Bintang tidak bisa tidur. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Banyak yang ia pikirkan, namun hanya satu yang paling menarik perhatiannya.
Saat Bastian menciumnya.
Saat ia membalas ciuman Bastian.
Bintang dapat memastikan dirinya sendiri saat ia mencium kembali Bastian ia tidak memiliki perasaan apapun. Atau belum? Entahlah. Ditambah setelah mereka saling melepas diri, Bastian menatapnya beberapa detik, sebelum ia menjawab panggilan masuk dari ponselnya.
Benar, alasan mereka saling melepaskan diri karena telepon genggam milik Bastian berbunyi. Panggilan masuk itu dari Mia saat Bintang mendengar Bastian menyapa kembali orang yang menelponnya.
Damn that stupid phone, damn you, Mia! Umpatnya yang beberapa detik kemudian langsung ia lenyapkan.
Tetapi emosi Bintang kembali meradang saat mengingat Bastian meninggalkannya begitu saja, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Bastian meninggalkan dirinya dengan seribu pertanyaan.
"I have to go," ucap Bastian dengan suara parau. Dengan bodohnya, Bintang hanya mengangguk. Seolah suara Bastian baru saja menyihirnya. Dan tatapan itu...
He stares at me, softly, what is he trying to say?
Seharusnya ia menahan Bastian, memberi penjelasan apa yang harus ia jelaskan. Meminta penjelasan dari Bastian atas apa saja yang baru terjadi antara mereka.
Jemari Bintang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
You know what? I don't care! Just pretend it was nothing, like he did.
***
Saat Bastian mencium Bintang, ia tidak mempunyai niat selain mengerjai perempuan itu. Tetapi saat bibirnya menyentuh bibir Bintang, dirinya seolah tersihir.
I've missed this moment.
Saat jemari Bintang berpindah tempat ke tengkuknya, dan saat perempuan itu mulai menciumnya kembali.
Her lips were softer than I would have imagined.
Beberapa saat Bastian merasakan momen yang begitu magis. Meskipun ia tahu ia memulai semuanya dengan niat yang salah, tetapi Bastian tidak ingin mengakhirinya begitu saja.
I want this moment to last forever.
Tetapi, pikiran itu harus Bastian lenyapkan saat telepon genggamnya berbunyi.
Stupid that phone.
Tetapi bunyi telepon itu terlalu mengganggunya. Mau tidak mau ia melepaskan dirinya dari Bintang terlebih dahulu. Beberapa detik ia menatap Bintang di matanya.
I like the way you kissed me back. Itulah yang Bastian ingin sampaikan saat matanya bertemu dengan mata Bintang. Ia ingin perempuan itu mengerti maksud dari tatapannya, tetapi Bastian seolah telah lama mengenal Bintang, otak perempuan itu tidak akan mudah mengerti begitu saja.
Mia is calling.
Emosi yang dirasakan Bastian hilang begitu saja saat ia tahu siapa orang yang baru saja memanggilnya. Ia menjawab panggilan Mia dalam waktu cepat kemudian pamit dengan Bintang.
"I have to go," suara parau Bastian menyaratkan ia tidak ingin pergi, tetapi harus. Saat Bintang hanya mengangguk dengan apa yang ia ucapkan. Ia suka sikap penurut Bintang.
Ia suka, tetapi saat itu perasaanya terbagi dengan Mia.
I do, I really care about you, Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomansaJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...