Sehari sebelum pertandingan melawan FC Twente, kami sudah tiba di penginapan. Malam itu setelah mendengarkan pengarahan dan strategi dari pelatih, kami diberi kebebasan melakukan apa pun.
Hari ini aku menjalankan peraturan khusus dengan Youri Oosterhoff dan Patrick Damen. Langit sudah gelap dan orang-orang mulai memenuhi kota dengan hiasan kehidupan malam. Semua orang melebur menjadi siapa dan apa saja. Kami memutuskan mencari tempat makan tidak jauh dari penginapan kami. Kami memasuki sebuah restaurant bernama Bistro De Broeierd.
Saat kami akan memasuki pintu, tiba-tiba dari belakang seseorang berlari dan menabrakku. aku terpental. Dia hampir kehilangan keseimbangannya tetapi dengan cepat menguasai dirinya. Hanya aku yang terjerembap. Ah, memalukan.
"Hei, hei, maaf, aku tidak sengaja," kata orang berambut hitam dan berkulit cerah itu. Usianya kira-kira tidak jauh berbeda dari kami.
"Kau seharusnya lebih berhati-hati, Bung. Ini tempat umum," Patrick memperingatkan.
Orang itu mengangguk sambil tersenyum. "Aku paham. Aku baru saja lari dan memang kali ini aku meleset ketika akan menghindari kerumunan orang. Aku minta maaf." Dia melirik restaurant di samping kami. "Ah, begini saja. Kutraktir kalian. Ayo makan malam sambil bincang-bincang."
"Sudahlah. Aku tidak apa-apa, Pat," kataku kepada Patrick begitu bangkit.
"Ah, baiklah kalau begitu. Lagipula aku sudah lapar."
Orang itu tersenyum dan menjadi orang pertama yang masuk ke dalam.
Dia mempersilakan kami duduk. "Silakan."
Obrolan kami dimulai saat orang itu memperkenalkan dirinya pada kami.
"Ah, maaf baru memperkenalkan diri. Aku Mustafa. Olahragawan lokal yang juga suka menonton pertandingan-pertandingan olahraga."
"Aku Adam," kataku.
"Patrick," sahut Patrick.
Di ujung Youri juga menyahut, "Aku Youri."
"Kalian ini atlet ya?" tiba-tiba orang itu bertanya.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku.
Dia tersenyum. "Saat kita bertabrakan tadi, aku merasakan tubuh yang lumayan keras dan tidak mudah tumbang. Tubuh yang biasa dimiliki atlet. Jika kau bukan atlet, mungkin saja barusan kau sudah terpental jauh."
"Benar. Kami pemain Sepakbola Volendam," Patrick menyambung.
"Ah, Volendam ya. Klub promosi yang katanya cukup diperhitungkan itu. Jadi kalian adalah orang-orang hebat yang membawa klub kalian promosi ke Eredivisie. Aku sangat senang bertemu kalian."
"Aku tidak. Aku baru bermain di tim utama musim ini," Youri memotong.
"Musim ini kau akan bersinar, Kawan."
Seorang pelayan berjalan ke arah kami dan kami memesan makanan. Selama menunggu makanan, kami membicarakan banyak hal tentang sepakbola.
Akhirnya makanan datang dan kami menghentikan obrolan untuk sementara dan menyantap makanan kami.
Aku bisa melihat dengan jelas, orang ini tahu banyak tentang sepakbola. Mungkin saja dia juga pemain sepakbola seperti kami. karena aku penasaran, aku bertanya padanya.
"Apakah kau juga pemain sepakbola?"
Dia mengangguk. Tangannya mengelap mulutnya dengan tisu.
"Hanya pemain sepakbola di klub lokal. Bukan apa-apa. Aku lebih senang melihat pertandingan sepakbola."
"Datanglah menonton pertandingan kami besok," kata Youri bersemangat.
"Ah, tentu, pasti. Aku akan dengan senang hati menonton permainan kalian esok hari. Kuharap kalian bisa menampilkan permainan yang indah."
"Kami tidak akan mengecewakanmu," sahutku.
Mustafa berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan membayar makanannya dan pergi duluan. Ada sedikit urusan. Jadi, semoga lain kali kita bertemu."
"Sampai ketemu lagi," balas Patrick.
Saat Mustafa sudah pergi, Patrick tampak berpikir keras. Aku penasaran apa yang tengah dia pikirkan.
"Ada apa?"
"Aku tidak asing dengan wajah orang itu."
"Oh ya? Siapa?"
"Sebentar," Patrick mengecek handphonenya dan mulai googling nama seseorang. 'Ozbey', tulisnya.
Saat hasil pencarian muncul, yang tertera adalah foto orang tadi, Mustafa. Mustafa Yilmaz Ozbey.
"Hei, itu kan orang tadi," Youri berteriak kaget.
"Ya. Pantas saja tidak asing. Aku melihatnya di video yang diperlihatkan pelatih Julio tadi. Orang ini adalah Mustafa Yilmaz Ozbey, sayap kanan FC Twente.
"Apa? Dia adalah lawan kita besok?"
Patrick mengangguk. "Tidak salah lagi."
Di luar lapangan, kami sudah bertemu lawan kami besok. Aku merasakan langsung kekuatan orang itu. Keseimbangan serta kekuatan tubuhnya sangat mengerikan. Jika tadi aku lengah dan tidak memasang badan begitu ditabrak, mungkin seperti kata dia, aku akan terpental jauh.
Itu baru salah satu lawan kami. Dan kami langsung bertemu orang yang mengerikan.
Tetapi besok kami harus berjuang. Kami tidak boleh kalah melawan musuh sehebat apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderkids
FantasyMenceritakan perjalanan karir sepakbola pemain muda Indonesia yang terlahir dalam generasi emas Indonesia. Skuad U-20 Indonesia di tahun 2033 berhasil melaju ke quarterfinal U-20 World Cup, yang merupakan pencapaian tertinggi selama sejarah sepakbol...