Suara tawa Bintang dan Adrian saling beradu di tengah obrolan mereka.
"Iya jadi Mr. John itu kelihatan ngantuk banget, ya yang diajar juga ikutan ngantuk lah," ucap Adrian mengakhiri ceritanya.
Bintang tertawa sembagi mengangguk setuju setiap mendengar cerita Adrian. "Dia emang gitu, Ryan. Gue waktu kelas Music in Society 1 juga diajar sama si bapak John. Tapi bawaannya emang gitu bisa apa lagi kita."
Adrian tersenyum melihat tawa lepas Bintang. Seperti mimpi menjadi nyata bisa mengobrol dan bercanda dengan Bintang. Sudah lama ia merindukan suasana saat itu hingga memimpikannya. Tetapi kali ini, bukanlah mimpi, tetapi sebuah kenyataan.
"Lo kenapa gitu banget liat gue?" Bintang bertanya saat melihat Adrian menatapnya dengan ekspresi aneh. "Gue cantik ya? Emang sih," lanjut Bintang sembari mengibas rambutnya.
Adrian tidak mampu menahan tawanya. "Apaan deh Bee, tanya sendiri jawab sendiri."
Bintang terpaku saat mendengar Adrian memanggilnya dengan Bee.
Adrian yang menatap raut wajah Bintang yang berubah pun beralasan. "Kalau lo tadi panggil gue dengan Ryan, gue boleh dong panggil lo Bee? Anggap aja gue pernah punya teman namanya Bintang tapi gue biasa panggil nama teman gue itu dengan Bee.
Ekspresi wajah Bintang berubah. Kali ini ia tersenyum. "Alasan aja lo, tapi gue emang dipanggil Bee sih sama mama, papa, adik terus teman-teman gue."
Ada secercah harapan Adrian kalau Bintang akan mengingatnya, ternyata tidak sama sekali.
"Berarti gue boleh panggil lo Bee kan?"
Bintang mengangguk memberi isyarat setuju. "Boleh aja kok, tapi apa gak pakai embel kakak gitu?"
Adrian mengernyit dahinya. "Kenapa gitu?"
"Lo kan baru masuk tahun ini, berarti lo lebih muda setahun dari gue. Ya, panggil gue kakak dong."
Adrian tertawa lepas mendengar pernyataan Bintang.
"Lah, kenapa ketawa sih, Ryan? Lo ketawa gue bingung. Gak adil banget!"
Adrian menghentikan tawanya kemudian memberi alasan pada Bintang. "Gue seumuran kali sama lo. Gue emang telat masuk aja. Setahun lalu gue mau istirahat aja dulu dari kegiatan sekolah."
Bintang tidak memberi respon selain mengangguk setuju.
"Atau lo mau gue panggil kakak karena lo senior di sini?" Adrian menggoda Bintang. "Kak Bintang, mohon bantuannya."
Bintang menggeleng, tidak terima dipanggil demikian oleh Adrian. "No thanks, kesannya gue jadi tua."
Dengan santai Adrian membalas. "Emang tua, kan?"
"Gak ya, Ryan! Gue gak setua itu."
"Kak Bintang!"
"Apa sih Ryan! Stop it!" kali ini Bintang berpindah posisi duduk di sebelah Adrian dan melayangkan tinjunya yang ringan.
Adrian menahan lengan Bintang. "Kak Bintang, gak boleh jahat gitu!"
"Really, Ryan! Stop it! Or I will..."
"You will what?"
Bintang memikirkan senjata apa yang akan ia gunakan untuk melawan Adrian, pada saat itu pandangannya jatuh pada potongan terakhir pizza.
"Kak Bintang—"
Kalimat Adrian terhenti karena Bintang menyumpal mulut lelaki itu dengan pizza. Adrian tidak ada pilihan selain mengunyah satu gigitan terakhir pada pizza itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brisbane: Runaway
RomanceJarak belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Namun nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi pada suatu tempat, suatu sudut West Brisbane. Ini kisah mereka dengan tujuan be...