Goal 10: Kemenangan Akhir Tahun

335 7 3
                                    

*Mulai bab ini gue bakal make sudut pandang orang ketiga. Soalnya ceritanya bakal lebih gampang dan enak dikembangin dengan PoV ini. Untuk bab-bab sebelumnya biarin aja pake PoV orang pertama ya. Capek kalau harus ngeditnya. Huahaha.*


16 Desember 2033

FC Volendam melewati periode 2 dengan raihan yang cukup bagus. Dari 9 laga, mereka mendapat 5 kemenangan, 3 seri, dan satu kali kekalahan. Pada klasemen periode 2, mereka bertengger di posisi 4. Belum cukup untuk mengamankan kesempatan masuk ke babak play-off. Jika FC Volendam tidak mampu memenangkan 1 periode pun, setidaknya mereka harus mengamankan posisi 8 besar agar mendapatkan tiket ke babak play-off.

Dua jam sebelum kick-off. Di game pertama periode 3 ini mereka benar-benar berambisi mengunci kemenangan. Setelah pertandingan ini, tim-tim Eerste Divisie akan istirahat selama sebulan sebelum musim dingin datang dan pergantian tahun tiba. Karena itu, Adam tidak ingin menutup akhir tahun tanpa kemenangan.

Seseorang datang menghampiri Adam dari arah kerumunan. Dia adalah Niek Casper, yang bisa dikatakan sebagai pemain gelandang terbaik di tim 2 Volendam. Niek menghampiri Adam sambil memegang sebuah jersey. Di punggung jersey itu tertera nomor 19. Nomor punggung Adam.

"Halo, Adam. Aku tahu kau butuh persiapan sebelum pertandingan dimulai, tetapi aku ingin berbicara sebentar," ucapnya.

"Ya, Niek, ada apa?" tanggap Adam.

"Aku datang kemari untuk menyaksikan tim utama kita bermain. Tetapi bukan hanya itu tujuanku. Aku ingin kau menandatangani jersey ini."

"Hei, ada apa ini, Niek? Kita ini sesama pemain muda, dan aku bukan siapa-siapa di sini. Aku tidak pantas melakukan ini," jawab Adam keheranan.

"Saat ini belum, tetapi dalam beberapa tahun kedepan aku yakin kau akan menjadi pemain besar."

"Dan kenapa harus sekarang?"

"Aku tidak punya waktu lain. Aku akan beristirahat hingga akhir musim. Liat ini, kakiku," dia menunjuk kakinya yang pincang, yang ditopangi tongkat. "Aku cedera. Aku tidak akan datang ke lapangan ini lagi."

Adam bingung, apa yang sebenarnya ingin Niek sampaikan. Tetapi karena dia diburu waktu, Adam mengambil jersey dan spidol yang dipegangnya, lalu membubuhi tandatangannya di sana.

"Suatu hari nanti aku akan meminta tandatangan di jerseymu juga," kata Adam.

"Tunjukkan gol kepadaku di lapangan nanti, Adam."

"Nikmati tontonan ini, sobat."

Adam memasuki ruang ganti. Di sana orang-orang tengah mengganti pakaian mereka. Tak lama kemudian Pak Alexandar Dragovic muncul dari arah pintu dan memberikan arahan.

"Kalian siap menang?" ucapnya menyulut semangat pasukannya.

"Siap!" jawab para pemain Volendam serempak.

Orang-orang di Kras Stadion bergemuruh. Mereka ingin menang, dan Adam harus memberikan apa yang mereka minta. Lawan Volendam sore itu adalah Fortuna Sittard. Bukan lawan yang mudah mengingat tim ini juga sama seperti mereka, mengincar tempat play-off.

Pertandingan dimulai. Seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya, tim oranje Volendam mengandalkan baris tengah yang dikuasai Ivo van Well sebagai Deep lying playmaker yang bermain di belakang dua centermidfielder.

Berkat porsi latihan lebih, barisan tengah Volendam kini lebih mampu melakukan pressing di area tengah. Mohammed Ros dan Siegfried Dolaini kini sudah lebih cepat dan kemampuan space coveringnya semakin bagus. Sehingga ketika lawan mencoba menyerang melalui sisi sayap, bek sayap tidak perlu bekerja ekstra keras karena dua gelandang itu siap menutup area kosong di sayap.

WonderkidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang