Goal 19: Piala Dunia, Tantangan Rival, dan Wanita.

287 6 2
                                    

16 Juni 2034, Wembley Stadium.

Piala Dunia dimulai. Pertandingan pertama, Inggris vs Korea Selatan, antusiasme penonton tergambar dari meriahnya pembukaan hingga sorai begitu peluit dibunyikan.

Saat ini aku berada di bangku penonton bersama Jayden, Patrick dan Farel. Di bangku cadangan, Yoo masih menunggu kesempatannya menjalani debut di timnas.

"Aku ingat laki-laki itu saat Piala Dunia u-20 tahun lalu. Ternyata dia memilih Korea Selatan ya," ucap Jayden berbahasa Inggris agar Farel paham.

"Apakah kau tahu aku? Aku juga ikut Piala Dunia u-20," timpal Farel.

"Aku tahu. Aku menonton hampir semua pertandingan kompetisi itu. Kecuali kau, Adam. Aku tidak kenal kau sampai kau datang ke Belanda," Jayden terbahak.

"Ya, aku hanya bermain beberapa menit. Itu pun di pertandingan terakhir saja," jawabku lemas.

"Sudahlah. Sekarang kau bahkan jadi sangat berkembang. Bermain di Belanda dan musim depan akan mencicipi Eredivisie," Farel menghiburku.

"Ya, dan musim depan aku akan mengalahkan perolehan goal orang itu," kataku kepada Farel sambil menunjuk Jayden.

"Menurutku tidak mungkin sih. Aku itu sangat hebat. Jadi, aku meragukan perkataanmu barusan."

"Aku makin bersemangat nih."

Jayden terkekeh.

"Oh, iya, apakah kau bermain di kelompok umur timnas Belanda juga, Patrick?" Farel bertanya kepada Patrick yang sedang menonton pertandingan sambil memakan popcornnya.

"Aku pernah ditawari bermain di U-19, tetapi aku menolak."

"Kenapa? tanyaku.

"Walaupun tinggal di Belanda, aku sangat ingin bermain untuk timnas Indonesia," jawabnya.

"Apa maksudmu?" Farel heran.

"Aku blasteran Indonesia-Belanda. Jadi, suatu saat aku bisa membela timnas Indonesia."

"Ha, aku bisa merekomendasikanmu ke pelatih kami," kata Farel bersemangat.

"Tidak usah. Jika aku bisa menarik perhatian dengan permainan bagus, nanti aku akan dipanggil ke timnas dengan sendirinya."

Di lapangan, permainan timnas Inggris begitu mendominasi. Mereka memainkan sepakbola menyerang. Timnas Korea Selata kewalahan dan tampak seperti kehilangan kreativitas.

Kombinasi Obinna Aliyu dan Ged Seargeant di lini tengah membuat Korea Selatan tidak bisa membangun serangan dengan baik. Kedua pemain ini sangat disiplin dalam menutup alur bola. Di garis depan, duo striker Kevin Williams dan Russel Metcalife selalu mengancam pertahanan Korea Selatan. Untungnya hingga menit lima belas, kiper Kim Hyun-Woo berhasil mengatasi gempuran kubu lawan.

Kebuntuan akhirnya pecah pada menit dua puluh tujuh. Berawal dari overlap Keith Rose yang berhasil menyusup ke pertahanan Korea Selatan. Keith melepaskan umpan tajam ke kotak penalti. Kim Seung-Hwan, salah satu pemain dari generasi terbaik SC Heerenveen, berhasil menghalau laju bola. Tetapi clearance tidak sempurna dimanfaatkan Obinna yang datang dari tengah lapangan. Bola ditendang dengan keras. Tendangan itu ditepis Hyun-Woo, namun tidak sempurna dan menghasilkan rebound. Bola muntah tersebut langsung di sodok oleh Kevin Williams. Gol tercipta. 1-0.

"Ah, sialan, akhirnya kebobolan. Padahal mainnya Inggris tidak ada bagus-bagusnya sama sekali," Farel menyerapah menggunakan Bahasa Indonesia agar tidak ada yang memahami perkataannya kecuali aku dan Patric.

Seorang gadis di depan kami menoleh ke belakang. Dia memperhatikan Farel. Pandangannya tajam. Apakah dia menyadari perkataan Farel barusan? Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke lapangan kembali.

WonderkidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang