Extra Part

58.5K 3.3K 396
                                    

[[Jangan lupa mampir lapak barunya fi😊 karena part Sasa, Tama, sama chapter 1nya uda di upload]]

Thank u and happy reading~

.

Jam kuliah baru saja selesai. Renata segera merapihkan buku untuk dibawanya ke perpus. Mengisi kertas daftar pinjaman lalu meletakkan buku yang ia pinjam di tempat semula.

Ddrrtt

Getaran di saku membuat Renata merogoh saku celana dan di dapati ponselnya. Sebuah nama terukir jelas di atas sana yang membuat bibirnya tersenyum walau hanya beberapa detik.

Sania : gue sama yg lain udh nunggu di kantin kampus lo. Buruan ke sini. Gpl*
(*gak pake lama)

Renata berjalan keluar perpus dan langsung ke tempat dimana Sania memberitahunya.

Kantin kampus selalu ramai karena jadwal setiap jurusan berbeda-beda membuat kantin adalah tempat pertama yang dituju untuk menunggu atau menghabiskan waktu setelah jam kuliah berakhir.

Meski begitu, selama 3 tahun ini, Renata mengaku jarang menghabiskan waktunya di tempat ini. Ia lebih suka menghabiskannya dengan buku-buku di perpus, walau sudah usang namun sangat bermanfaat isinya.

Dan karena itulah, sesampainya di kantin, banyak pasang mata yang sedikit menarik perhatiannya pada Renata yang datang dengan membawa senyuman.

"Renata!" Renata menoleh saat suara tak asing itu masuk ke telinganya, menginstrupsinya untuk segera menemui orang yang baru saja memanggilnya.

"Saniaaaa," ucap Renata lalu memeluk tubuh Sania dengan erat.

Pelukan itu terlepas lalu arah pandang Renata secara bergantian menatap sahabat-sahabatnya yang kini juga ikut berkumpul.

"Hai triplets, kalian apa kabar?"

"Gue baik seperti biasa," ucap Rio disertai senyuman.

"Kita berdua juga baik Ren, apalagi Raka, mentang-mentang udah move on ke cewek yang dijodohin sama dia, gak ada hari yang namanya tanpa senyuman. Lama-lama gue takut sama dia." Radit bergidik sambil menatap Raka yang terus tersenyum menatap ponselnya.

"Tuh kan, gue ngomong kayak gini aja dia gak ngerespon sedikitpun."

Raka berdecak lalu menatap Radit dengan sekali lirikan sinis. "Gue tau lo ngomong. Tapi enak diem daripada mbales ocehan lo."

Renata terkekeh seraya duduk di samping Sania. Memperhatikan sahabat-sahabatnya yang sama sekali tak berubah sifatnya. Ya walaupun fisik mereka agak berbeda, contohnya Raka yang kini rahangnya semakin terlihat tegas. Membuat laki-laki itu semakin tampan jika dilihat-lihat.

Tapi tetap saja, triplets terasa kosong tanpa Elfan. Ahh laki-laki itu lagi. Sampai kapan Renata akan terus bersedih?

"Lo Ren? Gimana keadaan lo? Masih mikirin Elfan?" Renata tersenyum getir lalu menunduk.

"Rio!" Sania memukul pelan paha Rio karena pembicaraan laki-laki itu cukup sensitif bagi Renata.

"Maaf," gumam Rio yang masih bisa Sania dengar jelas.

Sania menggeleng-gelengkan kepalanya lalu arah pandangnya kembali menatap kepala Renata yang tertunduk. Diusapnya pelan agar gadis itu sedikit merasa tenang.

"Jadi lo masih mikirin Elfan?" Ucap Sania hati-hati.

Renata mengangguk dalam diam.

"Yaelah Ren, ngapain sih dipikirin terus? Itu bisa bikin lo sakit tau gak sih?"

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang