Embusan angin sepoi membelai tirai perumahan sederhana yang dipenuhi pepohonan. Kursi goyang kayu bergerak sebab diduduki seorang gadis. Membalik halaman demi halaman sebuah karya sastra klasik. Ia selalu merasa tenang ketika berada di sana.
"Nek," panggil [Name] lirih.
Memutuskan tinggal di villa sang nenek sangat menenangkan. Meskipun ketika sampai di sana cukup memakan biaya transportasi. Namun, perjuangan itu sebanding untuk menenangkan diri.
"Ada apa, [Name]?" tanya sang nenek menoleh dari balik sofa dengan televisi yang menyala.
"Cinta itu semu, ya?" Gadis itu bertanya meskipun tidak mengharapkan jawaban pasti.
Ia hanya datang dengan sebuah tas tangan yang menggantung di bahunya. Tidak sengaja memposisikan tas dalam keadaan terbaring, tercecer setoples kaca berisi origami bintang.
"Cinta ada untuk mereka yang percaya."
Dalam geming, [Name] memungut botol kaca itu. Beserta sebungkus plastik berisi seratus lembar kertas. Tapi ternyata di balik plastik tertempel sticky note berwarna biru muda.
Semangat! Mungkin tidak mudah, tapi bila terbiasa pasti bisa melipatnya dengan baik (^_^)
Manik [Name] kembali menggenang, meski ditahan setengah mati. Sejauh apapun hatinya berusaha lari agar terhindar dari luka, ia tahu dirinya takkan bisa. Melarikan diri dari masalah.
Bintang - Last part
Pair: Instructor! Masunaga Kazuna x Inferior! Pupil! Reader
B-Project (c) MAGES
☆ Recommended instruments: ☆
1. River Flows in You - Yiruma
2. RUN - BTS
3. Glitter - B-Project Various CDRate: T [PG-15]
Warning: OOC-ness, AU, & quite dramatic.
By agashii-san
.
.
.
Orangtua [Name] tidak mencarinya. Mungkin mereka tahu karena satu-satunya pelarian ternyaman sang putri tunggal hanyalah rumah sang nenek. Mungkin mereka sengaja membiarkannya tenang untuk sementara waktu. Belum lagi ponsel [Name] sengaja dinonaktifkan.Secangkir kopi susu diarahkan ke meja. Kepulan asap yang terlihat menandakan air yang dimasak hingga mendidih. Pelan-pelan, jemari mungil gadis itu menggapai cangkir kopi buatan sang nenek.
Ia sudah menceritakan secara singkat alasan kedatangannya ke sini. Termasuk ulah ibunya dan Kazuna yang bersengkongkol tanpa sepengetahuannya.
"[Name] pasti sangat kecewa sekali, ya?" tanya sang nenek.
Tersenyum getir, [Name] berkata, "Aku yang terlalu bodoh, Nek. Aku ... tidak punya wajah lagi untuk menampakkan diri kepadanya."
"Apa dia menertawakanmu? Memarahimu?"
Gadis itu menjawab dengan sekali gelengan. Kazuna membalas keterbatasan dengan kebaikan. Kebaikan yang menumbuhkan harapan. Namun, semakin dalam perasaan itu, ia yakin akan terjun dalam luka terlalu dalam.
"Berarti kalian tidak ada masalah, kan?"
"T-tapi dia berpura-pura tidak tahu diriku dan ... kukira dia sungguh ingin mengajariku dari awal."
"Dia memegang janjinya, bukan? Mengajarimu. Itu bahkan lebih baik daripada sekadar bermulut manis."
Debat itu berakhir diucapkan oleh sang nenek. [Name] terdiam dengan napas tersengal-sengal. Ia enggan mengiakan asumsi. Ia hanya merasa terlalu lelah untuk percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...