Soulmate [Part. 2] - Sekimura Mikado

326 40 24
                                    

Kau mengelakkan rasa; hanya karena tak ingin terluka. Meski sebenarnya hatimu tertambat kepadanya.

"Be-benar! Kami memang sangat akrab," sambungmu setelah merasakan denyutan di dahi mulai mereda. Padahal itu jawaban yang paling mendukung. Tetapi lantas muncul jejak nyeri yang tidak terlihat. Menusuk-nusuk. Perih.

Suasana menjadi hening. Tatsuhiro tetap kembali berkutat dengan ponsel – sepertinya tidak tahu harus menimbrung atau tidak, Hikaru merasa bersalah karena menjadi biang kecanggungan, dan Kazuna melirik interaksi barusan secara bergantian.

Terkecuali Momotaro, lantas menutup layar laptopnya. Namun, sepasang iris heterokromnya tidak menatapmu maupun Mikado, melainkan ke arah pintu. Ternyata seorang wanita berusia sekitar pertengahan dua puluhan tiba di pintu utama kafe keluarga Mikado.

Setelan turtleneck one-piece ungu pekat selutut menjadikan sosoknya berkelas. Tak lupa dengan sepasang stiletto hitam. Ia melirik sekeliling, tetapi begitu mendapatimu duduk bersebelahan dengan Mikado, kakinya seketika menghampiri penuh keyakinan.

Soulmate – Last Part (2/2)

Pair: Childhood Friend! College Student! Sekimura Mikado x Tsundere! Reader

B-project © MAGES

Plot © agashii-san

Rate : T

Warning : OOC, AU, typo

.

.

.

Keempat lelaki, terkecuali Mikado memilih sibuk mengerjakan tugas. Wanita itu fokus terhadapmu dan Mikado. Menatapmu berseri.

"Astaga! Apa kau masih mengingatku, [Name]-chan?" tanya wanita itu melepas kacamata berwarna cokelat karamel.

Kau mengernyitkan dahi. "Anda ... siapa, ya?"

Mikado tidak tertegun pun menyahut, "Bibiku. Dulu dia selalu menemani kita bermain ketika orangtuaku menjalankan kafe."

"Bi-bibi yang itu?" kejutmu mulai mengingat kembali.

Ia merupakan saudara bungsu ibu Mikado. Dulu, dirinya membawakan mainan kepada Mikado– puluhan koleksi figurin pendekar wanita. Tetapi tidak pelit pula untuk meminjamkan serial bacaan, baik novel hingga komik cantik kepadamu. Sejak memutuskan untuk kuliah, ia meninggalkan kediaman keluarga Mikado. Kabarnya pun tak lagi terdengar olehmu seiring tumbuh menjadi remaja.

Bibi Mikado mendekapmu setelah lama tidak bertemu. Kalau saja semasa kecilmu sudah dibelikan ponsel, pasti kau akan meminta kontak e-mailnya. Usai berpelukan, bibi Mikado mengeluarkan kartu undangan kepadamu juga Mikado. Bersampul kokoh berwarna merah muda dengan judul berwarna perak; Wedding Invitation.

"Aku akan segera menikah. Harus datang, ya!" ungkap bibi Mikado tersenyum bahagia.

Kau terbelalak. "Benarkah? Apa ... aku berhak diundang?"

Bibi Mikado mengerucutkan bibir. "Kenapa tidak? Kalau kau berkenan, aku menginginimu sebagai pagar ayu. Kalau keponakanku, Mikado menjadi pembawa acara sudah pasti sebuah kewajiban."

Mikado yang membaca isi kartu undangan pun tergelak, setengah berusaha kabur.

Mikado yang membaca isi kartu undangan pun tergelak, setengah berusaha kabur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang