Adrian dan Bintang dalam perjalanan mereka menuju apartemen Bintang. Sesuai dengan yang dijanjikan Bintang, jika Adrian lulus maka mereka akan merayakannya di apartemen Bintang.Bintang masih terkejut dengan hasil audisi tadi. Apalagi saat Adrian terpilih sebagai pemeran utama. Ia tidak bisa membayangkannya, tetapi bayangan itu tetap ada dipikirannya karena Bintang lah yang menulis naskah untuk pertunjukkan teater itu.
Adrian sedari tadi merasa ada sesuatu yang salah dengan Aquinsha. "Lo kenapa, Bee?"
Bintang mengadahkan kepalanya saat mendengar Adrian. "Gak apa-apa kok. Kenapa Ryan?"
"Dari tadi lo diam aja. Lo lagi mikirin apa, sih?"
Bintang menutup rapat mulutnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.
Adrian berhenti lalu menarik tubuh Bintang agar menghadapnya. "Serius gak apa-apa?"
"Serius. Gue cuma lagi mikir aja..."
Adrian mengerutkan dahinya. "Mikirin apa?"
"Mikir aja. Salah satunya mikirin kalau lo jadi pemeran utama nanti gimana." Bintang terdiam sejenak. "Karena gue yang nulis naskah teater tahun ini kali ya. Makanya gue berimajinasi." Lalu Bintang tertawa canggung.
Adrian tersenyum saat mendengar Bintang. Ia dapat mendengar ada rasa khawatir pada Bintang.
"Jalan lagi, yuk. Perut gue mules. Dan gak ada tempat paling nyaman selain di rumah." Bintang berjalan dengan cepat.
Adrian hanya mengikuti langkah Bintang. Ia suka dengan Bintang yang tidak terlalu larut dengan perasaannya.
***
Bintang segera berlari ke kamar mandi saat langkahnya memasuki apartemen. Meninggalkan Adrian yang sibuk berjalan sembari melihat setiap sudut apartemen Bintang.
Adrian membaca satu buku novel yang terletak di ruang tengah sembari menunggu Bintang.
Sekitar 20 menit, Bintang akhirnya keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Adrian lalu langkahnya mendekati lelaki itu.
"Pantas suasana hati gue gak baik-baik aja." Bintang bersuara dan Adrian mengalihkan pandangan ke Bintang.
"Ternyata perut gue mules itu karena dapet," ucap Bintang terang-terangan. Ia menggigit bibi bawahnya, merasa mau seketika. "Ups..."
Adrian tertawa dengan kejujuran Bintang. "Gak apa-apa kali. Lebih baik gue tahu daripada gak tahu. Kebanyakan cewek sekarang kasih kode, yang kadang gue gak ngerti."
Bintang tersenyum. "Syukur deh kalau lo merasa demikian."
Adrian menyandarkan tubuhnya, menyamakan posisi dengan Bintang.
"Makan kali ini delivery pizza aja, ya?"
Pertanyaan Adrian membuat Bintang mengalihkan pandangannya. "Delivery pizza?"
"Iya. Kita delivery aja. Kasihan lo nanti kelelahan. Masaknya lain kali aja."
Bintang merasa terharu setelah mendengar Adrian.
"Benar gak apa-apa, Ryan?"
Adrian mengangguk. "Gue sih fine aja. Gak tahu deh lo mau makan apa. Gue ngikut aja."
Bintang senang. Saking senangnya ia memeluk lengan Adrian. "Thank you, Ryan. Thanks for understanding my condition."
Adrian mengacak pelan rambut Bintang.
"Aku yang telepon ya, pizza tuna, gak apa-apa kan?"
***
Ketika bel apartemen Bintang berbunyi, Adrian berlari kecil untuk membuka pintu. Tepat setelah Adrian membuka pintu, ia menemukan Bastian tengah melakukan transaksi pada pengantar pizza.
![](https://img.wattpad.com/cover/85808155-288-k48220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomanceJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...