"Mana yang bagus, ya?" gumammu membandingkan dua warna dasi yang berbeda.
Pilihan dasimu tertuju pada warna merah marun yang menggoda, sisanya berwarna biru langit yang menenangkan.
Ketika membayangkan dasi itu, kau akan selalu teringat dengan pemuda bermulut manis bernama Aizome Kento. Kunjung tidak menemukan pilihan, akhirnya kau hanya bisa termenung. Tidak lama larut dalam lamunan, kau didekap dari belakang.
"Hm? Kenapa gadisku sendirian berada di gerai toko baju laki-laki, ya?" tanya Aizome Kento menggencarkan PDA (Public Display Affection)--- bermesraan tanpa peduli respons siapapun yang melihatnya.
Wajahmu memerah, menyadari sang kekasih ternyata pelakunya.
"K-Kento! Se-sejak kapan kau ada di sini?" tanyamu tergugup.
Mereka sudah berpacaran setahun lebih, tetapi kau masih sering malu-malu berdekatan dengan dirinya. Bagi Kento, sikap pemalu milikmu sangat menggemaskan. Dan, ia takkan rela menyerahkan sisi manis itu kepada siapapun.
Kento mengedipkan sebelah maniknya. "Sejak tanganmu sibuk memilah dasi. Habisnya langkahmu seolah-olah tidak mengarah ke toilet."
Kau memberenggut. "Cih, kau mengikutiku."
Kento berjalan menuju tempat dasi, memungut warna biru cerah polos. "Yang ini aku suka."
Sebenarnya kau sadar betul kalau mencari kado natal tidak boleh saat bersama pemuda itu. Sayangnya, kau tidak punya waktu untuk pergi berbelanja lagi.
Akhirnya, kau mengerucutkan bibir. "Kalau kau sudah memilih dasi ini, aku tidak tahu harus menghadiahimu apa saat natal nanti."
Kento terkekeh, lalu mengacak pelan rambutmu. "Aku nggak perlu apa-apa, kok. Aku hanya perlu kau, [Name]."
Awalnya kau sering terlarut dengan kata-kata manis Kento, tetapi kau mungkin mulai membiasakan diri. Jemarimu pun menarik dasi yang digenggam Kento.
"Aku ingin memakaikan dasi ini untukmu. Boleh, 'kan?"
Kento mengangguk mantap, lalu menarik tangan kananmu. "Tentu. Lagipula hanya kau yang boleh memasangnya."
Kedua sudut bibirmu tertarik lebar.
Kau hendak berjinjit untuk mengalungi dasi biru itu di sekitar kerah kemeja Kento. Kebetulan kemeja Kento berwarna putih polos, meskipun tidak ada jas. Karena selisih tinggi yang cukup jauh, Kento menyadari kau mulai kewalahan.
Akhirnya, pemuda itu sengaja membungkukkan sedikit tubuhnya. Kau menyadari hal itu, tetapi berusaha lebih terfokus untuk memasang dasi.
Wajahmu pun merona karena gugup. "Kau... tidak perlu repot-repot, Kento. Aku bi---"
Sepersekian ucapanmu terhenti karena jeda yang mendebarkan batin.
Kento mendaratkan kecupan singkat di dahimu. Terkejut, simpulan dasi yang hendak kau rapikan pun tidak sengaja tertarik lebih kuat. Akibatnya, Kento pun terbatuk-batuk karena merasa sesak.
"K-Kento!" Kau memukul pelan dada bidang Kento. "Kita sedang di tempat publik. Banyak yang lihatin!"
Kebanyakan yang melihat kemesraan kalian adalah kaum hawa--- mendominasi bersorak iri bercampur bahagia.
Kento melirikmu dengan tatapan menggoda. "Kalau bukan tempat publik, boleh? Padahal... aku mau jatuhnya ke sini."
Dengan iseng, Kento menyentuh bibirnya sendiri. Membiarkanmu merasakan kedua pipi yang memanas--- kini menjadi semerah buah tomat.
"Nggak." Kau malu-malu mengaitkan sela-sela jemarinya terhadap Kento. "Kalau kita gandengan tangan di sini, ya nggak apa-apa."
Kento tersenyum kecil. Dia senang menggodamu. Apapun kesempatan yang bisa ia dapatkan, ia ingin melihat ekspresi yang menarik darimu.
Ia mengecup pelan punggung tanganmu. "Baiklah kalau Nona yang meminta. Bagaimana kalau bayar dulu dasinya?"
"Tentu saja harus dibayar! Aku yang bayar saja. Itu kadomu!"
Kento mengangguk mantap. "Ha'i (Iya)."
- END -
Words: 513
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...