Semua keluarga dan teman putri berkumpul dengan wajah panik,"Putri dimana?!"tanya dipta yang baru datang dengan wajah panik dan tampilan kacau.Semua menatap dipta,ikhsan mendekati dipta,"Putri lagi diperiksa dokter di kamar,sebaiknya kamu cepat lihat dia dip"jawab ikhsan pelan menepuk bahu dipta.Tanpa pikir panjang dipta langsung berlari ke lantai dua menuju kamarnya."Putri!"baru saja dipta hendak masuk ke kamar,tiba-tiba,"Bug!"vean telah melayangkan pukulan ke muka dipta hingga dipta terhuyung dan jatuh."Dipta!ya Allah vean,kamu kenapa malah mukul adik kamu di saat putri lagi sakit begini?"mama dipta buru-buru membantu dipta bangkit."Putri kenapa ma?putri baik-baik saja kan ma?"tanya dipta tanpa mempedulikan wajahnya yang lebam dan darah menetes dari hidungnya."Iya sayang,putri baik-baik saja,cuma mungkin kecapekan dan stres,apalagi di trisemester awal kehamilannya"jawab mama dipta membuat dipta terperangah."Ha..hamil?putri hamil ma?".Mamanya hanya bisa mengangguk dan tersenyum bahagia.
"Kamu kenapa gak bilang kalau putri sudah hamil dip?"tanya mama putri penasaran."Maaf ma,dipta juga baru tahu sekarang,lagipula putri gak kelihatan lagi mual atau ngidam"jawab dipta yang gugup antara senang dan takut kalau putri akan marah kalau tahu dirinya sedang hamil."Dasar suami gak peka dan gak perhatian,istri ultah malah ditinggal"omel vean kesal dan emosi.Dipta hanya bisa menunduk tanpa bisa membela diri karena dia memang salah telah marah-marah tanpa alasan yang jelas."Sudahlah vean,dipta pasti punya alasan kenapa datang terlambat,yang penting sekarang kamu jaga putri dan calon cucu mama dengan baik,awas saja kalau sampai kamu ketahuan meninggalkan putri sendirian lagi"ancam mamanya dengan wajah galak."Iya ma,dipta janji"balas dipta sambil menunduk takut."Titip putri ya dip,mama sebenarnya masih ingin disini di dekat putri,menemaninya di saat pertama kali dirinya mengandung,tapi kamu sudah datang,mama yakin putri pasti akan tenang kalau bersamamu"pesan mama putri."Iya ma,dipta janji akan berada di samping putri menjaga calon bayi kami"jawab dipta sungguh-sungguh.Papa dipta dan putri hanya bisa memberi semangat pada dipta dengan menepuk bahunya.Akhirnya semua keluarga dan teman pulang karena tidak ingin mengganggu putri dan dipta.
Dipta duduk di samping putri di kasurnya menggenggam tangan putri erat.Tak lama putri membuka matanya,"Masa iya doaku langsung terkabul,perasaan aq baru saja make a wish berharap suamiku ada di saat aq membuka mata,ah..aq pasti hanya berkhayal"pikir putri memandangi wajah dipta sambil tersenyum tapi dengan raut wajah sedih."Masih pusing?"tanya dipta membelai pipi putri lembut.Putri baru sadar kalau ternyata dia tidak sedang berkhayal,dan ketika melihat tangannya digenggam dipta,buru-buru putri melepasnya.Wajah dipta berubah kecewa."Maaf kak pasti tadi putri tidak sengaja megang tangan kak dipta,maaf ya"ucap putri merasa bersalah.Dipta heran kenapa putri bicara seperti itu,"Tapi aq yang sengaja menggenggam tanganmu putri,ah sudahlah,kamu kenapa tadi bisa pingsan?kamu pusing?atau mual?"tanya dipta perhatian.Putri baru sadar kalau dia tadi sempat pingsan,"Gak tahu kak,tiba-tiba saja semuanya gelap trus putri gak inget apa-apa lagi,tahu-tahu udah disini"jawab putri polos bercerita yang dia alami tadi.Dipta tersenyum,"Itu namanya pingsan sayang,sekarang apa yang kamu rasakan?"tanya dipta terus memancing putri."Pusing dan sedikit..mual"jawab putri.Dipta sudah menduga kalau putri pasti merasakan itu,"Sekarang kamu tunggu disini,biar aq bawain makan malamnya kesini ya"ucap dipta beranjak berdiri."Gak usah kak,putri gak nafsu makan,nanti kalau lapar putri bisa ambil sendiri,makasih"tolak putri.Putri melihat sekelilingnya dan merasa asing,putri lagi-lagi baru sadar kalau ternyata dia sekarang ada di kamar dipta.Putri buru-buru duduk,tapi,"Ah"putri memegangi kepalanya yang terasa berdenyut."Kamu kenapa?pusing ya?jangan bangun dulu,istirahat saja"dipta mendekati putri dan memeluk bahunya."Putri gak papa kak,putri mau balik ke kamar putri,maaf sudah buat tempat tidurnya berantakan"ucap putri bersikeras bangun sambil memegangi kepalanya dan terhuyung,"Dibilang jangan bangun dulu,bandel,malam ini kamu disini saja,aq janji tidak akan mengganggumu dan kamu harus makan sekarang tidak boleh nanti-nanti"omel dipta membuat putri hampir menangis saat dipta membawanya kembali ke tempat tidur.
Dipta masuk membawa nampan berisi makanan yang lengkap empat sehat lima sempurna."Nah sekarang makan ya,kamu mau lauk yang mana?"tanya dipta.Putri menggeleng,perutnya makin terasa mual melihat semua makanan di depannya,"Hueek..hueeek!!"putri hampir muntah dan buru-buru turun dari kasur menuju kamar mandi meski dengan kondisi pusing.Dipta kaget dan langsung menyusul putri.Dipta memegangi tubuh putri yang lemas setelah muntah air saja,"Kamu..ah..pasti lemas sekali rasanya"gumam dipta langsung menggendong putri yang makin pucat dan lemah.Dipta membelai wajah putri lembut dengan hati cemas melihat kondisi istrinya yang sedang mabuk itu."Makan ya sedikit saja,jangan sampai perut kamu kosong ya sayang"pinta dipta memelas karena takut putri makin lemas tidak makan apapun.Putri menggeleng,"Sayang,kalau kemarin-kemarin aq masih mengizinkanmu menunda makan,tapi sekarang dan sembilan bulan ke depan aq terpaksa memaksamu untuk makan walau sedikit karena.."ucapan dipta terputus."Karena apa kak?putri sebenarnya sakit apa?"tanya putri penasaran dan mulai menangis."Karena sekarang ada nyawa makhluk mungil yang meski belum berwujud bergantung padamu sayang"jawab dipta pelan dan merasa bahagia saat mengatakan hal itu."Maksudnya apa kak?"tanya putri dengan wajah datar."Kamu hamil sayang,makanya kamu tadi pingsan,pusing,mual dan tidak nafsu makan"jawab dipta menatap wajah putri lekat dan menunggu reaksi putri setelah mengetahui kalau dirinya sedang mengandung."Ha..mil kak?tapi kita kan tidak..apa karena kejadian malam itu?"tanya putri syok.Dipta sudah menduga pasti putri akan marah kalau tahu dirinya hamil."Maafkan kesalahanku putri,semua karena kekhilafanku,tapi bagaimanapun dia anak kita,darah daging kita,apa kamu akan menggugurkannya?"tanya dipta dengan suara bergetar.Putri menatap dipta yang matanya memerah menahan tangis."Putri benar-benar bingung kak,bukannya kak dipta tidak menginginkan anak ini?"tanya putri balik."Sejujurnya aq juga kaget dan tidak percaya tapi di balik itu semua aq bahagia kalau tidak lama lagi aq akan jadi seorang ayah,tapi kalau kamu tidak menginginkannya aq hanya bisa memohon tolong jangan gugurkan kandunganmu,dia tidak bersalah,biar aq yang merawatnya setelah dia lahir nanti"jawab dipta akhirnya meneteskan air mata.Putri tidak menyangka kalau dipta akan mengatakan itu semua,"Bolehkah putri juga ikut merawatnya kak?"tanya putri lirih ikut menangis.Dipta mendongak menatap putri dan tersenyum,"Kamu ibunya dan kamu berhak atas dia sayang"jawab dipta bahagia.Putri pun tersenyum dan mengelus perut datarnya penuh kasih sayang.
Putri benar-benar terpaksa membuka mulutnya dan mengunyah makanannya,tapi,"Hueeek..!!"putri lagi-lagi memuntahkan makanannya.Dipta tidak tega melihat putri begitu menderita."Kamu pengen makan yang lain mungkin?yang tidak membuatmu mual dan muntah seperti ini"tanya dipta.Putri diam sejenak dan menatap dipta dengan wajah imutnya yang menggemaskan,"Ehm..sebenarnya putri pengen..hmm..gak jadi kak,putri gak pengen apa-apa"jawab putri urung mengutarakan maksudnya."Pengen apa sayang bilang saja,aq pasti akan membelikannya untukmu asal perutmu tidak kosong dan si kecil tidak kelaparan di dalam sana"pinta dipta sambil mengelus perut putri lembut.Putri kaget,tidak biasanya dipta menyentuhnya disana,"Bener boleh kak?"tanya putri lagi."Iya,apapun,memangnya pengen apa sih sayang?"tanya dipta penasaran."Pengen serabi bandung rasa duren kak yang masih panas"jawab putri dengan wajah imut dan polosnya.Dipta melirik jam dinding sudah pukul sebelas malam,"Aq usahain ya,mudah-mudahan masih ada yang jual ya sayang,aq pergi dulu,tunggu bentar ya sayang"ucap dipta mengelus perut putri lagi lalu pergi.
"Sepertinya papamu begitu menyayangimu sayang,dia rela ngelakuin apa saja demi kamu sayang,mama boleh nebeng disayangi gak nak?abisnya kalau kamu gak ada,papamu suka marah-marah sama mama"putri ngobrol dengan calon bayinya yang baru beberapa minggu sambil mengingat kejadian tadi pagi.Putri hampir tertidur saat,"Maaf ya nunggu lama,tapi yang ada cuma serabi rasa pandan,gak papa ya?"dipta membawakan kotak serabi di depan putri.
Putri mengangguk,"Gak papa,makasih ya kak,maaf sudah merepotkan kak dipta malam-malam begini"jawab putri tidak enak hati."Gak repot koq,yang penting si debay gak kelaparan apa pun akan aq lakukan"balas dipta membuat putri tersenyum kecut dan merasa tidak berarti untuk dipta.Putri sudah kenyang dan siap untuk tidur,dilihatnya dipta yang duduk di kursi di samping kasur."Kak,putri bisa balik ke kamar putri biar kak dipta bisa tidur disini"ucap putri tidak tega melihat dipta memegang janjinya yang tidak akan mengganggunya malam itu."Gak papa,udah kamu tidur saja,istirahat"ucap dipta dengan mata sudah mengantuk."Kak,kan kasurnya masih luas juga,gimana kalau kak dipta tidur di sebelah sini dan putri di ujung sana?putri janji tidak akan menyentuh kak dipta"usul putri membuat dipta membuka matanya lagi yang sudah sempat terpejam.Dipta mengangguk dan mengikuti saran putri,putri langsung bergeser jauh ke ujung kasur."Jangan ujung banget nanti jatuh"ucap dipta mengingatkan.Putri mengangguk dan berbalik memunggungi dipta,"Papamu bahkan tidak mengucapkan selamat ultah untuk mama nak.."putri mengelus perut datarnya sambil meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loser of Love
FanfictionWhen you love someone...fight for your love,don't let your ego beat your feeling..or you will lose everything that you love..and you will become a loser of love.