Middle

2.7K 296 9
                                    


Bintang menguap lebar-lebar, menahan kantuk yang menyerangnya sedari tadi. Ditambah, mata kuliah World Music yang mengharuskannya mendengar beberapa teori selama 2 jam. Hidup Bintang terasa bebas saat kelas itu berakhir.

Suasana hati Bintang yang baik pun semakin membaik setelah membaca pesan masuk dari Bastian.

Bastian: Craving for sandwich! Subway, yuk?

Dengan cepat Bintang membalas pesan Bastian. Pesan yang dikirim Bintang berisikan bahwa ia setuju untuk bertemu dengan Bastian di Subway.

Bintang melanjutkan langkahnya masih sibuk dengan ponselnya. Tanpa ia sadari seseorang menahan lengannya.

Mata Bintang membelalak saat tahu siapa orang yang berdiri di hadapannya.

Seseorang yang sudah beberapa hari ini ia hindari, Adrian.

"Hai, Ryan," sapa Bintang dengan canggung.

Adrian tersenyum tetapi senyumnya berbeda saat itu. "Hey, Bee."

Hening menyelimuti mereka beberapa detik.

Saat Adrian akan bersuara, saat itu pula Bintang hendak pamit.

"Ryan, aku—"

"Tunggu, Bee." Adrian lebih cepat menahan Bintang. "We need to talk. We really need to talk."

Pandangan Bintang bertemu dengan Adrian beberapa detik. Terlihat lelaki itu tampak serius. "Harus sekarang, Ryan?"

"Kamu mau kita bicara kapan, Bee?" Adrian mendesah. "Kamu mau berapa lama menyiksa aku sama sikap dingin kamu yang begitu mendadak?"

Mendengar Adrian begitu lirih, Bintang akhirnya menyingkirkan perasaan yang mengganggunya dan menyetujui ajakan Adrian.

"Kamu mau kita bicara di mana?"

Adrian tersenyum lega. "Maunya kamu di mana? Aku mau kita bicara dengan nyaman."

Bintang mengangguk. "Kita ke taman Brisbane Park aja, mau?"

Langkah Bintang bergerak terlebih dahulu. Sedangkan Adrian mengikuti Bintang dari belakang.

Biasanya langkah mereka diiringi tawa. Biasanya langkah mereka selalu beriringan. Biasanya kaki panjang Adrian memperlamban gerakan agar langkahnya selaras dengan Bintang. Biasanya jemari mereka terpaut satu sama lain, atau lengan Adrian bertempat pada bahu Bintang dan lengan Bintang merangkul pinggang Adrian.

Itu pertama kalinya mereka berjalan dengan menjaga jarak. Pertama kalinya mereka berjalan dengan hening. Pertama kalinya langkah mereka tidak saling beriringan.

Hal itu menyiksa Bintang maupun Adrian.

Dari sudut Bintang, ia dengan segala usahanya menahan perasaan sakit dan air matanya.

Dari sudut Adrian, ia hanya ingin membuat Bintang nyaman. Karena sikap diam Bintang beberapa hari itu, tentunya memliki alasan. Adrian akan mendengar semuanya dari sudut Bintang dan memperbaiki semuanya.

Langkah Bintang mendekati salah satu bangku taman dan duduk di sana.

Adrian mengisi tempat kosong yang berada di sebelah Bintang.

Mereka kembali hening, namun saat itu Adrian merasa tidak bisa diam saja.

"Aku gak bakal banyak tanya, Bee. Hanya satu yang mengganggu ku. Just explain me, everything. Kasih tahu aku alasan di balik sikap kamu belakangan ini?"

Bintang tidak terkejut atas pertanyaan Adrian. Dia sudah mengira bahwa Adrian akan menagihnya pertanyaan seperti tadi. Bahkan, Adrian berhak akan jawabannya. Namun, tetap saja sulit bagi Bintang untuk berbicara.

Brisbane: RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang