Sudah seminggu semenjak Adrian mengetahui semua yang Bintang simpan untuk beberapa saat, semenjak itu pula ada yang berubah antara Bintang dan Adrian.
Masing-masing mereka masih saling berhubungan, tetapi ada beberapa hal berubah.
Semua perubahan tidak terjadi dalam satu malam. Hari demi hari kedekatan mereka berubah. Alasan sibuk lah yang membuat mereka saling menjaga jarak satu sama lain.
Awalnya Bintang baik-baik saja. Tetapi, lama-kelamaan hal itu mengganggunya. Bintang memang tidak marah, tetapi ada mengganjal perasaannya.
Hingga hari itu Bintang akhirnya punya kesempatan untuk bertemu dengan Adrian karena lelaki itu memberitahunya bahwa ia sedang tidak enak badan.
Ada perasaan gugup sesaat langkahnya berhenti di depan unit apartemen Adrian. Sudah satu minggu tepatnya ia sudah tidak bertemu dengan Adrian.
"Hei, Bee," sapa Adrian sesaat ia membuka pintu.
Bintang tadinya terkejut karena ia tengah melamun. Namun, ia dengan cepat menyembunyikan perasaannya.
"Hei, Ryan." Bintang tersenyum. Lalu ia ingat sesuatu. "Oh, iya. Aku bawa bubur ayam dari restoran Cina kesukaan ku."
Adrian tersenyum pada Bintang. "Makasih, Bee." Lalu ia hendak mengambil yang dibawa Bintang, tetapi Bintang lebih dahulu menahannya.
"Biar aku aja, kamu duduk aja gih."
Bintang berlalu ke dapur sedangkan Adrian dengan tenang menunggu. Sesaat Bintang menaruh hidangan di depan Adrian, saat itu pula Adrian menyantapnya dengan lahap.
Biasanya Bintang akan berbicara sesuatu atau Adrian akan bersuara terlebih dahulu. Namun, tidak satu pun dari mereka yang memulai obrolan.
Adrian sibuk dengan makanan, sedangkan Bintang menunduk tengah menatap kosong layar ponselnya.
"Lihat apa sih, Bee?" tanya Adrian ketika ia selesai makan.
Bintang mengadah saat mendengar Adrian. "Gak lihat apa-apa, sih." Lalu dilihatnya piring Adrian sudah kosong. "Udah habis ya, Ryan?"
Sesaat Bintang merasa bodoh dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Tidak biasanya ia berbasa-basi seperti tadi.
Adrian masih tersenyum dengan tingkah Bintang. Ia mengerti dengan situasi yang tengah mereka alami, namun masih ada perasaan ragu untuk berbicara.
Di saat Adrian akan berbicara, saat itu pula ponsel Bintang berdering hingga Adrian menunda pembicaraannya.
"Halo, Bastian?" ucap Bintang saat ia menjawab panggilan masuk itu.
Adrian lalu bangkit dari posisinya, membiarkan Bintang berbicara dengan nyaman. Ditambah, Adrian memang tidak ingin tahu urusan Bintang dan Bastian. Bukannya Adrian marah, hanya saja ada rasa penasaran mengenai kedekatan Bintang dan Bastian. Adrian tidak cemburu, karena ia tahu Bintang memang tidak ada apa-apa dengan Bastian. Hanya naluri Adrian saja berkata bahwa ada sesuatu antara Bintang dan Bastian.
Baru saja beberapa menit Adrian duduk di sana, Bintang sudah menghampirinya.
Bintang merasa Adrian tidak nyaman saat itu.
"Bastian tanya nomor sekuriti apartemen kalau kamu mau tau, Ryan," ucap Bintang sekaligus menjawab rasa penasaran Adrian.
Mendengar ucapan Bintang membuat Adrian semakin yakin bahwa Bintang dan Bastian hanyalah tetangga. Tidak lebih dari itu. Ingin Adrian percaya demikian, tetapi sulit.
"Satu minggu ini kita saling kasih kabar dengan telepon atau pesang singkat. Sesimpel itu. Tetapi ada perasaan rumit yang aku rasakan, Ryan." Akhirnya Bintang memulai pembicaraan yang sudah lama ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomanceJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...