Requested by Misamime
Rasa nyeri menjalar di kaki kananmu. Bukan tiada alasan bahwa nyeri itu datang begitu saja. Karena keteledoranmu mengendarai sepeda, kau tersandung batu. Dengan posisi tengkurap, lutut mencium aspal lebih dulu. Alhasil, gesekan itu menyebabkan darah mengaliri lututmu.
"Ah!" pekikmu berusaha berdiri di saat jalanan memang sepi-sepinya. Syukur saja, tidak ada kendaraan lain yang melintas saat kau terjatuh.
Luka
Pair: College Student! Kazuna x Reader
B-Project © MAGES, Yukihiro Utako
Note: AU, OOC
By agashii-san
.
.
.Bermula dari terlalu bersemangat karena Kazuna menyempatkan datang ke rumahmu, kau tergesa-gesa ingin segera kembali dari mini market. Namun karena jarak dari tempat kejadian peristiwa ke rumah tidak jauh, kau tetap kembali berjalan sembari menggiring kendaraan roda dua tersebut. Kalau Kazuna sampai tahu nantinya, pemuda itu pasti akan khawatir.
Sedikit meringis, kau menutupi lukamu dengan kantong berisi belanjaanmu barusan. Tidak begitu jauh, kau menekan tombol bel kediamanmu. Alih-alih ibumu yang keluar, pemuda berambut jingga itu malah menyambutmu.
"Wah, cepat sekali. Aku bisa menunggu, kok," ucap Kazuna tersenyum sembari membukakan pagar rumahmu.
Kazuna memang ingin bertamu ke rumahmu sejak lama. Karena liburan semester yang panjang ditambah kesibukan masing-masing, Kazuna berinisiatif menemuimu meski sekadar melepas rindu. Kau menggiring sepeda itu dengan sedikit menyerong secara pelan. Ditambah menutupi luka itu pula, gerak-gerikmu menjadi kaku.
Sebuah sapu tangan berwarna biru tua menempeli pelipismu yang basah oleh keringat. "Kau berkeringat banyak. Sini, aku yang bawa saja. Taruh di mana?"
Kau tersenyum kecil. "Terima kasih. Di garasi belakang rumah."
Menangkap pesanmu, Kazuna segera mengambil alih sepedamu. Namun, sebelum ia benar-benar membawanya ke garasi, ia menemukan keganjilan. Yakni menyadari cairan merah pekat yang menjadi tanda lukamu justru mengalir ke bawah sesuai arah gravitasi, bahkan kantong belanjaan itu tidak sanggup menutupi.
"[Name], kau habis belanja daging, ya? Kenapa ada darah?" tanya Kazuna mengernyitkan dahi.
Langsung saja, kau terpekik melihat lututmu. "Ano... itu...."
Kazuna memarkirkan sepintas sepeda tersebut lalu menghampirimu.
"Sini, biar aku lihat," ucap Kazuna berusaha menyingkirkan kantong belanjaanmu.
Kau benar-benar malu. Kesannya, kau jadi seperti anak kecil yang tidak sabar menunggu kedatangan ayahnya. Namun, tatapan khawatir Kazuna tidak bisa kaulawan. Alhasil, lututmu tidak hanya berdarah, melainkan turut membengkak.
Kazuna mengusap dagu. "Duduk di ruang tamu dulu. Biar kusimpan dulu sepedanya."
Suara pemuda itu tiba-tiba saja menjadi lebih rendah dan dingin. Sepintas, bulu romamu bergidik. Apa Kazuna benar-benar marah terhadapmu?
Menuruti keinginan Kazuna, kau melangkah tertatih menuju ruang tamu. Rumah menjadi sepi. Ayahmu yang bekerja hingga sore dan biasanya ibumu mengerjakan aktivitas rumah tangga seperti biasa. Kazuna menyusulmu sesuai dengan ucapannya.
"Ibumu pergi berbelanja sebentar, jadi aku disuruh jaga rumah sembari menunggumu."
Kau memijat dahi. Memang keluargamu sudah cukup mengenal Kazuna. Tapi kau tidak menyangka bahwa ibumu cukup memercayainya hingga membiarkan kalian berduaan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...