Tidak hanya aku yang baru datang kemari. Selain aku, ada beberapa orang lainnya yang baru bergabung beberapa hari lalu, 4 orang bergabung hari ini. Mereka bergabung dengan status pinjaman.
Michael Henry dan Gerald Lebrun adalah dua orang yang berasal dari klub induk yang sama. Havre Athletic Club. Ketika kutanyai mengapa mereka memutuskan bergabung kemari daripada bermain di klub mereka yang baru saja promosi ke Ligue 1, mereka menjawab karena ingin mendapat jam bermain lebih banyak. Di musim lalu mereka bermain tidak lebih dari sepuluh pertandingan. Dan kupikir itu wajar karena umur mereka baru 18 tahun. Lebih muda dariku. Dan mereka telah menembus skuad utama.
Ron de Jong juga seperti itu. Klub asalnya, Almere City, baru saja promosi ke Eredivisie. Dia memutuskan pergi ke klub lain untuk sementara waktu demi mendapatkan menit bermain lebih banyak.
Satu lagi ada Ivo van Well, pemain asal PEC Zwolle FC. Ivo merupakan pemain internasional Belanda u-19. Orang-orang mengenalinya karena di umur 15 tahun telah debut di tim senior Sparta yang bermain di Eredivisie, walaupun hanya mengecap 1 pertandingan di musim pertamanya itu. Zwolle tertarik dan langsung bergerak mendatangkannya. Selama dua musim di Zwolle, dia telah bermain lima kali. Dan kali ini, di umurnya yang memasuki 18 tahun, dia ingin menguji kemampuannya sebagai pemain reguler di klub lain. Dia dipinjamkan ke Volendam dan tampaknya Ivo akan mendapatkan tempat reguler di sini, mengingat dirinya adalah pemain junior Belanda yang berbakat.
Setidaknya, di antara orang-orang baru, perlahan aku bisa dekat dengan mereka.
Yang pertama kali menyambutku di sini adalah kapten kami, Ledion Shehu. Pria berkewarganegaraan Albania ini sangat ramah dan tahu bagaimana menghadapi orang baru.
"Halo, selamat datang di klub. Semoga kamu segera terbiasa dengan lingkungan di sini."
"Halo. Ya, aku akan berusaha segera berbaur dengan tim."
Pertemuan pertama, Manajer kami membahas tentang persiapan tim untuk laga perdana di liga. Kami akan menghadapi Jong FC Twente. Twente merupakan klub besar di Belanda. Pemain-pemain mudanya merupakan pemain berbakat yang dihimpun dari seluruh belanda. Mereka akan menjadi lawan berat.
"Untuk pemain dari luar Belanda yang baru bergabung dengan tim, kalian akan bermain di tim 2 dulu. Kuharap kalian segera belajar cepat tentang sepakbola Belanda."
Manajer tidak ingin mengambil resiko memainkan pemain luar yang baru datang. Menurutku itu bisa diterima karena kami belum tahu banyak kodisi sepakbola di sini. Dan dengan bermain di tim 2, manajer bisa memantau kami. Aku harus menunjukkan kemampuanku di tim 2 agar segera dimainkan di tim utama.
Dragovic menghampiriku, kemudian berkata setengah berbisik, "Kamu sudah lama tidak bermain di klubmu sebelumnya. Prioritaskan untuk mengembalikan kebugaranmu. Jangan khawatir, kamu punya kesempatan bermain di tim utama."
Kata-kata Dragovic membuatku agak tenang.
"Halo, bagaimana hari pertamamu di sini?" Ucap seseorang. Ternyata Patrick Damen, si blasteran Indonesia-Belanda.
"Hai, baik. Aku menikmati hari pertama ini."
"Oh, iya, apa posisimu?" tanyanya.
"Striker. Bagaimana denganmu?"
"Aku bermain di sektor pertahanan kiri," sahutnya. "Tiga hari lagi pertandingan perdana akan dimulai. Perhatikan baik-baik bagaimana orang-orang di sini bermain. Kutunggu saat kau muncul di lapangan."
"Pasti. Aku akan menunjukkan kemampuanku, sesegera mungkin."
***
Pertandingan tim utama berlangsung seminggu sebelum pertandingan tim cadangan. Semua pemain yang tidak termasuk di skuad yang bertanding hari ini duduk di kursi penonton. Kami disuruh memerhatikan pertandingan ini, terutama bagi kami pemain muda yang baru bergabung.
Ivo van Well mengisi posisi gelandang dan masuk ke starting eleven. Sebagai pemain muda tim nasional, tentu itu bukanlah hal yang mengejutkan. Pemain muda lainnya, Ron de Jong, duduk di bangku cadangan. Duo Havre Athletic Club tidak masuk di daftar skuad, sama sepertiku. Mereka sekarang sedang duduk di sampingku, berbicara menggunakan bahasa Prancis.
"Hei orang Asia, kudengar kamu ikut Piala Dunia U-20 beberapa bulan yang lalu ya?" tanya Gerald Lebrun.
"Ya. Ada apa memangnya?" sahutku.
"Walaupun tim ini bermain di liga kasta kedua, untuk ukuran pemain muda Asia, tampaknya masih sulit untuk masuk tim utama. Jadi kamu jangan terlalu berkecil hati," ucap dia dengan nada meremehkan.
"Orang Asia atau bukan, aku hanya ingin mencoba yang terbaik," balasku. "Lalu bagaimana dengan pemain muda Eropa sepertimu? Apakah menurutmu liga ini tidak berat bagimu?"
"Pemain muda biasa sih, jelas sulit. Tapi aku ini salah satu perwakilan U-20 Prancis. Aku adalah pemain yang cukup selevel dengan liga ini."
"Kamu yakin?"
"Ya. Bukan ingin menyombongkan diri. Di klub indukku, aku memiliki kesempatan bermain. Tetapi jika aku tidak keluar, maka aku hanya mendapatkan jumlah bermain yang sedikit. Ya, kau tahulah, Ligue 1. Liga itu lumayan berat."
"Sudahlah, jangan menyombongkan diri. Yang perlu kita lakukan adalah membuktikan diri kepada manajer agar kita tidak membuang-buang waktu di sini," Michael Henry, rekannya Lebrun menimpali.
"Aku hanya sedikit kesal saja karena manajer itu terlalu takut untuk mempercayai kita."
Walaupun aku sudah menerima keputusan manajer, tetapi apa yang dikatakan Lebrun tidak bisa kubantah juga. Kami datang kemari karena percaya akan mendapat tempat di tim. Tetapi berbicara saja tidak cukup. Pertandingan pekan depan, kami bukan hanya harus bermain baik, tetapi tampil dengan permainan yang benar-benar luar biasa agar manajer percaya dengan kami.
"Kau beruntung, orang Asia, tim ini memakai formasi 2 penyerang. Jika tidak, kamu tidak punya kesempatan bersaing dengan Henry," ucap Lebrun lagi.
"Apa maksudmu?" tanyaku.
"Aku terpilih masuk Timnas U-20 karena persaingan posisi pemain bertahan tidak terlalu sulit. Tetapi di posisi penyerang ada banyak pemain muda Prancis yang memiliki skill di atas rata-rata. Henry tidak seberuntung aku. Tetapi walaupun dia bukan perwakilan timnas sepertiku, percayalah, kemampuan dia ada di atas level penyerang yang sedang bermain di lapangan saat ini."
"Kalau begitu kita bisa bekerjasama. 2 penyerang dengan ambisi yang besar pasti akan menciptakan banyak gol."
"Percayakan saja padaku untuk masalah pertahanan. Aku akan mencoba untuk percaya kepada kalian untuk tidak membuang peluang. Ayo buat skor yang besar di pertandingan pekan depan."
Pertandingan tim utama berlangsung. Di posisi kiper ada Hank Bijl. Dua center back diisi Boy Zimmerman, yang merupakan bek Timnas Curacao, dan ditemani Bas Pijpers. Kemudian di sisi kiri ada Patrick Damen. Sektor pertahanan kanan diisi Thom de Graaf. Ivo van Well berdiri di posisi gelandang bertahan. Dua gelandang tengah dikuasai Mohammed Ros dan Siegfried Dolaini. Posisi gelandang serang ditempati kapten tim, Ledion Shehu. Dua penyerang diisi Wim Koops dan Wesley Wassenaar.
Permainan tampak berimbang. Jual beli serangan terjadi di antara kedua tim. Penyerang tim kami bermain tidak terlalu baik. Beberapa peluang gagal dikonversi menjadi gol. Padahal suplai bola dari tengah cukup bagus.
Serangan dari Jong FC Twente beberapa kali membahayakan pertahanan kami. Setiap kali serangan lawan digagalkan, Ivo bertanggungjawab memulai serangan balik dengan umpan-umpan terukurnya. Hingga 90 menit berlangsung, pertandingan tetap 0-0. 1 point kami dapatkan di pertandingan pertama.
"Kalian lihat? Tim kita masih banyak celah," ucap Lebrun senyum-senyum.
"Lalu kenapa kau senang?" tanya Henry heran.
"Artinya peluang kita untuk menggantikan mereka yang bermain di sana itu terbuka lebar, Kawan."
Sepulang dari pertandingan itu, aku mengambil bola dan membawanya ke halaman rumah. Aku mendribble ke sana kemari tanpa tujuan. Hanya berputar-putar. Aku membayangkan diriku berdiri di lapangan tadi.
Jika ingin bermain di tim utama, aku harus menunjukkan kualitasku dengan cara bermain baik pekan depan di pertandingan tim reserve yang berada di di Derde Divisie kasta keempat Belanda. Dan itu adalah harga mati.
Sepakbola Eropa bukanlah hal mudah. Aku masih harus berjuang demi mendapatkan kesempatan bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderkids
FantasyMenceritakan perjalanan karir sepakbola pemain muda Indonesia yang terlahir dalam generasi emas Indonesia. Skuad U-20 Indonesia di tahun 2033 berhasil melaju ke quarterfinal U-20 World Cup, yang merupakan pencapaian tertinggi selama sejarah sepakbol...