Sudah hampir seminggu Bintang menjalani hidupnya yang normal. Normal dalam arti kata tidak ada gangguan dari Bastian.
Bukan berarti Bastian tidak menghubunginya sama sekali. Pagi, siang dan malam, setidaknya ada satu pesan dari Bastian yang menanyakan keberadaannya. Tetapi dengan singkat Bintang menjawab ia sibuk. Terkadang ia tidak membalas sama sekali.
Bintang bukannya sengaja menjaga jarak dengan Bastian. Hanya saja, ia tidak ingin Bastian menanyakan hal yang serupa padanya. Karena pada dasarnya, Bintang tidak mempunyai jawaban atau alasan atas pertanyaan Bastian.
Kesibukan Bintang mungkin merubah hubungannya dengan Bastian, tetapi tidak dengan Adrian. Walaupun ia tidak bertemu sama sekali dengan lelaki itu, tetapi setiap pesan maupun panggilan masuk yang ia terima dari Adrian, tidak pernah ditolaknya.
Bintang menjalani hari normalnya dengan tenang, tetapi ia tidak bisa berbohong kalau ia merasa kosong beberapa saat. Ia tidak pernah berniat mencari alasan atas perasaannya. Tidak akan pernah.
***
Bastian tidak pernah mengeluh akan kelas yang tiap hari ia datangi. Ia kini mulai terbiasa dengan sistem kuliah yang berlaku di UQ. Hari itu tepat pukul 1 siang kelas berakhir. Dengan langkah cepat ia meninggalkan kelas. Tetapi, langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya.
"Bastian, where are you going?"
Lelaki itu membalik tubuh, mencari sumber suara yang memanggilnya dan menemukan Adrian yang berjalan ke arahnya.
"Eh, Lo Adrian! Mau ketemu sama Mia nih," jawab Bastian.
Adrian memprotes Bastian saat itu. "Mia terus dari kemarin. Kapan jalan bareng lagi, bro?"
Bastian terdiam. Tidak tahu mau menjawab apa. Terlihat seperti Bastian menjaga jarak dengan Adrian, bahkan setelah mendengar sepenggal cerita dari Adrian alasan kenapa ia mendekati Bintang yaitu karena dulu ia mempunyai kenangan bersama Bintang. Bukan itulah yang membuatnya jarang bersama Adrian.
Lelaki itu hanya ingin mengesampingkan segala hal yang membuatnya bingung. Ia ingin menjauhi apapun yang membuat perasaannya tidak nyaman, dan kembali pada tujuan awalnya, Mia.
Bastian baru saja akan menjawab pertanyaan Adrian, tetapi dering ponselnya terlebih dahulu mengundang perhatiannya.
Melihat panggilan masuk tersebut dari Mia, dengan gerakan cepat Bastian mengangkat.
"Yes, Mia? I just finished my class. Kamu tunggu aku di Art Museum? You already brought the form? Okay, I'll be there!" ucap Bastian setelah Mia memutuskan panggilan.
"Next time kali, bro. Mia udah tunggu gue."
Adrian mengangguk mengerti. "Santai lah, bro. Good luck ya!"
***
Pada hari itu juga merupakan kesibukan padat Bintang yang terakhir. Segala persiapan untuk penerimaan anggota baru dari organisasi teater selesai sudah. Yang ia perlukan saat adalah memberitahu semua calon untuk mempersiapkan diri dan formulir. Terutama seseorang yang sudah memintanya terlebih dahulu, Adrian.
Bintang dengan cepat menemukan kontan Adrian kemudian meneleponnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Bintang menunggu Adrian mengangkatnya.
"Hello, Ryan! I'll just make it quick, gue tunggu lo di Subway. There is something I would like to tell you," ucap Bintang begitu semangat. Setelah mendengar kata 'oke' dari Adrian, Bintang melanjutkan perjalanannya ke Subway.
Di tengah jalan, Bintang dikejutkan oleh seseorang yang memeluk badannya dari samping. Ia menoleh untuk melihat siapa barusan yang memeluknya dan menumkan Adrian yang sedang tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomansaJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...