Untuk kedua kalinya pada pagi itu, Bastian menerima tamparan dari Bintang. Hanya sepersekian detik setelah ia melepaskan ciumannya dari bibir Bintang.
Bastian kembali merasakan panas di pipinya. "Sepertinya nampar orang hobi lo deh?"
"You deserve for what you have done?" balas Bintang singkat.
Bastian menyeringai. "What? Kissing you is a crime? Or what?"
Bintang mengalihkan pandangannya dari wajah Bastian. "You know what? Gue gak punya waktu buat orang seperti lo." Kemudian gadis itu berlalu, mengambil pakaiannya lalu mengenakannya dengan kilat dan meninggalkan apartemen Bastian.
Tanpa menyadari, satu barang berharga tidak tahu kapan tertinggal di apartemen Bastian.
***
Bintang merasa bodoh. Ia merasa sangat bodoh karena tidak sadar kalau ia sudah pindah seminggu yang lalu ke unit sebelah, yaitu unit 1016. Dan ia merasa semakin sangat bodoh kenapa bisa tertidur di tempat orang asing, bahkan orang asing itu menciumnya.
Tidak mau membuat dirinya semakin bingung, Bintang berlalu ke kamar mandi. Berharap air panas bisa menenangkan otak dan perasaannya.
***
Bastian terdiam setelah ditinggal begitu saja oleh perempuan asing yang baru saja ia cium. Terlalu banyak masalah di pagi pertama dan hari pertama ia tinggal di tempat baru. Terlalu banyak hal yang tidak ia mengerti. Dan satu hal yang paling ia tidak mengerti, kenapa dia mencium gadis itu? Lelaki itu tidak menemukan jawabannya, apapun itu.
Hanya saja.
Ia ingin menciumnya.
"Bodo amat! Gue, seorang Bastian memikirkan masalah sepele? Gadis aneh itu aja yang membesarkan masalah. Seharusnya dia beruntung dicium sama gue, Bastian Matteo Daviandra." Bastian berkata begitu, tanpa menyadari kini ia bukanlah seorang artis di negara orang lain.
Tidak mau memikirkan masalah yang membuat kepalanya sakit, Bastian berjalan kembali ke kamar berniat untuk membersihkan badannya. Namun di pertengahan jalan, kaki Bastian tidak sengaja menginjak sebuah benda.
Dompet?
Tanpa berpikir panjang Bastian tahu bahwa dompet itu adalah milik gadis asing tersebut.
Bastian menyeringai.
Tidak bermaksud iseng, Bastian membuka sekilas dompet gadis tersebut hanya untuk melihat nama pemilik dari dompet tersebut.
Bintang Layna Aquene
Well, pretty name, pikirnya.
Setidaknya ia akan mempunyai satu alasan lagi untuk bertemu dengan perempuan yang ia cium di pagi pertama di Brisbane.
***
Setelah berpikir cukup panjang, Bintang memutuskan untuk mengambil barang berharganya di unit 1015. Langkah Bintang berhenti di depan pintu, namun ia masih enggan untuk menekan bel apartemen tetangga barunya tersebut. Tetapi rasa lapar akhirnya mengalahkan rasa gengsi Bintang, ia pun menekan bel apartemen lelaki itu.
Hanya membutuhkan 5 detik menunggu pintu itu terbuka.
"Halo, tetangga baru," sapa Bastian ramah.
Bintang sedikit terkejut dengan sikap Bastian barusan. Meskipun masih kesal, Bintang dengan baik mengimbangi sikap Bastian, walaupun masih terlihat sedikit kesal.
"Gue gak akan basa-basi busuk. Gue Cuma minta dompet gue kembali." Bintang tersenyum sedikit diakhir kata. Terpaksa, tentunya.
Bastian menyilangkan lengannya di dada. "Perasaan gue gak pernah ambil dompet lo. Kenapa lo minta benda itu ke gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
عاطفيةJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...