🌸7. Is It Real?🌸

64.7K 5.7K 119
                                    

Revisi : 18 Agustus 2017✔

🌸7. Is It Real?🌸

"Nyata itu ibarat jatuh, sakit dan terluka. Namun karena jatuh, bahagia bisa terukir di muka, tanpa kita sadari."

.

"Permisi Den Dylan, ada temannya di depan nungguin aden." Suara Bi Inahㅡasisten rumah tangga keluarga Oskaㅡ memecahkan keheningan yang menyelimuti acara makan pagi kakak beradik itu.

"Siapa yang dateng Bi?" Tanya Dylan penasaran.

"Namanya nak Elfan, Den."

Mendengar nama itu sontak Renata langsung tersedak. Segera diambilnya gelas berisikan air putih lalu menenggaknya hingga menyisakan seperempat dari gelasnya.

"Elfan? Suruh masuk aja Bi," suruh Dylan.

Bi Inah segera keluar untuk menemui Elfan di depan dan menyuruhnya masuk menemui tuannya.

Elfan berjalan seraya menyunggingkan senyum tipis sesampainya di depan kakak beradik yang sedang menikmati makan paginya. Dylan langsung mengisyaratkan Elfan untuk duduk di depannya. Elfan mengangguk mengiyakan isyarat Dylan.

"Pagi-pagi amat datengnya?"

Elfan tersenyum seraya menyenderkan punggungnya di senderan kursi. "Gue emang selalu berangkat pagi bang,"

"Iya deh gue percaya."

"Lo udah makan belom?" Lanjutnya.

"Udah bang. Perhatian amat sih lo haha," jawab Elfan disertai kekehan kecil.

Dylan ikut terkekeh. "Gue emang perhatian kok. Baru nyadar ya lo? Ih dasar Elfan gak peka nih," ucap Dylan dengan suara buatan seperti anak perempuan yang sedang merajuk.

Renata yang mendengar itu sontak tersedak lagi untuk kedua kalinya. Setelah meminum habis airnya, ia memandang Dylan dengan tatapan jijik. Sedangkan Elfan, dia malah tertawa geli.

Dylan yang merasa ditatap seperti itu oleh Renata, langsung memutar kepalanya menghadap Renata.

"Napa lo?" Ucapnya dengan sinis.

Renata hanya mengendikkan bahunya geli untuk membalas pertanyaan Dylan. Elfan masih berusaha mengontrol tawanya melihat kelakuan kakak beradik di depannya. Menghela nafas berkali-kali untuk mengembalikan kesadarannya. Seteah sadar, ia tersenyum memandang mereka.

"Adek lo jijik bang punya abang macem lo," sahut Elfan dengan nada mengejek.

"Pulang lewat mana lo?" Tanya Dylan pura-pura marah.

"Eittt canda bang. Gitu aja masukin hati. Kenapa gak sekalian jantung aja?" Canda Elfan.

"Rese lo,"

"Oh iya bang, tadi Pak Sapto nelfon gue. Katanya dia udah sampe di gedung yang buat pendaftaran lomba itu." Ujar Elfan.

Dylan mengangguk paham. "Kalo gitu gue berangkat dulu ya,"

"Fan," panggil Dylan seraya mengenakan hoodie abu-abu over sizenya.

Elfan berdeham menjawab panggilan Dylan. "Gue titip adek gue ya, kalo sampe adek gue kenapa-napa, gue bantai lo pake celuritnya Mang Ujang," ujarnya sadis.

Elfan bergidik ngeri membayangkan celuritnya Mang Ujangㅡtukang kebun sekolahㅡ yang terkenal tajam itu mengenai lehernya. "Serem amat lo bang. Tenang aja, Renata aman sama gue," ucapnya mantab.

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang