Best Friend Talk

3.2K 285 4
                                    

Seorang perempuan membawa dua gelas minuman yang berisi dua cokelat panas. Langkahnya hati-hati berjalan mendekati sudut kafe, karena tidak ingin cokelat panas yang memenuhi gelas itu tumpah.

Sedangkan yang duduk di sudut kafe itu tengah melempar pandangannya keluar. Tatapannya kosong, tidak tahu fokusnya sedari tadi menatap apa.

"There you go," ucap perempuan itu setelah menaruh gelas di meja. Tanpa menunggu jeda ia mengambil miliknya, menyesap sedikit saja. "Bintang!" Ia kembali bersuara, kesal tidak dihiraukan.

Bintang sempat terlonjak karena suara yang menyapanya cukup besar. Tatapannya mendapati cokelat panas di depannya, yang langsung ia minum.

"Thank you, Anya."

"Yeah, Bee. You are very welcome." Anya meneguk minumannya setengah, karena ia merasa butuh tenaga setelah itu. "Bee, ini udah 3 hari lo kabur ke Gold Coast. Mendadak. I know, something happened."

Bintang ingin membantah. Lagi. Namun, sudah tidak terhitung berapa kali ia mengatakan hal yang sama pada Anya. Ia tahu bahwa ia mudah ditebak oleh teman dekatnya tersebut.

"It's complicated, Nya." Bintang berhenti sejenak. Berpikir bagaimana merangkum semua yang ia alami dengan ringkas.

"Complicated? Masalah apa? Kuliah? Nyokap? Bokap?" Tiba-tiba Anya terpikir sesuatu. "Atau...pacar?"

Mata Bintang membulat setelah mendengar ucapan Anya. Ia merasa takjub beberapa saat karen Anya menebak dengan benar.

"Seriously, Bee?"

"Sebenarnya bukan pacar sih." Bintang berhenti sejenak, menghabiskan minumannya. "Teman dekat, mungkin?"

Anya kembali bertanya siapa orang yang dimaksud Bintang, namun tidak mudah bagi Bintang untuk menjawab pertanyaan Anya. Hingga Anya setuju mendengar cerita Bintang tanpa mengetahui siapa orang yang ada pada cerita Bintang.

Bintang menceritakan semuanya dengan singkat. Antara dirinya dan Bastian. Ia memang sengaja tidak menceritakan perihal Adrian, karena alasan atas sikap Bintang saat itu bukan Adrian.

"I actually have no idea what is my true feeling with him. Gue akui, gue suka. But that's it. Gue cuman suka. Tetapi..."

"Lo bingung, gitu?" Anya berucap asal, tetapi membenarkan perasaan Bintang. "You kissed him, already?"

"I did."

"Perasaan lo setelah itu? Gimana? Biasa aja?"

"Gue..." Bintang ingin menjawab, namun tidak menemukan kalimat yang tepat. "Gue...gak ngerti. Tapi Bastian—"

Bintang menutup mulut begitu sadar ia menyebutkan nama Bastian pada Anya.

"Bastian?" Anya tersenyum lebar. "Jadi Bastian namanya?"

Bintang tersenyum canggung. "Iya. Namanya Bastian, Nya."

"Dari tadi kek jadi lo gak susah mencari kata pengganti si Bastian selama cerita. Kasih tau nama aja kok ribet."

"Ya. Gue sengaja gak kasih tau karena ada alasan, Nya. Dan ini gak sesimpel yang lo kira."

Anya menatap Bintang dengan heran. Tidak biasanya Bintang bersikap tertutup. Biasanya Bintang terbuka, menceritakan apapun tanpa melewatkan hal-hal kecil yang ia alami.

Tiba-tiba raut wajah Anya berubah. Ia sengaja bersikap seperti itu, dengan maksud membuat Bintang untuk lebih terbuka padanya. Karena ia sendiri pun tidak terlalu mengerti apa yang sudah dibicarakan oleh Bintang dari tadi.

Brisbane: RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang