No Hurt Feeling

4.6K 325 8
                                    


Bintang. Bisa ketemu sebentar, gak?

Pesan dari Adrian tersebut membuat yang membacanya terkejut. Ada perasaaan bersalah ketika tidak sengaja membuka ruang obrol dari lelaki itu, namun ia tidak bisa memutar waktu kembali. Ada perasaan tidak senang, namun bagaimana pun pesan itu tidak bisa ia tutupi dari seseorang.

Adalah Bastian yang membaca pesan tersebut. Ada alasan pula mengapa ponsel Bintang ada padanya.

"Gimana, Bas? Om Fery udah proses semuanya?" Bintang duduk di sebelah Bastian. "Lagian kenapa bisa ceroboh gitu sih. Kebiasaan banget bawa kartu ini itu tapi gak bawa dompet."

Bastian mendengar semua omelan Bintang, namun ia tidak bisa fokus. Sedari tadi ia membeku di tempat sembari mencari akal bagaimana akan memberitahu Bintang perihal pesan yang dikirm Adrian.

Dan benar saja, Bastian yang tidak merespon Bintang membuat perempuan itu menoleh.

"Is everything okay, Bastian?"

Bastian menegakan posisinya. Bagaimana pun ia tidak bisa berdiam tempat seperti tadi dalam waktu yang lama.

"Everything is okay." Bastian kembali menatap layar ponsel Bintang lalu memberi ponsel tersebut, dengan pesan Adrian yang tertera di sana. "Except this one."

Bintang membaca pesan singkat tersebut. Pesan Adrian yang memintanya untuk bertemu. Perasaannya tidak karuan, antara senang dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Namun perasaan yang menyelimut keseluruhannya adalah bingung. Ia bingung bagaimana harus merespon Adrian.

"Jawab aja, Bintang. Siapa tau penting kenapa dia minta ketemuan."

Bastian berbicara dengan mudah, namun tidak mudah untuk Bintang menggerakan tangannya menjawab pesan Adrian.

"Siapa tau dia minta ketemuan terus minta balikan. Kalian kan belum benar-benar putus."

Ucapan sarkastis Bastian membuat Bintang menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal. Entah mengapa, ucapan itu membuatnya semakin bingung.

"Ya udah kalau gitu," ujar Bintang sembari sibuk membalas pesan Adrian.

Kalimat Bintang yang singkat membuat Bastian penasaran. "Udah apa?"

Bukannya menjawab, yang Bintang lakukan adalah bangkit dari tempat duduk. "Aku pergi ketemu Adrian dulu, ya," ucapnya lalu berjalan keluar.

Meninggalkan Bastian dengan sejuta rasa penasaran yang tertinggal di pikiran lelaki itu.

***

Lima belas menit.

Bintang tidak dapat menghentikan hitungan di kepalanya. Sudah lima belas menit berselang waktu setelah Bintang mengiyakan permintaan Adrian untuk bertemu dengannya di taman UQU, yang berada tidak jauh dari Schonell Theater.

Saat Bintang hendak menghubungi Adrian, saat itu pula ia lihat sosok lelaki itu dari jauh. Adrian berjalan mendekatinya dengan membawa sesuatu –seperti paper bag dari kedai kopi kesukaannya. Saat jaraknya sudah sangat dekat, Adrian melayangkan sebuah senyuman.

Senyuman hangat itu menenangkan perasaan dan mempercepat degup jantung Bintang di waktu bersamaan.

"Halo, Bee." Adrian menempatkan dirinya di sebelah Bintang. "Udah lama di sini?"

Bintang mengulum senyum seraya mengangguk. "Engga juga." Setelah itu ia tidak bersuara lagi. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada lampu taman. Berharap Adrian memecah keheningan secepatnya.

"This one is yours." Adrian mengeluarkan sesuatu dari paper bag dan benar saja yang diharapkan Bintang tadi—bahwa Adrian akan membawakannya sesuatu.

Brisbane: RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang