Bus - Onzai Momotaro

865 97 3
                                    

Tubuhmu bergetar hebat.

Bagaimana tidak, sambaran petir menghujam angkasa. Secara tidak langsung, eksistensinya senang mempermainkan ragamu agar tetap bergeming di tempat. Buliran air yang tidak terhitung siap menyapu permukaan daratan.

Takut, kau sungguh ketakutan.

Namun, kau ingin pulang. Beberapa kali kau berusaha untuk masuk ke dalam bus, tetapi kakimu tidak sanggup bergerak sedikit pun dari terminal yang meneduhi sekujur tubuh.

Akhirnya, kau memutuskan berusaha menunggu hingga suasana hati kembali tenang.

"Tidak masuk?" tanya seseorang dengan intonasi datar berada di sebelahmu.

Kau mengerjap singkat, lalu menoleh ke arah sang pemanggil. Saat manik mereka beradu, kau dipertemukan oleh sepasang heterokrom--- biru dan merah--- sedari tadi memandangimu lekat-lekat.

"A-aku...."

Petir lagi-lagi menyambar cukup keras, seolah membelah bumi. Kakimu kembali terasa lemas. Akibatnya, kau berjongkok sambil memegang puncak kepala.

Pemuda itu menghampirimu lalu berucap, "Kau akan ketinggalan bus kalau terlalu lama di sini---"

Belum sempat sebaris kalimat ia akhiri, bus telah meninggalkan kalian berdua di terminal.

Kau hanya bisa menggigit bibir. Kau ingin meminta maaf kepada pemuda itu--- yang kini harus menunggu bus setengah jam lagi karena memedulikan dirimu.

Jemari besar pemuda itu terulur kepadamu.

"Berdirilah. Lebih baik duduk di bangku panjang sana," ajak pemuda berambut merah itu masih tetap berekspresi datar.

Tidak ada tanda-tanda pemuda itu akan mengomel atau membentakmu.

Kau pun menerima uluran itu, lalu ditemani pemuda itu duduk di sebelahnya. Padahal, jelas-jelas kau memang bersama orang asing. Namun, diam-diam kau merasa nyaman hanya dengan duduk berdampingan. Tanpa ada rasa terintimidasi maupun terancam.

"Kalau boleh tahu, namamu siapa? Namaku [Full Name]," tanyamu memilin rambut sambil menatap tetesan air yang tidak lagi mengalir lebat.

Pemuda itu menyelipkan beberapa helai rambut merahnya ke telinga. "Onzai Momotaro."

Kau terkekeh pelan. "Momotaro... namanya imut sekali."

"Imut?" tanya Onzai merasa bingung.

Kau mengangguk. "Namamu mengingatkanku dengan sebuah dongeng. Pendekar kuat yang terlahir dari buah persik. Tahu dongengnya?"

Onzai mengusap dagu. "Nggak."

Onzai menyadari tubuhmu tidak lagi gemetaran. Anehnya, dia merasa lega, meskipun tidak ditunjukkan dari ekspresi wajah. Akhirnya, kalian diam sejenak. Membiarkan tetesan hujan setia menemani kalian di bawah terminal yang meneduhkan.

"Padahal sangat menginspirasi. Kostumnya juga sangat lucu---"

Sebuah bus telah melintas di hadapan kalian.

"Akhirnya sudah datang!" ujarmu menunjuk bus itu.

Hujan pun belum sepenuhnya mereda. Kau segera membuka payung untuk menghindari cipratan yang membasahi tubuh. Namun, nasibmu tidak berkata baik. Payungmu rusak. Onzai yang menyadari hal itu telah membuka payung bening transparan miliknya lebih dulu.

Kau hendak mengangkat tudung hoodie [Favorite Color], tetapi pergelangan tangan kirimu digenggam Onzai.

"Kita bisa berada di bawah payung yang sama."

𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang