Bingung.
Itulah yang dirasakan Bintang. Semuanya membingungkan. Mulai dari adegan romantis oleh Bastian dan Mia. Perkenalan singkatnya dengan Adrian. Kini, ia dihadapkan oleh Bastian dan Adrian yang saling kenal satu sama lain.
"You two know each other?"
Baru saja Bastian akan menjelaskan semuanya pada Bintang, seseorang menginterupsi dari jauh.
"Bintang, please handover the brochure that you held," ucap sumber suara.
Right, David. Kenapa di setiap momen penting gue harus terganggu. Bintang membalikkan tubuhnya namun langkahnya terhenti saat lengan seseorang menahannya.
"At least, give me your contact." Adrian meminta ponsel Bintang yang tanpa ragu Bintang langsung memberinya. Jemari sibuk bermain di ponsel Bintang.
"Here you go, gue hubungi lo nanti gak apa-apa, kan?" tanya Adrian yang langsung disambut anggukan Bintang.
"Okay, see you then," pamit Bintang tanpa menoleh ke arah Bastian.
Mulut Bastian membentuk huruf O. Tidak percaya dengan sikap Bintang terhadapnya. Ditambah, ia bingung dengan Adrian yang begitu cepat akrab dengan Bintang. Sedangkan dirinya sudah seminggu lebih mengenal Bintang, tidak pernah dapat perlakuan seperti yang Adrian terima tadi.
Adrian melihat ekspresi bingung Bastian. "Lo kenapa, bro?"
Bastian mengalihkan pandangannya. "Sebelum gue jawab pertanyaan lo, gue juga mau tanya, lo juga kenal Bintang?"
"Kenal sih. Baru kenal tadi?"
Kening Bastian mengerut. Seolah mencurigai Adrian. "Yakin lo baru kenal dia tadi?"
Adrian tidak kalah heran dengan pertanyaan Bastian. "Emang kenapa?"
Bastian dengan mantap menjawab. "Bintang yang gue tahu gak seperti tadi. Dia mudah akrab sama lo. Dari cara dia melihat lo, seperti kalian teman lama yang baru ketemu."
Adrian terkekeh. "Lo pintar juga."
Bastian semakin bingung oleh jawaban Adrian. "Maksud lo?"
"Lo kenal Bintang dari mana?" Adrian kembali bertanya.
"Panjang ceritanya," jawab Bastian singkat.
Dengan demikian, Adrian menjawab. "Mungkin lebih panjang cerita yang gue punya bersama Bintang dibanding lo." Kemudian Adrian kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Bastian yang masih kebingungan.
***
Bastian senang bisa kembali berhubungan dengan Mia. Dari tadi senyum tidak meninggalkan wajahnya. Hanya pesan singkat berisi tentang masa lalu mereka cukup membuat Bastian merasa bahagia.
Saat ia mengatakan tujuannya bukanlah Mia pada ayah, ia tidak sepenuhnya berbohong. Namun, sekarang ia kembali bertemu dengan Mia bagaikan sebuah bonus, dan Bastian tidak akan menyia-nyiakan hal itu.
Pesan yang dikirimkan Mia terakhir kali sekitar satu jam yang lalu. Bastian telah mengirim balasan, namun pesan tersebut belum dibaca.
Mungkin Mia sedang sibuk, pikirnya.
Bastian seketika merasa kosong. Namun kekosongannya berlarut begitu saja saat otaknya berakhir memikirkan seseorang.
Bintang.
Otak Bastian berpikir keras, bagaimana cara untuk berbicara dengan Bintang, tanpa pertengkaran.
Tidak memerlukan waktu yang banyak untuk menemukan cara tersebut. Dengan cepat Bastian meninggalkan kamarnya dan berjalan ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomantizmJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...