Di saat Bastian menahannya, ingin rasanya Bintang melawan. Tetapi hari itu ia terlalu lelah untuk melawan siapapun.
"Lo perlu ngomong apa lagi?"
Bastian tahu Bintang akan berkata demikian. Tetapi kali ini Bastian akan melakukan yang terbaik.
"Semuanya, Bintang." Bastian menatap Bintang dengan serius. "Gue mau kita lupakan semuanya dan mulai hubungan kita dari awal."
Bintang terdiam. Ia heran mengapa Bastian berkata seperti itu, seolah lelaki itu bisa membaca pikirannya.
"Kita mulai semuanya dari awal, sebagai teman," ucap Bastian dengan mantap.
Bintang harusnya senang saat mendengar hal seperti itu keluar dari mulut Bastian, tetapi ia tidak bisa berbohong saat ia merasakan sesuatu.
Sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Melihat Bintang tidak menjawabnya mendorong Bastian untuk kembali bertanya.
"Mohon Bintang, jawab gue. Gue gak mau kehilangan teman pertama gue di sini. Gue gak bisa setiap lihat lo dan gue Cuma bisa diam." Gue tersiksa gak ngomong sama lo beberapa hari ini.
Bintang harusnya tahu dari awal, yang terjadi di antara dirinya dan Bastian sebelumnya hanyalah karena Bastian belum menemukan tujuannya. Ia dapat merasa kini bahwa Bastian telah menemukan tujuannya. Mia.
Berkali-kali Bintang memastikan dirinya untuk tidak berpikir hal lain. Dengan usaha begitu kuat Bintang mengesampingkan perasaan tidak nyamannya. Ia harus bisa berteman dari awal dengan Bastian.
"Okay."
Seolah tidak percaya dengan satu kata yang diucapkan Bintang, membuat Bastian kembali bertanya. "Serius?"
"Emang gue kelihatan bercanda?" tanya Bintang masih dingin.
Senyum membelah wajah Bastian. "Serius sih. Tapi kalau iya kita mulai berteman, wajahnya jangan dingin gitu dong." Kedua telunjuk Bastian membentuk bibir Bintang agar tersenyum. "Nah, gitu."
Bintang awalnya malas, tetapi ia ikut tertawa bersama Bastian.
"Sebelum kita kembali ke apartemen masing-masing, main 21 question yuk?" ajak Bastian yang disambut oleh anggukan Bintang.
"Boleh." Bintang menyetujui karena ia merasa bosan.
Bastian berjalan mendekati ayunan yang diikuti oleh Bintang.
Setelah Bastian menduduki salah satu ayunan, Bintang mengambil posisi duduk di sebelah Bastian.
"Kita mulai?" tanya Bastian yang diikuti oleh pertanyaannya.
Setengah dari 21 pertanyaan dilontarkan oleh Bastian dan Bintang. Hingga di pertengahan permainan terasa serius.
"Okay, giliran gue," ucap Bintang lalu berpikir. "Sebenarnya ini pertanyaan dari adik gue, lo kalau sebagai pahlawan suka diwakili oleh superhero apa?"
Bastian mengerutkan dahi. "Adik lo?"
"Iya, adik gue. Oh iya, gue hampir lupa cerita ini ke elo kan. Kenapa gue tahu cerita lo sama Mia kemarin itu karena gue dengar dari adik gue yang kebetulan penggemar lo."
Pastinya Bastian salah mengira saat itu karena Bintang berkata lain. Tetapi membuatnya senang, karena adik Bintang merupakan penggemarnya. "Mungkin gue harus ketemu adik lo suatu waktu."
Bintang tidak menjawab. Tidak ingin melanjutkan cerita tentang adiknya.
"Untuk menjawab pertanyaan lo tadi. Gue pilih superman. Gak adalasan khusus sih. Gue suka aja." Bastian berhenti sejenak. "Oke, sekarang giliran gue."
Bastian berpikir akan menanyakan Bintang apa.
Tetapi, selama itu Bastian selalu bertanya-tanya tentang satu hal.
Tentang Bintang dan Adrian.
Sebenarnya pertanyaan semacam itu tidak boleh dikeluarkan selama bermain.
Namun, Bastian tidak bisa menahan dirinya.
"Bintang, lo suka sama Adrian?"
Tentunya, Bintang tidak menjawab pertanyaan Bastian.
Bisa saja, tidak akan pernah menjawabnya.
***
Author note:
Maaf kalau pendek. Maaf kalau kurang gitu. Maaf, aku gak cantik #lah. Btw, aku masih lanjut nulis ini kok. Kemarin gak update karena gak ada waktu. Sekarang pendek, karena ada waktu sedikit. As always, hope you like it.
Ps: Gak janji sih, tapi aku usahakan part besok lebih panjang :)
W
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
Любовные романыJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...