Bintang terbangun dengan kepala yang terasa berat. Kali ini bukan alarm dari ponsel yang membangunkan Bintang, melainkan cahaya matahari yang menembus jendela apartemen Bintang.
Badannya terasa sakit akibat tempat yang ia tiduri terasa begitu sempit dari biasanya. Kedua pipi Bintang juga memerah karena kebiasaan tidurnya yang menyamping. Bintang untuk satu malam mengalah dengan Bastian yang tidak sadarkan diri tiba-tiba semalam. Untuk semalaman Bintang harus rela tidur di sofa bed yang berada di ruang tengah.
Seperti orang lain, Bintang juga memiliki kebiasaan untuk melihat ponselnya setelah bangun tidur. Tetapi Bintang tidak dapat menemukan ponselnya, dengan malas ia bangkit dari posisinya dan berjalan ke kamarnya. Masih dalam keadaan setengah mengantuk.
Saat langkahnya memasuki kamar, ia menemukan Bastian. Masih tertidur dengan tidak mengenakan atasan apapun. Ingin rasanya Bintang menyiram lelaki itu dengan satu ember air lalu menyeretnya keluar. Tetapi Bintang tidak terlalu jahat untuk melakukan hal tersebut.
Letak ponsel Bintang tidak jauh dari kasur. Dengan enggan dia duduk di kasur yang masih ditiduri oleh Bastian. Bukannya memeriksa setiap notifikasi yang ia dapat, pandangannya Bintang lebih tertarik pada waktu yang tertera di ponselnya.
6.45 AM.
Hal tersebut otomatis membuat mata Bintang yang setengah terbuka kembali tertutup. Tanpa sadar atau tanpa memperdulikan Bastian masih tertidur di kasurnya.
***
Bastian terbangun dengan karena perutnya yang terasa kosong dan kepalanya yang terasa berat. Masih setengah sadar. Tetapi ada satu hal yang menarik pandangan Bastian meskipun matanya masih setengah terbuka.
Dekorasi kamar yang berbeda walaupun masih bernuansa hitam putih. Di tambah aroma yang tercium olehnya.
Ini bukan kamar gue.
Pandangan Bastian mengitari setiap sudut kamar. Satu hal yang menarik pandangan Bastian. Meja rias yang begitu lengkap.
Sejak kapan gue punya perlengkapan make up, dan sejak kapan gue mengganti Bvlgari Aqua dengan Bvlgari Jasmin Noir?
Pandangannya kembali mengitari kamar. Ia terkejut saat melihat sesosok perempuan sedang tertidur di sampingnya.
Bintang?
Otaknya berputar. Mengingat setiap kejadian yang ia alami.
Bastian ingat sesuatu.
Ia mencium Bintang dan Bintang menciumnya kembali.
Ternyata gue masih mimpi...
Detik berikut pandangan Bastian tidak pernah lepas dari wajah Bintang. Ia mengingat setiap kejadian yang ia alami dengan Bintang semalaman. Mengingat hal tersebut, membuat Bastian benar-benar tidak ingin bangun dari mimpinya.
Bastian menutup jaraknya dengan Bintang. Lengannya yang bebas menumpu kepala Bintang. Saat melihat kedua pipi Bintang yang merah, jemari Bastian terdorong untuk menyentuh lembut pipi Bintang.
Kedua pipi Bintang yang memerah memutar otak Bastian untuk berpikir apa saja yang ia lakukan bersama Bintang, meskipun itu hanya mimpinya.
Ditambah dengan sweater warna hitam yang dikenakan Bintang mirip dengan yang ia punya.
Namun, Bastian tidak ingin memaksa ingatannya. Ia mendekap tubuh Bintang, tidak ingin melepaskan Bintang, tidak di mimpinya.
***
Bintang merasakan sesuatu menyentuh pipinya, namun Bintang tidak semudah itu terbangun. Tetapi tidak dengan satu ini. Saat ia merasa susah bernapas. Tiba-tiba Bintang merasa pengap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomansaJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...