Kau merasa sebal.
Di usiamu yang nyaris mengakhiri studi di sekolah menengah atas, hidup sendirian tanpa kekasih sebenarnya tidak masalah untukmu.
Kau hanya butuh internet, husbando, makan, dan tidur. Apalagi saat liburan panjang. Namun, kadang kau juga berjalan-jalan dengan teman-teman.
Kini, mereka tidak bisa semudah kau ajak seperti dulu. Berkat kencan buta, mereka dapat memiliki kekasih. Merasa terkhianati? Tidak, hal itu dikarenakan kau tidak pernah mau diajak oleh mereka.
Kau tengah habis berbelanja di konbini--- mini market 24 jam--- menenteng sekantung berisi seliter botol soda, keripik kentang, dan permen jeli. Hari pun menjelang petang. Jalanan sepi dilalui kendaraan roda empat yang sesekali melintas.
Kakimu menelusuri hamparan rerumputan--- lembah dengan sungai dangkal--- berjarak setengah kilometer dari rumahmu. Tempat itu menjadi peraduan favoritmu di kala kau dirundung banyak pikiran. Tidak banyak yang datang ke sini memang, tetapi itulah alasanmu untuk sekadar menenangkan diri.
Iseng, kau memetik dandelion--- bunga berbentuk bundaran berserabut putih yang mudah merapuh. Kau mengenggam sebatang lalu memejamkan mata.
"AKU INGIN PUNYA PACAAAR!" serumu meniupkan kelopak bunga itu kuat-kuat.
Suaramu menggema. Tanpa sadar, ucapanmu sebenarnya hanyalah unek-unek yang terlampiaskan. Kau yakin pula, takkan ada siapapun yang mendengar. Namun, kau mendengar suara sepeda terjatuh. Tak hanya itu, kendaraan roda dua tersebut terguling menghampirimu. Kau terkejut, secepat mungkin kabur agar tak menjadi korban.
Akhirnya, sepeda itu terendam sedikit di tepi sungai. Kau menoleh ke arah pengendara--- sang pemuda berambut ungu pucat dan berkulit gelap--- tengah berlari-lari sambil menatapmu lebih dulu. Dalam situasi kikuk ketika dua pasang manik beradu. Antara kebingungan dan racauan.
Dandelion
Pair: Nome Tatsuhiro (MooNs) x Reader
B-Project: Kodou Ambitious (c) Yukihiro Utako
By agashii-san
.
.
."Maaf," ujar pemuda itu berlutut di hadapanmu. "Saat saya menuntun pulang dan mendengar seruanmu, sepeda ini sudah tergelincir."
Kau mengernyitkan dahi. Pemuda tersebut hanya bersikap respect, tapi situasi seperti ini sukses menimbulkan kecanggungan di antara kalian. Salahmu pula, mengejutkan orang lain.
"Tidak masalah. Lagipula, aku tak terluka sama sekali, kok. Ayo berdirilah, tak perlu sampai berlutut seperti ini." Kau mengulurkan tangan.
Pemuda bernama Nome Tatsuhiro menjabat tanganmu. Warna manik yang senada dengan rambutnya--- ungu pucat--- memandangmu lekat-lekat. Kau mengalihkan tatapannya dengan berpura-pura menyibukkan diri--- mengambil botol air mineral lalu meneguk isinya.
"Kalau aku boleh tahu... kenapa kau mau punya pacar?"
Refleks, kau menyemburkan air yang setengah diteguk ke sisi kiri. Disusul terbatuk-batuk kecil. Kau berbalik badan.
"Karena aku... ingin ada seseorang di sisiku." Kau menunduk.
Nome memutuskan duduk di sebelahmu. Dalam diam dalam bertutur kata, tetapi tidak dengan pemikiran.
"Apapun yang terjadi, jangan sampai menyerah dengan cara bunuh diri," saran Nome memandangi senja yang perlahan kembali ke peraduan.
Kau menganga."Bu-Bunuh diri?"
Tidak. Kau, [Full Name], masih merupakan gadis remaja yang mawas diri dan selayaknya bersikap dengan rasional.
Nome mengangguk mantap, tak merasa ucapannya aneh. "Karena frustrasi, seseorang bisa berbuat apa saja di luar nalarnya. Maka dari itu berhati-hatilah. Apalagi jangan sampai sakit karena mencemaskan hal seperti ini."
Meskipun ini pertemuan pertama, kau tak ingin mencari masalah. Menerima ceramah itu dengan anggukan pelan. Kau tahu, pemuda itu bermaksud untuk mengatai hal tersebut demi kebaikan--- tentunya secara harfiah.
"Namamu siapa?" tanyamu mengulurkan tangan. "Aku [Full Name]. Sepertinya kita bisa berteman."
Nome mengerling sekilas. Biasanya orang-orang yang mendengar akan menyemprot balik dirinya dengan omelan.
"Nome... Tatsuhiro."
Kedua pipimu merona. Tangan kelingkingmu terulur.
"Nome-san... soal tadi, itu jadi rahasia kita ya!" ujarmu tersenyum tipis. "Karena kau terlanjur mendengarnya."
Nome terdiam beberapa saat lalu mengamit jari kelingkingnya terhadapmu.
"Tidak akan kubilang kepada siapa-siapa."
Kau terkekeh. "Terima kasih, ya."
Di sela rerumputan yang kaududuki, terdapat beberapa batang dandelion yang masih tertancap. Kembali mengulang hal yang sama--- meniup kelopak putih itu. Berharap harapanmu bisa tergapai dengan indah. Menari-nari di angkasa raya.
"Kalau aku tahu satu rahasiamu..., aku akan mengutarakan satu hal agar kita adil," ucap Nome menjadikan kedua tangan di balik punggungnya, memegang rerumputan sebagai penumpu badan.
Kau mengering. Sejujurnya tak pernah terpikir akan menerima balasan rahasia yang dipegang oleh pemuda itu.
Nome tersenyum tipis. "Sama sepertimu, aku juga belum punya pacar."
Namun tak pernah kau sangka, sebuah tiupan dari sebatang dandelion dan seruan berujung pertemuan yang mendesirkan hati. Sesederhana perasaan hadir, menghinggapi batinmu. Dalam diam, menelusuri pelan-pelan dalam lika-liku yang baru saja berjalan.
• END •
Words: 704
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...