45. Keep on your side

32.7K 3K 51
                                    

Aku ingetin, jangan lupa vote♡ jadilah pembaca yang bijak dan tolong hargain penulisnya🐣
(Ket : tulisan italic (miring) berarti kamu sudah dibawa ke alur flashback ya)

Happy Reading~

.

Semilir angin rooftop memang tiada duanya. Seakan membawa dirinya pada sebuah memori masa lalu yang menyayat hati. Memori dimana luka sering menjalar di permukaan, kadang menggores, kadang menusuk, dan kadang tergelincir masuk ke dalam jurang penyesalan. Tapi ia berdiri di sini, menjawab semua pertanyaan yang selalu luka ajukan padanya. Bahwa sebuah perjuangan tak akan membuahkan hasil yang sia-sia.

Renata tersenyum ketika ingatan itu meraba otaknya. Dengan ditemani angin nakal yang membuat rambutnya beterbangan, Renata merasakan dunianya begitu adil.

"Kenapa kamu suka ke tempat ini?" Suara berat khas laki-laki itu membuat Renata harus menjeda memori yang terputar. Ia menoleh ke kanan, tepat di sana, Elfan berdiri dengan tangan bertumpu pada pembatas rooftop.

"Kamu mau jawaban jujur atau bohong?" Elfan terkekeh. "Ya jujurlah sayang."

Renata tersenyum lalu menatap langit cerah di atas sana. "Tempat ini adalah saksi bisu kalau aku suka sama kamu El. Semua aku curahin di tempat ini. Dan di tempat ini juga, kamu nembak aku." Ia menunduk setelah mengakhiri kalimatnya.

Benar juga, tempat ini sangat berarti bagi Renata. Selain menyaksikan lukanya, tempat ini juga menyaksikan buah dari goresan yang luka berikan. Sebuah senyuman tulus.

"Kamu tau kenapa waktu dulu aku suka ngajak kamu ke rooftop? Sampai aku nyatain perasaan aku juga di rooftop?"

Renata menggeleng dan kembali mengangkat kepalanya lalu menoleh. "Memangnya kenapa?"

"Rooftop itu tempat yang paling jujur. Tempat yang selalu tau perasaan kita. Tempat yang selalu bisa memutar memori-memori di masa lalu, memutarnya seperti film. Dan kenapa aku selalu ngajak kamu ke rooftop? Karena aku pengen setiap momen yang terjadi di antara kita selalu terputar dan tak akan mudah dilupakan. Gak mudah hilang, namun selalu dikenang kelak."

Elfan lagi-lagi berhasil membuatnya bungkam seribu bahasa. Kata-kata tulus dan jujur yang terlontar lewat mulutnya selalu bisa menenangkan hati dan membuat perasaannya menghangat.

Sadar tak ada respon, Elfan menoleh dan dilihatnya Renata sedang menatap dirinya dalam diam. "Kenapa diem?"

Cukup lama Renata terdiam, hingga tangan Elfan beralih mengusap pipinya pun ia masih terdiam.

Namun sebuah senyuman lebar muncul dari gadis itu. Melengkung ke atas hingga gigi gingsul itu terlihat dan terkesan semakin manis di mata Elfan.

"Kamu itu ahli bahasa atau apasih El? Kayaknya setiap ucapan kamu selalu bisa buat aku terpana."

"Iya aku ahli bahasa. Tapi itu cuman di depan kamu aja."

Renata memutar bola matanya. "Mulai deh."

Elfan tertawa dan Renata suka tawa itu. Melihat tawanya, kini menjadi hobi gadis itu. Tawa yang selalu bisa membuat hati yang menghangat, mencair menjadi sungai yang tenang, damai dan menyejukkan.

Lagi, gulungan itu kembali bergerak, menayangkan sebuah film yang hanya bisa Renata lihat. Bayangan-bayangan saat ia sedih, bahagia, dan saat Falen menyatakan perasaan kepadanya. Falen... ada suatu hal yang ingin sekali Renata tanyakan pada Elfan mengenai laki-laki itu. Apa boleh?

Renata memutar tubuhnya menghadap Elfan. "El, aku pengen tanya sesuatu sama kamu."

"Tanyain aja Ta."

I Admired You • completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang