Aku, Gerald Lebrun, dan Michael Henry masuk di starting eleven tim 2 FC Volendam yang bermain hari ini. Kami akan menghadapi Harkemase Boys sebagai tuan rumah.
Nuansa sepakbola Belanda benar-benar membuat para pemain tenang dan tidak tegang. Orang-orang datang menonton karena Sepakbola ada dari mereka dan untuk mereka. Setiap hari, banyak masyarakat yang datang ke lapangan sebagai relawan untuk membantu menjaga kebersihan lapangan. Mereka turut andil dalam kemajuan sepakbola negara ini.
Kami mulai menempati posisi masing-msing. Aku sebagai ujung tombak. Gerald menjaga jantung pertahanan. Dan Michael berada di sebelahku sebagai striker kedua.
Kick off dimulai, tim lawan membangun serangan. Kami bermain dengan formasi 4-1-2-1-2, sementara lawan menggunakan 4-2-3-1. Dari sektor sayap, lawan lebih diunggulkan karena memiliki 2 lapis sisi sayap, sehingga jika mereka menyerang dari sektor itu, mereka memiliki keuntungan. Tetapi kami unggul di sektor tengah, dengan satu midfielder di garis pertahanan, dua center midfielder, dan satu midfielder di belakang striker. Aku hanya harus mempercayai Gerald dan pemain bertahan lain agar bisa menahan gempuran sisi sayap lawan, selanjutnya kami akan menyerang melalui sektor tengah yang cenderung lemah bagi garis pertahanan lawan.
Pertandingan baru dimulai, kubu lawan sudah mulai mengancam sisi sayap kiri. Pemain sayap kiri mereka berpostur sedang, tetapi memiliki akselerasi yang cukup diperhitungkan. Bek kanan kami kewalahan mengcovernya. Beberapa kali dia berhasil melesatkan umpan silang ke kotak penalti. Gerald adalah pemain yang buas. Dia menyambar bola seakan tidak ada pemain lain yang boleh mengintervensinya. Setiap kali bola jatuh ke kakinya, dia langsung mengumpan ke central midfielder.
Dua orang di posisi central midfielder tidak memiliki passing yang baik. Visi mereka juga tidak terlalu bagus. Seringkali gelandang serang kami turun ke lapangan tengah menjemput bola. Tetapi saat itu pula lawan memiliki kesempatan melakukan intercept.
Skor berakhir 0-0 hingga turun minum. Serangan kubu lawan selalu dipatahkan oleh Gerald, sementara kami tidak bisa membangun serangan dengan baik karena kurangnya suplai bola dari tengah.
"Henry, di babak kedua nanti, bermain lebih ke dalam dan cari posisi yang bagus agar midfielder bisa melepas umpan ke arahmu dengan baik. Lalu, Adam, saat Henry mendapatkan bola, kamu bersiap menerima bola. Jaga posisimu agar berada di garis pertahanan terakhir lawan. Sesuai pengamatanku, bek tengah mereka memang bagus dalam menjaga lawannya, tetapi lari mereka tidak akan bisa mengalahkanmu. Ambil celah itu. Dan, satu lagi, fullback cobalah berperan dalam mensupport fase serangan. Lakukan overlap. Ini menguntungkan kita karena lawan bermain kaku dan bek sayap mereka sangat jarang melakukan overlap. Dengan begini cukup mematahkan penyerang sayap mereka, lalu mulai fase serangan dengan baik." ucap pelatih kami.
Dengan beberapa perubahan taktik, sepertinya peluang untuk menciptakan gol akan lebih besar.
Kick off babak kedua. Bola kutendang, bergulir kepada Michael, lalu diberikan ke belakang.
Niek Casper yang berperan sebagai Deep lying playmaker masuk di awal babak kedua. Dia kini memegang bola dan menggiringnya sambil memerhatikan jalur umpan terbaik. Di hadapannya, gelandang serang lawan sudah membayanginya. Kemudian salah satu gelandang tengah mereka mencoba memarking area antara area tengah dan pertahanan mereka, sehingga menyulitkan umpan panjang ke depan. Sementara untuk melakukan umpan pendek ke gelandang tengah lain, tampaknya akan sulit karena mendapatkan marking juga.
Gelandang serang kami, Stefano, yang di babak satu tadi kesulitan menerima bola, kelihatannya sudah mulai membaca permainan lawan dan menemukan posisi yang cocok untuk menerima bola. Niek berikan umpan panjang pada Stefano yang berlari melebar. Bek kiri lawan terpancing dan mencoba menutup laju bola, tetapi kali ini Stefano lebih sigap. Tanpa menahan bola, dengan satu sentuhan, Stefano memberikan umpan kepada Michael yang kini bermain lebih ke dalam. Salah satu central bek lawan mencoba menerjang bola, tetapi Michael dengan cepat menghindarinya dengan feint. Michael berlari cepat di sektor half space. Melihat kesempatan itu, aku berlari ke depan sambil dibayangi bek tengah lawan.
"Berikan padaku!" kataku kepada Michael.
Michael melepaskan umpan rendah yang tajam. Goalkeeper lawan bereaksi, dia mencoba mengejar bola. Sementara bek tengah yang dari tadi menempel padaku, kelihatannya tertinggal beberapa langkah dan gagal mengikutiku. Bola yang tanpa penjagaan itu kusambar, kemudian kugiring beberapa langkah agar mendapat ruang tembak terbaik agar tidak diblok kiper. Saat kurasa peluang itu datang, bola itu kutendang dan . . . GOAL!
Menit 48, kami berhasil memecah kebuntuan. Goal perdanaku di Eropa, walaupun bukan untuk tim utama, tetapi goal ini benar-benar membangkitkan semangatku untuk berjuang merebut posisi di tim utama.
Teman-teman setim menghampiriku dan merangkulku. Suasana yang tadi sempat tegang, kini menjadi cair dan tampaknya kami mulai menemukan irama permainan.
"Sekarang aku paham," ucap Gerald.
"Apa?" tanyaku.
"Benar kata Pak Dragovic. Walaupun kita berada di level permainan yang sama, tetapi kita belum memahami irama permainan orang Belanda. Dan setelah melewati babak satu tadi, aku semakin paham dan terbiasa. Sekarang aku benar-benar bersemangat. Ayo kita cetak dua atau tiga goal lagi." Gerald tampak begitu semangat dan penuh percaya diri.
"Ayo lakukan yang terbaik," tukasku.
Kick off kembali dilakukan. Sejak goal pertama tadi, kami mulai mendominasi permainan. Satu hal yang membuatku sadar, masuknya Niek Casper benar-benar mengubah permainan di sektor tengah. Area itu terlihat lebih hidup dan dinamis. Kata rekan-rekan tim 2, sebenarnya Niek tampil reguler di tim 2, dan beberapa kali juga muncul di tim utama. Tetapi karena baru pulih dari cedera, dia baru dimasukkan di babak kedua.
Dengan pola yang sama, kami terus membombardir pertahanan lawan. Memasuki menit 55, aku berhasil menciptakan goal kedua. Unggul dua goal, lawan tidak berkutik lagi dan mulai kehilangan arah.
Goal bertambah. Kali ini Michael Henry mencatatkan namanya di papan skor. Goal keempat datang lagi dari kakiku. Hat-trick perdana, di laga perdana. Semua orang menyorakiku dan mengangkat tubuhku tinggi-tinggi ketika peluit permainan berakhir dibunyikan.
Dari arah bangku penonton, seseorang turun dan melambaikan tangan. Pak Dragovic.
"Penampilan kalian luar biasa. Sepertinya kalian mulai terbiasa dengan sepakbola Belanda" ucap dia tersenyum menghampiri kami.
"Tentu saja, Pak. Dan kami juga siap tampil di tim utama," kata Gerald cengengesan.
"Melihat performa kalian, sangat mungkin kalian akan tampil di pertandingan tim utama yang berikutnya," balas Pak Dragovic.
Dua orang lainnya datang dari bangku penonton. Mereka adalah Patrick Damen dan Ivo van Well.
"Kalian juga menonton pertandingan kami?" tanyaku.
"Ya. Habisnya, aku penasaran dengan kemampuan mantan punggawa timnas yang bermain di Piala Dunia u-20," tukas Ivo.
"Dan hasilnya pengamatanmu?" kali ini Michael berbicara.
"Sudah dipastikan point penuh kita dapatkan di laga berikutnya dengan tambahan 3 pemain baru ini," ucap Ivo ringan.
Patrick merangkulku. "Bagaimana, sepakbola di sini? Sudah mulai terbiasa?"
"Ya, aku sudah bisa membaca permainan sepakbola di sini. Aku sudah tidak sabar bergabung dengan pemain-pemain di tim utama."
"Bagus. Aku menunggu saat-saat seperti ini," balas Patrick girang.
Goal perdana, serta hat-trick perdana tercipta di pertandingan pertamaku di sini. Selanjutnya tidak akan mudah. Aku akan menghadapi pemain-pemain dengan level kemampuan yang jauh melebihi lawanku saat ini. Aku harus berlatih lebih keras. Dan sesegera mungkin aku harus memahami rekan setimku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderkids
FantasyMenceritakan perjalanan karir sepakbola pemain muda Indonesia yang terlahir dalam generasi emas Indonesia. Skuad U-20 Indonesia di tahun 2033 berhasil melaju ke quarterfinal U-20 World Cup, yang merupakan pencapaian tertinggi selama sejarah sepakbol...