Debu bertabur di sebuah ruangan kelam. Kain-kain putih menutupi objek agar kebersihan selalu terjaga. Syukur sakelar studio masih berfungsi sehingga kehadiran mereka tidak sia-sia. [Name] kehilangan mabuknya setelah Momotaro membelikannya minuman khusus di konbini. Namun, itu tidak membuatnya berubah pikiran sedikitpun.
"Ibu angkatku selalu mendukungku dan ayahku sebaliknya," tutur [Name] masuk lebih dulu, mengangkat kain putih dan menaruhnya asal.
Satu demi satu--- lukisan yang ditinggalkan.
Momotaro tetap bergeming. Dan gadis itu tahu informasi itu terlalu samar. Atau bahkan ia sudah tahu sejak awal. Hanya sekadar intermezzo semata untuk menceritakan kekelaman lebih lanjut.
"Ayahku ... menganggap bekerja di bidang seni sebagai sampah. Bayaran tidak seberapa, lebih baik menjadi pegawai kantoran."
Gadis itu ingat, ayahnya selalu membuang alat lukis ke dalam tong sampah. Tapi, selalu saja dirinya dibela oleh sang ibu angkat. Dibilas di dalam wadah wastafel baja, dikeringkan, lalu diam-diam ditaruh di meja belajar ketika ia tertidur.
"Dia juga ringan tangan, tak segan menyakitiku bila melakukan kesalahan. Tapi, kalau ia sampai ditangkap oleh kalian ...."
Jeda [Name] menyebabkan keheningan sejenak. Momotaro menatap gadis itu lekat-lekat. Ada nada lirih yang tertinggal.
"Lalu siapa lagi yang bisa kusebut keluarga?"
Lukisan - Last Part
Pair: Police! Detective! Onzai Momotaro x Depressed! Artist! Reader
B-project © MAGES
Plot © agashii-san
.
.
."Kerabat lainnya? Bibi? Paman?" Momotaro bertanya balik.
[Name] menggeleng cepat. "Tidak ada yang benar-benar dekat. Sejak ayah menikah lagi, tidak ada yang peduli."
Jemari [Name] mulai membenahi satu per satu kanvas menuju sudut dinding studio. Tidak segan Momotaro pun turun tangan untuk membantu. Ada belasan--- atau puluhan kanvas--- baik tegak oleh papan kayu maupun berserakan di lantai marmer.
"Apa kau harus membereskannya malam ini juga?" Momotaro mengernyitkan dahi.
"Aku akan tidur di sini," jawab [Name] singkat, padat, dan jelas. "Kau boleh pulang usai puas mendapatkan informasi dan mengangkat semua kanvas-kanvas ini."
Momotaro langsung mencegat [Name] menyingkirkan kanvas. "Jangan tidur di sini. Penuh debu."
"Tapi hanya ini tempat teraman untukku," bantah [Name] tetap bersikeras melanjutkan aktivitas.
Iris heterokrom Momotaro menyipit. "Ada. Tidak di sini."
Alis gadis itu bertaut dalam. Setelah membeberkan alasannya tidak ingin kembali ke apartemen, mungkinkah ia akan didesak lagi untuk diantar ke sana? Hanya memikirkan saja kembali terasa menyakitkan, terutama jejak lebam kebiruan yang tersisa di bagian tubuhnya.
"Ke rumahku," ajak Momotaro.
Gadis itu mengerjap bingung, seketika diam seribu bahasa. Bagaimana bisa, seorang polisi detektif ... bersedia menampung dirinya--- orang asing, terkait dengan kasus yang diselidikinya? Ditatapi berkali-kali tetap tidak ada yang terjadi. Hanya ekspresi datar.
Hingga keluar dari studio, [Name] hanya mengikuti arah jalan Momotaro dari belakang. Dari jemari kanan yang lebih besar darinya. Membopong jemari mungilnya. Ia hanya ingin percaya bila ibu angkatnya kini berada di atas jejeran bintang, mengetahui hal ini. Menemani diri yang sebatang kara. Meski sementara. Meski rasa kasihan sekalipun. Meski kini dilakukan atas dasar peran sebagai polisi detektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...