Musim dingin mungkin kini menjadi saat yang paling menyengsarakan bagi [Name].
"Gochin, tungguin dong!" serumu pun sambil bernapas terengah-engah. Menampilkan embusan uap air yang menguar dari mulutmu.
"Hah. Lama," keluh Goushi menoleh sekilas, tetapi memelankan juga langkahnya.
Ingin tampil beda karena kencan pertama, kau pun mengenakan stiletto--- sepatu hak tinggi sepanjang tujuh sentimeter. Belum lagi salju berguguran cukup deras, menggenangi jalanan luas. Beberapa kali kau sibuk mengintip sisi jalan yang aman dari tumpukan salju agar kakimu tidak berakhir tertancap lubang selokan.
Goushi menyadari hal itu, lalu menarik lenganmu. Menyelipkan jemarinya dan milikmu ke dalam saku mantel cokelat pekat. Lalu sepersekian detik kemudian, kalian telah berjalan cepat. Kakimu berusaha menyesuaikan langkah Goushi yang besar-besar, meskipun itu artinya kau harus berlari.
Namun, siapa yang sangka bila sebuah insiden miris menimpamu? Bagian hak sepatu kananmu patah dan kini kedua kakimu takkan bisa berjalan seimbang.
Manikmu membola. Tanganmu langsung menjulur keluar dari dalam saku Goushi. Kau menganga syok.
"Aaaa! Gochin! Sepatu milikku patah! Hue! Ini kan satu-satunya!" ringismu menatap nanar stiletto kesayanganmu--- rencananya memang akan kaupakai lusa depan--- untuk dikenakan saat pesta pernikahan kakakmu.
Kepalamu masih tertunduk. Tubuhmu masih dalam posisi berjongkok. Tepatnya, kau membatu meskipun bukan karena guguran salju.
Melainkan karena pemuda yang kini ada di hadapanmu. Dalam hati, kau mengucap aba-aba.
Satu... dua... tiga.
Situasi kini bagai bom waktu yang siap memeledakkan sekeliling.
"Baka! Sudah tahu dingin, banyak salju, tapi malah pakai sepatu yang terbuka begini."
Yap, Goushi baru saja mengomelimu dengan suara seraknya.
Kau mengerucutkan bibir. "Ha-habisnya...."
Kalau kakakmu tahu, kau akan diomeli sepanjang jalan kenangan. Dan, kau tidak mau berpulang ke rumah dengan kondisi miris seperti ini. Kau memijat dahi; mencari akal--- beruntung, sebuah bohlam imajiner sukses memberikan inspirasi.
"Gochin, dari sini menuju apartemenmu ada mini market, 'kan?"
Goushi mengernyitkan dahi. "Dengan sepatumu yang seperti itu, kau masih ingin berbelanja? Sugoi (Keren), untuk ketangguhan seorang wanita---"
Kau mengerang kesal akibat ledekan penuh sarkas yang dilontarkan Goushi. "Bukan begitu! Temani aku ke sana untuk membeli lem besi. Secepat mungkin!"
Dengan semangat membara, kau pun melangkah menuju arah yang berlawanan dari Goushi dengan gerakan kaku; bahkan lebih lambat daripada sebelum sepatumu patah. Goushi bahkan bisa langsung menyusulmu meskipun kau telah berjalan lebih dulu. Goushi berjongkok di depanmu, mengulurkan tangan tepat di belakang tubuhnya.
"Naik."
Manikmu membola sekali lagi. "Gochin... mau menggendongku?"
Goushi mendesah. "Sanggup terendam dalam genangan salju bersuhu minus lima derajat celcius? Kalau iya, itu hal tergila yang pernah kudengar."
Tidak ada pilihan, kau melepas sepatu lalu menyimpan di dalam kantong belanjaan. Meski agak canggung, kau melingkari sekitar tengkuk pemuda berambut hitam itu dengan kedua lengan. Meskipun tadi Goushi sempat berkata sarkastik, kini terlihat rona kemerahan di kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...