"Aku mau yang ini!"
Sebuah gantungan figurin Mamirin hanya tersisa satu di sebuah toko aksesoris. Tetapi berakhir diperebutkan oleh dua orang--- yaitu kau dan seorang pemuda berambut cokelat berbingkai manik.
Kau mengernyitkan dahi. "Tanganku duluan menggapai Mamirin, jadi ini punyaku. Sekali lagi, punya---"
Pemuda berambut cokelat itu menggeleng cepat. "Aku sudah melirik Mamirin dari minggu lalu! Aku baru berkesempatan membeli hari ini!"
Keributan kalian membahana hingga seisi toko yang tidak terlalu luas. Belum lagi dengan pelanggan lain yang berada di sebelah ikut melirik-lirik kalian. Koleksi Mamirin di setiap toko aksesoris tertentu hanya disediakan lima--- limited edition--- dan itu artinya, gantungan Mamirin termasuk sulit didapatkan.
"Mohon maaf, Tuan, Nona, jadi siapakah yang akan membeli?" tanya sang pelayan menghampiri kalian usia mendengar cekcok mulut barusan.
"Saya!" Kalian menjawab secara bersamaan.
"Tapi... Mamirin hanya ada satu untuk saat ini. Bagaimana jika salah satunya mengalah?" saran pelayan toko.
Manik kalian saling beradu sengit. Tidak ada tanda-tanda di antara kalian yang akan merelakan Mamirin berpindah tangan.
"Baiklah, hompimpah saja biar adil," saran sang pelayan lagi, takut jika Mamirin terancam--- semisal, jika tubuh figurin terpotong menjadi dua karena diperebutkan secara paksa.
Berat hati bagi kalian untuk memutuskan, tapi pada akhirnya, opsi barusan yang akan benar-benar menentukan secara adil.
Tangan terkepal erat. Dada berdesir. Konsentrasi penuh dalam intuisi mulai menyusup dalam benak. Mengandalkan keberuntungan atau mendatangkan kesialan yang menentukan.
Satu... dua... tiga!
Tanganmu menunjukkan batu sedangkan pemuda itu menunjukkan gunting.
"AAAAAA! Tanganku! Kenapa kau tidak sepaham denganku? Kenapaaaa?" Ia memandangi tangannya lalu bertekuk lutut penuh penyesalan.
Kau meniupi jemarimu yang terkepal dengan bangga.
Sang pelayan justru malah terkesan kecewa karena kau yang mendapatkannya. Ia berjongkok lalu menepuk bahu pemuda yang tengah terpuruk itu.
"Mikado-san, sebagai langganan kami, relakan saja figurin Mamirin yang itu. Saya bisa menyetok satu set Mamirin khusus untuk Anda jika ingin."
Manikmu melotot karena kesal. "Itu kecurangan! Mana bisa dia diperlakukan spesial begitu?"
Pemuda yang disebut Mikado pun berdiri sambil menepuk lutut yang kotor menyentuh lantai. "Maaf, tapi saya harus menolak. Sebagai penggemar Mamirin, saya akan berusaha dengan pencapaian sendiri. Tidak beruntung sekali bukan berarti selamanya sial, kan?"
"Baiklah kalau begitu. Kurasa kalian sudah berbaikan, jadi selamat berbelanja," sahut sang pelayan memasang raut sebal lalu berbalik badan.
"Kau itu otaku, ya?" tanyamu mengulurkan tangan. "Sebagai sesama fans Mamirin, aku akan memperkenalkan diri. [Full Name]."
Pemuda berambut cokelat lurus itu tersenyum tipis. "Hanya menyukai dan mencintai Mamirin. Sekimura Mikado."
Kalian berkenalan dengan baik usai debat Mamirin. Sebagai permulaan awal pertemuan antar fans.
• • •
"Nggak boleh kelewat senang hanya karena itu," semprot sahabatmu menautkan bolpoin di atas bibir usai mendengar cerita rebutan-Mamirin-lalu-jadi-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵-𝑝𝑟𝑜𝑗𝑒𝑐𝑡: 𝐷𝑟𝑒𝑎𝑚𝑦*𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦
FanfictionSingkat kalimat, buku ini bertujuan mewarnai hatimu; sang pembaca yang ingin terhibur dengan kisah yang senang maupun sedih. Siap berfantasi? Klik baca, ya. Semoga kamu suka ❤️ × × × Disclaimer: B-Project © MAGES Pairs: B-Project various x Reader R...