Bastian masih bingung dengan situasi yang sedang ia hadapi. Sangat membingungkan hingga membuatnya terlihat bodoh.
Terlalu bodoh karena berpikir sesuatu baru saja terjadi antara dirinya dan Bintang.
Apalagi saat Bintang memberinya sinyal bahwa seseuatu benar-benar terjadi antara dirinya dan perempuan itu.
Membingungkan.
Apalagi saat Bastian meminta maaf. Saat Bastian melihat wajah Bintang yang begitu berbeda. Kedua pipinya yang merah dan ekspresi sendu yang Bintang perlihatkan.
Membingungkan.
Apalagi saat jemari Bintang menyentuh wajahnya. Ibu jari Bintang mengusap lembut wajahnya. Membuat Bastian melayang entah ke mana itu. Dan satu lagi.
Saat Bintang mengucapkan maaf, lalu mengecup bibirnya, walaupun untuk beberapa detik.
Saat Bintang meninggalkannya dan berlalu. Bastian membeku di tempat. Tidak percaya dengan apa yang Bintang lakukan. Beberapa detik ia sadar, ia ingin menyusul Bintang, tetapi...
Adrian is calling.
Sebenarnya Bastian terlalu malas untuk menjawab panggilan masuk itu, tapi ia harus.
"Halo, Adrian, kenapa?"
Bastian menangkap inti dari pembicaraan Adrian yang menyuruhnya untuk segera bersiap karena kelas akan dimulai sekitar 45 menit lagi.
"You better hurry, bro. Because you're not gonna ruin first meeting of class. Gue tunggu di tempat biasa." Adrian menutup panggilannya.
Ingin rasanya Bastian bolos, tetapi tidak mungkin pada hari pertama ia memasuki setiap mata kuliah baru, kalau ia tidak mau bingung di pertengahan.
Bastian mengetik pesan kepada seseorang.
I am sorry but I have to go. Morning class. You've got a lot of things to explain, Bintang.
Sent.
Bastian melangkah keluar dari unit apartemen Bintang, tetapi ia memastikan dirinya akan kembali ke tempat itu, secepatnya.
***
Bintang merasa bodoh. Sudah tidak terhitung berapa kali ia memaki dirinya sendiri di dalam hati.
"Why did you kissed him, Bintang? Lo bego apa? Oke kalau lo menyesal, tapi bukannya lo cium dia juga. Minta maaf kek, apa kek, malah cium? Bego!" Bintang berbicara sendiri.
Bintang menghentikan kegiatannya saat satu notifikasi baru saja ia terima.
Bastian: I am sorry but I have to go. Morning class. You've got a lot of things to explain, Bintang.
Bagus, pikir Bintang. Setidaknya kali ini, saat ia keluar dari kamarnya, ia tidak akan berurusan dengan Bastian untuk beberapa saat. Bintang merasa lega.
Kali ini, ia hanya harus memikirikan cara agar bisa menghindari Bastian.
Langkah Bintang membawanya ke kamar mandi, ia berharap air hangat yang membasahi tubuhnya akan menenangkan, sekaligus memberinya ide untuk menghindari Bastian.
Apapun itu caranya.
***
Kelas Music Techniques and Aura Skills terasa begitu menyenangkan sekaligus melelahkan bagi Bastian. Dan itu merupakan hal yang bagus.
"Jela banget lo beda dari kelas Music in Society 1 kemarin," ujar Adrian.
"Ya beda lah. Kemarin itu full theory, sekarang itu campur, jadi gak bosan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomanceJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...