Sore itu, Vivi disibukkan dengan dengan beberapa tugas. Sedangkan Adrian yang tadinya menemani pun merasa bosan dan bangkit dari posisinya lalu mengitari apartemen Vivi.
Langkahnya berhenti di dapur untuk segelas air putih, hingga pandangannya jatuh pada satu kotak besar berwarna cokelat. Adrian berjalan menghampiri kotak itu dan melihat beberapa album foto di dalam kotak.
Adrian lanjut melihat isi setiap album foto yang ada dalam kotak tersebut tanpa izin dari Vivi. Tidak ingin melihat album foto itu sendiri, Adrian pun membawa beberapa album foto dan kembali duduk di sofa. Sedangkan Vivi masih sibuk dengan tugas dan duduk di lantai yang beralas karpet.
Tangan Adrian sibuk membalik setiap halaman album foto. Album foto yang pertama berisi potret dirinya dan Vivi. Terlihat isi album foto itu adalah dirinya dan Vivi sewaktu kecil. Senyum mengembang di wajah Adrian ketika melihat potret-potret itu.
"Vi, this one is cute." Adrian melihatkan foto mereka yang masih belita tengah berpelukan. Foto itu menggambarkan mereka tengah memakai seragam dongeng putri terkenal.
Vivi mengalihkan fokusnya beberapa detik untuk melihat foto yang diberikan Adrian. Ia tertawa kecil. "Lo tuh yang cute ikut-ikutan pakai gaun Snow White."
Adrian ikut tertawa lalu kembali sibuk dengan album foto berikutnya. Setiap album foto tidak Adrian lewatkan, hingga ia berhenti pada satu album foto yang memutar kilas baliknya beberapa tahun yang lalu.
Sampul album foto itu terlihat baru karena isi foto itu berisi kejadian yang belum lama terjadi. Halaman pertama album itu berjudul All Star Summer Camp. Tanpa bersuara, Adrian pun melihat isi album itu dengan tenang.
Isi album berisi potret beberapa teman yang ia kenal selama acara. Potret Vivi dan Adrian. Bahkan potret Bintang dan Adrian. Meskipun potret itu hanya beberapa. Namun, itu sukses memutar kembali otak pada kejadian itu.
Sebenarnya ada beberapa kejadian yang Adrian tidak mengerti tentang kejadian itu.
Tidak ingin mengingat kejadian yang sudah ia lupakan itu, Adrian pun membalikkan setiap halaman dengan cepat. Tangannya berhenti membalik setiap halaman ketika menemukan satu foto yang menarik perhatiannya. Foto itu tidak tertempel di halaman foto, melainkan terserak begitu saja. Hal itu memudahkan Adrian untuk mengambil foto itu lalu menyimpannya secara diam di saku jaket.
Sebelum Vivi membalik tubuhnya untuk melihat Adrian, semua album foto sudah berpindah tempat di samping Adrian dengan tersusun rapi. Sedangkan Adrian tengah sibuk dengan ponselnya.
"Finally done!" teriak Vivi. Tampak perempuan itu lega setelah menyelesaikan tugas.
Adrian pun mengalihkan pandangan ke Vivi. Lelaki itu dengan tenang merespon Vivi. "Cepat juga lo nulis esai 2000 kata."
"Jangankan 2000 kata. Di Collarts mah lebih dari ini." Vivi seketika merinding mengingat tempat di mana ia sebelum di UQ.
Vivi melempar tatapan ke jendala dan melihat langit sudah gelap. "Udah malam aja." Lalu ia melihat Adrian. "Lo makan malam di sini aja, Adrian."
Adrian tampak setuju. "Boleh aja sih. Gue yang delivery ya."
"Oke. Lo telepon dulu untuk delivery, tunggu juga sekalian. Gue mau mandi dulu." Vivi kemudian berlalu meninggalkan Adrian di ruang tengah.
Dengan cepat Adrian memesan makanan cepat saji lalu dengan waktu yang tersisa Adrian mengeluarkan dua foto yang ia curi tadi.
Foto pertama terlihat dua perempuan tengah tersenyum dengan latar yang ia kenal. Adalah tangkuban perahu latar foto tersebut.
Foto kedua, tampak dua perempuan tengah tersenyum. Salah satunya tengah duduk di kasur berwarna putih dengan perban di kepalanya. Melihat foto itu membuat rasa sedih dan penasaran Adrian muncul di waktu bersamaan.
Di tengah lamunannya, terdengar bunyi apartemen Vivi yang menandakan seseorang baru saja tiba di apartemen itu. Seperti yang Adrian duga, orang yang mengantarkan pesanan yang ia pesan tadi tengah menunggu di pintu apartemen.
Dengan cepat Adrian melakukan transaksi dan kembali ke ruang makan. Di sana, Vivi tengah duduk menunggunya. Tampak perempuan dengan handuk menutupi rambutnya.
"Dah sampai ya? Pesan apa sih?" sambut Vivi.
Adrian meletakan pesan itu di meja. "Ayam goreng aja, sih. Gue udah lapar banget soalnya."
Vivi membuat suara dari tangannya. Terlihat perempuan itu sangat senang. "Kok lo tahu sih gue mau ayam goreng. " Vivi mengambil satu kotak untuk dirinya dan memberikan kotak lainnya pada Adrian.
Di tengah makan malam, sesekali Vivi bercerita pada Adrian. Ceritanya tidak jauh dari kegiatan kampusnya, dan hal-hal lainnya.
Awalnya, Adrian membalas setiap ucapan Vivi dengan antusias. Namun, tidak dipungkiri sesekali ia terganggu dengan foto yang ia temukan tadi.
Yang terjadi adalah, Vivi bercerita dengan semangat. Sesekali ia tertawa dengan ceritanya. Sedangkan Adrian, awalnya ia mengikuti apa yang Vivi lakukan. Namun, beberapa saat ia terlihat tidak tertarik. Sesekali ia tertawa, tetapi tawanya tampak canggung.
Vivi sebagai sahabat Adrian pun menangkap sikap aneh Adrian yang semakin terlihat.
"Adrian, is there something wrong?" tanya Vivi tampak serius.
Adrian tampak santai dan tidak memerdulikan ucapan Vivi yang mulai berubah arah. "Something wrong? What do you mean?"
"Don't ask me back, but answer me!"
Adrian yang tadinya menunduk pun mengadah untuk melihat Vivi. Terlihat ekspresi Vivi serius dan sedikit kesal terhadapnya.
"Gue tanya lo balik karena gue benar-benar gak ngerti apa yang lo tanyakan ke gue, Vi."
"Dan lo bukanlah orang bego yang gak mengerti ke mana arah pembicaraan gue, Adrian."
Ucapan Vivi sukses membuat Adrian bungkam.
"You can lie to everyone but not me, Adrian."
Kedua tangan Adrian mengusap wajahnya dengan gusar. Ia tidak suka saat seseorang bisa menebak emosinya, apalagi jika itu Vivi. Sudah ia duga bahwa Vivi bukanlah seseorang yang mudah untuk ia hindari.
"Lo mau tahu alasan dari sikap gue, Vi?"
"Just tell me, gue sahabat lo, Adrian. Lo bebas mau cerita apa ke gue."
Vivi salah kira. Adrian tahu itu, tetapi tidak bisa melakukan apapun jika Vivi sudah memaksa.
"Lo yakin lo mau gue cerita alasan di balik sikap gue?"
Perkataan Adrian membuat Vivi takut beberapa saat, namun ia merasa tertantang. "Gue yakin."
"Lo janji sama gue, lo gak akan menyesal, Vi?"
Dengan mantap Vivi mengangguk. "Gue janji."
Adrian mengeluarkan dua foto yang ia simpan di saku jaket. Ditaruh foto itu di meja.
"Ini. Alasan di balik sikap aneh gue."
Di seberang Adrian, terlihat Vivi terkejut.
"Sekarang, giliran lo Vi. Giliran lo kasih tahu gue cerita di balik dua foto ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomanceJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...