Because everyone has their own what-ifs moment.
Bintang kembali pada suasana 'bagaimana jika' yang membuat dirinya bingung.
Begitu banyak tanda tanya berputar di kepala Bintang. Entah dia tidak mengerti setiap kejadian yang terjadi pada hidupnya, atau otaknya masih sulit mencerna setelah semua yang terjadi pada dirinya. Hingga membuat Bintang ingin kembali mengulangi kehidupannya dari awal.
Bagaimana jika malam itu ia tidak mendengar cerita Bastian tentang kenyataan bahwa Adrian saling berkaitan dengan Bernard Nathanel?
Hingga pikiran Bintang melayang pada satu titik.
Bagaimana jika Adrian tidak pernah menjalin hubungan dengan dirinya?
Tangan Bintang yang tadi menopang dagunya kini berpindah. Jemarinya menyisir rambutnya dengan gusar. Berharap hal itu bisa menyingkirkan beban di kepalanya.
Saat itu Bintang merasa kilas balik. Kilas balik yang tidak pernah ingin ia ingat, tetapi tidak pula ingin ia lupakan.
***
Jakarta, 5 tahun yang lalu.
Ketika Bintang membuka kedua bola matanya, ia berusaha bangkit dari tempatnya, tetapi kepalanya terasa lebih berat dari keinginannya. Pandangan Bintang mengitari kamar yang begitu asing.
Saat melihat infus bertengger di samping kasurnya, Bintang dapat menyimpulkan di mana ia berada saat itu.
Beberapa detik setelah Bintang terjaga, seseorang memasuki kamar di mana Bintang dirawat. Dilihatnya ibunya Aini tengah berjalan dengan mata berkaca-kaca.
"Bee, sayang. Kamu udah bangun?"
Bintang tersenyum bermaksud menenangkan ibunya. "Udah kok, ma. Ma, kalau Bee boleh tahu, kenapa Bee bisa di sini?"
Kalimat yang baru saja didengar Aini dari mulutnya sontak membuatnya terkejut. "Bee, you don't remember anything?"
Bintang menggeleng. Waktu itu ia merasa pusing setelah mendengar kalimat Aini. Ia masih tidak mengerti mengapa ibunya bertanya demikian. Tetapi, Bintang sendiri tidak ingin terlalu memikirkannya dan membiarkan dirinya bersabar hingga mendengar penjelasan dari dokter.
"Mama panggil dokter dulu yah buat kasih tahu keadaan kamu," ucap Aini lalu meninggalkan Bintang.
Berselang beberapa menit Aini kembali bersama dengan dokter dan perawat.
Setelah menanyakan kabar dan memeriksa kondisi Bintang, dokter mulai menjelaskan mengapa Bintang bangun dengan kondisi tidak mengingat kejadian yang menimpanya.
"Seperti yang saya ceritakan sebelumnya pada Bu Aini, setelah kejadian yang menimpa Bintang, bahwa pada bagian kepala terdapat benturan keras, sehingga itu alasan mengapa Bintang tidak mengingat beberapa kejadian yang telah menimpanya."
Bintang mengalihkan fokusnya, tidak ingin mendengar diagnosa lanjut yang diceritakan dokter kepada ibunya. Sebenarnya Bintang tidak ingin cengeng, tetapi ia tidak bisa untuk menahan air matanya.
Beberapa menit kemudian dokter meninggalkan dirinya bersama Aini. Bintang menghilangkan raut sedihnya sebelum ia menoleh. Ia menemukan Aini masih berair mata.
"Ma, Bee udah gak apa-apa. Mama jangan nangis dong."
Aini menyeka air matanya. "Maklum dong mama khawatir. Kamu kan anak perempuan mama satu-satunya."
Bintang memberi senyum pada Aini, memberitahu ibunya bahwa ia baik-baik saja. "Ma, Bee boleh minta sesuatu?"
"Apa, Bee? Kamu mau apa, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
Storie d'amoreJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...