Part 32

46 7 1
                                    

Dipta sudah berangkat ke solo pagi-pagi bersama asistennya,putri tidak diizinkan mengantar karena dipta khawatir pada kandungan putri,padahal putri sedih berpisah dari dipta,tapi dipta tidak peka.Putri masih diam saat dijemput erica untuk berangkat ke kampus,"Udah dong jangan sedih gitu,kan ada aq yang nemenin kamu"hibur erica tersenyum.Putri menoleh dan tersenyum,"Iya makasih ya erica"balas putri.Begitu sampai di kampus,baru saja putri ditinggal erica,"Kamu putri?"tanya seorang perempuan cantik berkacamata hitam mendekati putri.Putri heran melihatnya,"Iya,saya putri,maaf mba siapa?"tanya putri bingung."Bisa kita bicara sebentar di sana?"tanyanya menunjuk sebuah taman kecil di samping kampus.Putri yang masih bingung akhirnya mengangguk.

Putri duduk di depan perempuan berambut panjang dengan kulit putih itu."Perkenalkan saya rachel"ucapnya mengenalkan diri menyodorkan tangannya,putri tercekat dan tak bergeming menyambut tangan rachel."Hello,aq masih disini lho!"rachel menyadarkan putri."Oh iya maaf mba"jawab putri menyambut uluran tangan rachel ramah sedangkan rachel menatap putri dengan sinis."Selamat ya atas kehamilanmu,dipta pasti senang sekali karena sebentar lagi akan jadi seorang ayah"ucap rachel dingin."Iya..makasih mba"balas putri yang masih belum paham apa maksud rachel menemuinya."Kamu sudah tahu kan aq siapanya dipta?"tanya rachel sombong.Putri menggeleng,"Aq kekasih sejatinya dipta,ups,maaf,bukan maksud menyinggungmu,aq tahu statusmu memang istrinya,tapi di hatinya hanya ada aq,kamu pasti tahu itu ya kan"ucap rachel puas menyombong di depan putri.Putri berusaha menahan emosi dan rasa sakit hati,"Maaf mba,apa tujuan mba menemui saya?"tanya putri mulai kesal."Gak ada tujuan apa-apa sih,cuma mau mengingatkan kalau kamu boleh senang sekarang,menikmati masa-masa indah bersama dipta,tapi tidak lama lagi dipta akan kembali lagi padaku,jadi jangan sampai kamu terlalu banyak berharap ya anak kecil"jawab rachel tertawa mengejek putri.Putri menarik nafas panjang,"Cuma itu saja yang mau mba sampaikan?kalau sudah selesai,saya permisi"ucap putri beranjak berdiri.Rachel tampak tidak senang karena putri mengacuhkannya,"Jangan sok acuh,kamu pasti sekarang sedang gelisah memikirkan ucapanku barusan,karena kamu sadar kalau aq sangat berarti untuk dipta,bukankah kamu sendiri sudah tahu kalau aq cukup menelponnya sekali saja dia pasti akan langsung datang padaku dan aq sangat mengenal diptaku,tidak sepertimu yang tidak tahu apa-apa tentang dipta"ucap rachel membuat putri terdiam."Dia benar,aq tidak tahu apa-apa tentang suamiku sendiri,aq bahkan tidak tahu makanan kesukaannya apa,malah aq mencelakakannya karena ketidaktahuanku"batin putri sedih.Rachel merasa puas telah menghancurkan perasaan putri,"Sepertinya kamu sudah mengerti apa yang kubicarakan,aq pergi dulu ya,kasihan dipta menunggu lama di solo sendirian"ucap rachel sambil tertawa menyeringai.Putri lemas,dan hampir saja jatuh jika dia tidak berpegangan di meja.

"Kamu kenapa lagi putri?"tanya erica saat menjemput putri tergopoh-gopoh karena mendapat laporan dari pihak kampus kalau putri hampir pingsan di kampus."Ehm..gak papa,aq cuma kecapekan saja"jawab putri memaksa tersenyum."Aduh bisa mati digantung kak dipta nih kalau gak becus jagain kamu"ucap erica dengan wajah cemas."Kak dipta gak akan marah koq,dia lagi sibuk,kamu tenang saja"balas putri.Erica menoleh dan tersenyum lega,"Dia sedang sibuk dengan pacarnya berduaan di solo"batin putri sedih memikirkan dipta.Putri memaksa erica pulang setelah mengantarnya pulang.Putri kembali menyendiri di kamarnya teringat semua yang diucapkan oleh rachel padanya tentang dipta,semua benar,tidak ada yang bisa dibantah putri."Nak,kalau papa ninggalin mama,kamu pilih ikut mama saja ya nak,kan mama sendirian gak ada temennya ya"bujuk putri sambil menangis pada calon bayinya yang tampak sangat kuat.

Telepon rumah berbunyi,"Halo?"bik tinah yang mengangkatnya."Halo bik,putri udah pulang kuliah belum?"tanya dipta."Sudah mas,tadi non putri hampir pingsan di kampus jadi non erica langsung jemput lagi dan nganterin non putri pulang ke rumah"jawab bik tinah apa adanya."Hah?hampir pingsan?putri kenapa bik?sekarang keadaannya gimana bik?"tanya dipta benar-benar panik."Kata non putri cuma kecapekan saja mas,sekarang non putri sedang istirahat di kamarnya mas"jawab bik tinah.Dipta langsung menutup telpon dan beralih menelpon putri.Berkali-kali dipta menelpon tapi tidak diangkat putri,"Apa dia sedang tidur ya?ah bikin cemas saja"gumam dipta khawatir lalu menelpon putri lagi tapi tidak juga diangkat putri.Putri hanya memandangi hpnya yang berkelap kelip dari tadi tanpa ada niat untuk mengangkatnya.Putri tahu itu dari dipta,makanya dia tidak berminat untuk mengangkatnya karena putri masih belum sanggup bicara dengan dipta di saat suasana hatinya sedang kacau,putri yakin kalau dia akan langsung menangis di telpon dan akan semakin membuat kacau suasana yang memang sudah kacau itu.

Dipta masih tidak bisa tenang,lalu dipta mencoba menelpon calista,"Halo?"."Hei calis,kakak boleh minta tolong gak dek?"tanya dipta."Apa kak?"tanya calista balik."Tanyain dong sama kak putri sekarang lagi ngapain?pusing atau mual gak?atau pengen sesuatu gitu?"pinta dipta."Kak dipta tanya aja sendiri,memangnya kak dipta gak punya nomor telponnya kak putri?"tanya calista menyudutkan dipta."Bukan begitu adek manis,kak putrinya lagi ngambek sama kakak,gara-gara kakak tinggal ke solo,tapi jangan bilang-bilang sama mama atau papa ya"jawab dipta gemas."Oh..gitu,iya deh,nanti calis tanyain"ucap calis cepat,dipta tersenyum puas berhasil mendekati putri melalui adik kesayangannya.

Calis memaksa diantar ke rumah dipta dengan supir,mamanya heran,"Tumben kamu ngotot minta dianterin ketemu kakakmu ca?"tanya mamanya."Kak putri ngidam mau ketemu calis ma,calis pergi dulu ya ma"jawab calista langsung kabur."Ih calis baru juga mama mau ikutan"omel mamanya cemberut.Calista sudah sampai di rumah dipta dan langsung menuju kamar putri.Calista membuka kamar putri yang tidak dikunci,ternyata putri sedang tidur,calista menjalankan rencananya.Calista meletakkan hpnya ke arah tempat tidur putri dan menyalakan video call dengan dipta.Dipta langsung semangat begitu melihat istri cantiknya sedang tertidur.Calista duduk di kasur di samping putri.Karena calista berisik akhirnya putri terbangun,"Calis?koq bisa disini sih?"tanya putri terkejut dan memeluk adik bontotnya itu.Senyuman tak henti terukir di bibir dipta melihat senyum ceria di wajah putri."Kak putri sakit lagi ya?koq jam segini udah pulang kuliah?"tanya calis memancing putri."Gak papa koq ca,cuma pusing dikit,tapi dari pada kakak pingsan jadi mending pulang aja"jawab putri tanpa curiga."Masa baru ditinggal kak dipta bentar langsung sakit sih kak?pasti itu sakit malarindu tropikangen sama kak dipta"ledek calista membuat pipi putri merona menahan malu.Dipta menahan tawanya mendengar candaan adik iparnya yang lucu itu."Udah ngaku aja kak putri pasti kangen kan sama kak dipta"paksa calista."Ih kamu apaan sih ca,ya gaklah,ngapain juga kangen,dia juga gak kangen sama kakak"jawab putri berbohong menyembunyikan wajah sedihnya.Dipta sedih mendengar jawaban putri."Kata siapa kak dipta gak kangen sama kakak?memangnya kakak tahu perasaannya gimana sekarang hayo?"tanya calista membuat putri diam dan menunduk.Dipta tidak tahan ingin memeluk putri di saat rindu seperti ini."Jadi?kangen kan?"tanya calista dengan senyum meledek.Putri tersipu malu dan mengangguk pelan,dipta terlonjak gembira melihat ekspresi malu-malu putri."Bilang dong kalau kangen kak dipta,masa ngangguk doang,kan gak ada orangnya juga"pancing calista lagi.Benar juga pikir putri,"Iya ca kakak kangen kak dipta,dia juga kangen papanya"ucap putri akhirnya sambil mengelus perutnya pelan.Dipta tersenyum bahagia,"Aq juga kangen kamu putri sayang dan debay"balas dipta lantang.Sontak putri kaget mendengar suara yang sangat dikenalnya itu tapi tidak tahu berasal dari mana.Calista cekikikan melihat putri kebingungan lalu turun dari kasur meraih hpnya dan mengarahkannya pada dirinya dan putri.Wajah putri merah padam karena malu telah mengucapkan hal yang seharusnya tidak diketahui dipta."Nih orangnya kak,katanya tadi kangen"ledek calista pada putri."Ih calis apaan sih,bikin malu aja"putri pura-pura ngambek."Hai sayang,jangan ngambek ya,maaf,ini semua ideku,aq kangen debay.."sapa dipta lembut.Putri menatap dipta sedih,lagi-lagi hanya karena bayinya.Putri menunduk,"Aq juga kangen mamanya debay"seketika hati putri lega dan menatap dipta yang sudah tersenyum padanya.

Entah karena sedang mengandung atau karena memang merindukan dipta,putri uring-uringan terus karena merindukan dipta yang sudah pergi dua hari.Apalagi saat ini putri sedang ingin makan soto betawi yang enak di dekat rumah orang tua dipta."Kak..putri pengen makan soto betawi yang itu"ucap putri sambil menatap foto dipta di hpnya.Ternyata kalau hati sudah ada rasa,maka pikiran pun bisa saling terhubung,"Kringgg!!".Putri hampir saja menjatuhkan hpnya karena kaget hpnya tiba-tiba berbunyi dan tertera nama dipta disana,senyum terukir di bibir putri,"Halo?"."Halo sayang,debaynya apa kabar?gak rewel kan dia?"tanya dipta membuat putri kesal."Debaynya udah tidur,besok lagi aja nelponnya"jawab putri ketus,dipta kaget,"Eh..koq gitu,ya udah ngobrol sama mamanya aja deh,mamanya apa kabar nih?"tanya dipta menggoda putri."Debaynya baik-baik saja,ya udah putri tutup ya"ucap putri ngambek."Eh..jangan ditutup dong,memangnya kamu gak kangen sama aq?"tahan dipta.Putri tidak menjawab tapi telponnya tidak diputus.Dipta menghela nafas pelan,"Maaf ya,jangan ngambek dong,by the way kamu gak ngidam pengen makan apa gitu?"tanya dipta."Pengen soto betawi kak.."rengek putri tiba-tiba."Eh..iya..iya..nanti aq minta tolong erica beliin ya sayang"bujuk dipta."Kelamaan,putri minta tolong kak vean aja ya kak kan deket rumah kak dipta juga"ucap putri cuek.Dipta mulai cemburu,"Sama erica saja ya sayang,gak lama koq,ya..yah.."dipta bersikeras."Putri udah bilang iya sama kak vean di sms barusan gak papa ya kak"putri tanpa berdosa membuat dipta gantian uring-uringan di ujung telpon.

Loser of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang