Sejak kejadian malam itu,putri semakin was-was waktunya dan dipta tidak akan lama lagi.Putri berusaha menyiapkan mentalnya untuk menghadapi kenyataan kalau dirinya bukanlah jodoh untuk dipta.Pagi itu putri melihat dipta sudah berpakaian rapi siap untuk pergi syuting,"Kak..nanti pulang jam berapa?"tanya putri ragu-ragu."Ehm..sepertinya malam lagi karena scenenya banyak yang waktunya malam,memangnya kenapa?"tanya dipta balik."Oh..gak papa kak,cuma nanya aja"jawab putri berbohong,padahal tadinya putri ingin minta ditemani kontrol ke dokter menjelang minggu-minggu terakhir sebelum persalinannya.Dipta menatap putri lekat,mencoba mencari tahu apa yang disembunyikan putri,"Beneran gak ada yang mau kamu sampaikan?"tanya dipta.Putri menggeleng cepat,"Ya sudah kalau begitu aq pergi dulu ya"ucap dipta pamit sambil mengelus perut putri sekilas,"Hati-hati ya kak"balas putri yang diangguki dipta.
"Kenapa gak minta ditemenin sama dipta sayang?"tanya mama putri heran."Kak dipta sibuk ma,kasihan,dia pasti capek syuting sampe malem terus,mama gak keberatan kan nemenin putri?"tanya putri merasa tidak enak."Ya gaklah sayang,mama justru seneng bisa ikut liat perkembangan calon cucu mama yang pastinya ganteng kayak papanya"jawab mamanya antusias.Putri berusaha tersenyum walau hatinya harus berkali-kali sedih tapi dia harus kuat demi buah hatinya yang sebentar lagi lahir.Putri dan mamanya sudah tiba di rumah sakit dan dokter sedang memeriksa si kecil yang aktif di dalam rahim putri."Gimana dok?cucu saya sehat kan?"tanya mama putri semangat."Iya bu,calon bayinya sehat,kuat dan aktif,berat badannya pun cukup,tidak kurang dan tidak kelebihan,jadi putri bisa melahirkan dengan normal"jawab dokter tersenyum."Berapa minggu lagi dok kira-kira cucu saya lahir?saya udah gak sabar mau gendong cucu pertama saya"tanya mama putri dengan wajah sumringah.Putri hanya tersenyum,putri tidak berani membayangkan bagaimana bila suatu saat nanti dia dan dipta akan berpisah,apa reaksi keluarga mereka."Kira-kira dua minggu lagi bu,itu hanya perkiraan,tapi kalau ternyata lebih cepat atau bahkan mundur itu tidak bisa diprediksi,yang penting putri jangan khawatir,kami disini akan membantu persalinannya sebaik-baiknya"jawab dokter menyejukkan hati putri.
Putri sudah diantar mamanya pulang dan sedang istirahat di kamarnya sambil membaca majalah.Putri merasa haus,lalu berjalan ke tangga,tiba-tiba perutnya terasa mulas dan nyeri hebat,putri langsung duduk di anak tangga memegangi perutnya yang benar-benar sakit dan nyeri tak tertahankan."Bik..bik tinah!"teriak putri diantara rasa sakitnya.Keringat bercucuran di dahi putri menahan rasa sakitnya."Bik...bik!!"teriak putri sekali lagi sambil berpegangan di tangga.Bik tinah mendengar suara putri dan melihat ke tangga,"Ya Allah non putri kenapa?"tanya bik tinah panik apalagi saat melihat cairan bening dan darah segar mengalir di kaki putri."Tolong telpon.."belum selesai putri bicara,bik tinah langsung berlari menelpon seseorang.Tapi berkali-kali menelpon,orang yang ditelpon tidak diangkat-angkat."Tidak diangkat-angkat non"ucap bik tinah dengan wajah panik."Bik..bik tinah nelpon siapa?"tanya putri kesakitan."Mas dipta non"jawab bik tinah."Jangan..jangan telpon kak dipta bik..telpon mama saja..aakhh!"ucap putri berusaha menguatkan diri walau pandangannya mulai berkunang-kunang.Bik tinah heran tapi tetap mengikuti permintaan putri menelpon mama putri.
"Ayo bik..putri udah gak sanggup lagi,..sakiiitt!"pinta putri sudah berhasil turun dan duduk di sofa."Tapi nyonya besar belum datang non"jawab bik tinah memegangi tangan putri."Bilang mama langsung ke..rumah..sakit..aakh..sa..ja.."putri terbata-bata menahan sakit yang luar biasa hebatnya."Trus naik apa non?"tanya bik tinah polos sudah memeluk tas keperluan putri dan calon bayinya."Minta tolong pak gani cariin taksi..putri udah..gak ku..at..aaaah!sakiit!!"putri menangis kesakitan."Iya non,bentar ya non"jawab bik tinah pergi keluar mencari satpam,pak gani untuk mencari taksi.Putri menutup matanya membaca doa yang diajarkan mamanya untuk menguatkan diri setiap menghadapi kesulitan."Nak..kamu yang sabar ya,jangan keluar dulu,mama belum belajar ngelahirin sendiri,nanti kamu marah sama mama kalau kamu mandinya gak bersih sama mama..andai papamu ada disini..ah.."gumam putri menguatkan diri sambil berurai air mata sedih dan sakit bercampur menjadi satu.
Putri sudah naik taksi bersama bik tinah,sementara mama putri sudah seperti orang gila karena panik anak sulungnya akan melahirkan cucu pertamanya."Kamu yang sabar ya sayang,aduh si dipta bukannya nemenin istrinya lahiran,malah dicuekin"omel mamanya kesal dengan dipta."Ma..putri baik-baik saja,jangan salahkan kak dipta"bela putri di sela rasa sakitnya."Kamu selalu membela dia,ya sudahlah kamu yang sabar ya,mama sebentar lagi nyampe rumah sakit"ucap mamanya masih kesal.Putri komat kamit membaca doa agar dimudahkan saat melahirkan putra pertamanya walau dipta tak ada di sampingnya."Non..kita sampai,sebentar bibik minta tolong susternya dulu"ucap bik tinah menyadarkan putri yang sudah hampir pingsan karena sakit yang tertahankan.Putri sudah dilarikan ke ruang bersalin,"Wah ternyata dedeknya udah gak sabar mau keluar,baru juga tadi kontrol"ucap dokternya tersenyum berusaha menenangkan putri."Tolong selamatkan bayi putri ya dok"pinta putri polos."Iya,putri tenang saja ya sayang,putri dan si kecil pasti baik-baik saja"balas dokter tersenyum.
Mama putri berlarian panik menuju ruang bersalin,"Putri!!putri sayang!"teriak mama putri berusaha menerobos pintu tapi ditahan suster,"Maaf bu,tunggu di luar saja ya,kami akan berusaha sebaik mungkin membantu persalinan ibu putri"ucap suster sopan.Mama putri hanya terpaku di tempatnya,lalu papa putri merangkul istrinya,"Udah ma,sabar saja,papa yakin putri akan baik-baik saja"ucap papa putri menenangkan istrinya."Mama gak tega melihat putri berjuang sendirian di dalam sana pa,mama waktu melahirkan putri dan calista selalu papa temani,tapi ini..putri berjuang sendirian di dalam sana tanpa ditemani suaminya..hiks..hiks.."mama putri menangis memikirkan putri."Mba..putri gimana?"tanya mama dipta yang baru datang."Mba..putri kasihan di dalam sendirian.."jawab mama putri memeluk mama dipta."Dipta mana?ah..anak itu selalu mengecewakan putri,nanti akan saya marahi dia"ucap mama dipta geram dengan putra bungsunya itu.Vean mengepalkan tangannya sudah siap menghajar dipta,"Awas saja kau dipta!kau akan menyesal karena telah menyia-nyiakan bidadari secantik dan sebaik putri,kupastikan aq akan merebut putri dari tanganmu"batin vean sudah tidak bisa menahan emosinya yang sudah siap meledak.
Di lokasi syuting dipta yang baru selesai take,mengecek hpnya,"Astaga!banyak banget misscallednya,dari rumah,dari mama,dari mama putri,dari vean,dari papa..ada apa ya?putri?apa terjadi sesuatu pada putri?Ya Allah..jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada istriku!"ucap dipta panik.Dipta langsung menelpon mamanya,"Halo ma?"."Masih hidup kamu hah suami durhaka?!"maki mamanya emosi.Dipta kaget baru kali ini mamanya memakinya seperti itu,"Mama kenapa?putri baik-baik saja kan ma?mama tolong bilang sama dipta?"tanya dipta mulai panik."Mama malu dipta,mama sedih,di saat-saat penting,di saat-saat berjuang antara hidup dan mati,putri berjuang sendirian melahirkan anak kalian..hiks..hiks.."jawab mamanya terisak.Dipta terkejut,"Pu..putri melahirkan?bukannya masih beberapa minggu lagi ma?trus putri sekarang dimana ma?putri gimana ma?"tanya dipta makin panik dan kacau."Putri lagi di ruang bersalin,..hiks..kalau kamu masih mau mama akui sebagai anak lebih baik kamu segera kesini sekarang!"ancam mamanya langsung mematikan telpon.Dipta langsung berlari,tidak peduli lagi scene yang harus diselesaikannya hari itu juga.Yang penting saat ini hanya putri..hanya putri istrinya dan anak mereka,"Tunggu aq sayang..tunggu papa nak"ucap dipta mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loser of Love
FanfictionWhen you love someone...fight for your love,don't let your ego beat your feeling..or you will lose everything that you love..and you will become a loser of love.