadi tanggungjawabku," ucap Adam.

Pada kesempatan berikutnya, Ledion melepaskan operan yang sangat tajam ke arah Adam. Bola berada beberapa langkah di depan Adam. Adam punya kecepatan, dan dengan usaha ekstra, dia berhasil menggapai bola itu.

"Kau menemukan senjata terbaikmu, Kapten," puji Adam.

"Sepertinya selama ini aku kurang percaya diri," sahut Ledion.

"Dengan begini, Eredivisie bukan mimpi lagi," tukas Gerald.

Ledion memungut bola. "Ini masih latihan. Di pertandingan sesungguhnya pasti akan sangat berat menerapkan apa yang telah kita dapatkan di dalam latihan ini."

"Kita hanya harus percaya pada kemampuan sendiri dan mempercayai rekan setim dalam menjalankan tugasnya," tutup Gerald.

Ledion merangkul keempat temannya itu. Latihan malam itu selesai, dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Pertandingan selanjutnya akan dimulai tiga hari lagi. Kemenangan adalah harga mati. Setiap pertandingan adalah bekal dalam meraih peluang menuju kasta teratas liga Belanda, Eredivisie.


WonderkidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang